Langsung ke konten utama

Kurowo Nelongso Bab 25: Kontoliasi dan Konfrontasi

Chapter 25: Kontoliasi dan Konfrontasi


_________________________________________


"Rindu siapa? Rindu tempike rondo, HEHE HAHA" senandung nyanyian terdengar.


Di tengah malam menuju pagi, seorang pemuda setengah baya berjalan keliling kampung melaksanakan tugasnya mendapatkan giliran jaga ronda.


Sendiri? ooo tak masalah, baginya tanggung jawab tetap prioritas, meskipun seharusnya ada tiga atau empat orang dalam sekali jadwal jaga namun seperti pada umumnya yang terjadi di masyarakat, selalu dipertemukan kondisi yang tak berjalan sesuai aturan yang semestinya, seperti karena alasan adanya kesibukan, kerja shift malam, sakit atau bahkan tanpa alasan apapun karena akan selalu ada orang-orang yang dasarnya tak peduli dengan tanggung jawabnya. Absen aja, bodo amat.


Seorang diri lelaki ini mengelilingi kampung Cenggur Asri, memastikan kondisi aman terkendali.


Langkah kakinya seketika terhenti ketika ia melintas di jalan belakang sebuah rumah yang tertutup oleh pagar bumi.


BYAAAR BYUUUUR BYAAAAR GEDEBYUUUR


"Lho lo lo lo lo….!!! Suara orang yang sedang mandi, apa itu mbak Sumini ya? tengah malem gini mandi?" benak mengira-ngira, menerjemahkan apa yang terdengar oleh telinga.


"Tuh janda habis ngapain, kok mandi tengah malem gini?! wah ini sih kode alam, intip ah sapa tau dapat scene nafsuable bin coliable hmmm" clingak-clinguk nyari posisi aman, memastikan keadaan memberikan dukungan moril karena spontan ia mendapat rencana yang tak bermoral.


TAP TAP TAP TAP TAP


HAP


"Naik-naik ke puncak dinding, sange-sange sekali" manusia bedebah bin naudzubillah, memanjat pagar bumi yang membatasi rumah itu, terasa teramat mudah baginya, entah karena pengalaman dan jam terbangnya untuk urusan panjat memanjat atau karena pagar bumi yang baru setengah jadi sehingga tidak begitu tinggi.


Setelah sukses memanjat, lalu dia berdiri di atas pagar bumi, celingak-celinguk menoleh ke belakang mengamati keadaan sekitar.


Masih sembari bernyanyi.…


"Kiri kanan ku pastikan saja, nggak ada yang memergoki eaaah, hemmm aman, emang bener nih rejeki anak sholeh" anak sholeh? kuontoolmu njepat, duh gusti.


Emang terkadang pucuk dicinta ulam tiba, nasib bujang malang ada kalanya hoki juga, di saat hasrat biologisnya menuntut penuntasan, mendadak ada pintas subtitusi yang mendorongnya untuk mencari sumber dimana syahwatnya bisa tersalurkan, yaa walaupun hanya sebatas swalayan.


Lantas dia pun turun dan masuk ke dalam pekarangan rumah yang merupakan bagian belakang yang belum sepenuhnya jadi, masih ada beberapa titik yang belum sempurna bahkan beberapa sudut belum ada atapnya, termasuk kamar mandi.


Rumah Sumini tergolong cukup luas namun masih tahap renovasi, meskipun dia cukup kaya akan tetapi karena sudah menjadi janda alhasil segalanya kini ia pikir dan perjuangkan sendiri.


Suara gebyar-gebyur air tersiram semakin lantang terdengar oleh pemuda setengah baya itu, yang terasa mengintimidasi organ vital reproduksinya.


"Oh jadi ini kamar mandinya? pantesan dari luar pagar terdengar, ternyata lumayan dekat" dalam benaknya menganalisis. "Tinggi juga temboknya, tapi belum ada atap hehehe, asyik ini, jackpot ma meeenn…" girang bukan kepalang dalam hatinya.


Lalu ia pun dengan mudah memanjat dinding yang lumayan tinggi itu, semakin menguntungkan bagi kelihaian memanjatnya, karena dindingnya masih belum terplester. Hingga ketika ia telah sampai di atas, dengan pelan dan hati-hati, berusaha tidak menimbulkan suara yang mencurigakan.


"Busettttttt, Suminiiiiiiii? oh maaaiii croot?" pria itu terkesima ketika melihat pemandangan di bawahnya. "Uwediaaaaan, kenapa orang secantik, sepuwuuuutiih, semulus dan semontok itu disia-siakan dan jadi janda sih, goublooog asyuuu edaan mantan bojone pekoook pekoook tenan!!!" meskipun direndung birahi namun hasrat misuh-misuhnya juga tak kalah ingin tersalurkan.


Rona birahinya sudah mendidih, ketidakmaluannya yang sudah sedari awal ngaceng, menjadi semakin tegak maksimal, mendorong hormon-hormon seksualnya, menstimulasi dan mengambil alih akal sehatnya yang nggak sehat-sehat amat, menuntut agar segera dilakukan penuntasan syahwat secara mufakat. #cookkk narasinya ada aja.


Saat telah merasa sudah dalam posisi wuenaak.


Dan betapa jelas ia mengeksplorasi pemandangan yang sangat menggiurkan, pasalnya bagian atas dari ujung dinding kamar mandi itu masih dalam kondisi terbuka, belum ada atap, hal itu seperti memberi peluang bagi bujangan bajingan sange, khususnya bagi mereka yang berani, niat, nekad dan tekat untuk masuk pekarangan rumahnya yang sudah di kelilingi pagar bumi, apabila bisa melewati rintangan dan penghalang itu, sudah mendapatkan satu tiket untuk langkah selanjutnya. Hanya demi untuk mengintip, dalam perspektif guoblogg seperti pola pikir para bujangan bajingan, tak ada ruginya untuk melakukan tindakan ngawur itu.


Sumini janda muda ditinggal kawin lari oleh suaminya padahal usia perkawinannya sudah lumayan lama, akan tetapi memang belum ditakdirkan untuk mempunyai momongan.


Dalam kecermatan dan kehati-hatian.


Merasa mendapati momen yang pas, berpikir sederhana untuk segera melakukan tindakan 'eksekusi', ia turunkan celana kolornya, ia keluarkan 'rudal' berkaratnya yang dalam usianya yang hampir 30 tahun tapi belum tersentuh wanita sedikitpun, ngenes banget nasib kisanak ini.


Lalu ia pun dengan rileks berusaha mengambil posisi duduk, sesantai itu dalam pikirannya, toh dindingnya cukup tinggi, dia tak begitu khawatir akan dipergoki oleh Sumini. Sebab meskipun ada cahaya lampu di dinding kamar mandinya tapi jika mendongak ke atas pasti akan tampak gelap, begitulah hipotesis yang diperkirakan si kunyuk bujana.


Dan dengan khidmat penuh hayat, yang didorongkan oleh keinginan syahwat, sembari melongo mengekplorasi sosok manusia cantik yang tengah khusuk dalam acara siraman jasmani. Diurut-diurut, ahhhhh nikmaaat, begitulah mungkin penggambaran ekspresi seorang manusia tolool yang direndung birahi.


Meskipun dari posisi yang lumayan tinggi, namun terpampang cukup jelas betapa menggairahkannya tubuh Sumini.


"Asyeeek O A O E" dengan sangat-sangat lirih bak suara berbisik, ia menirukan yel-yel ala orkes musik SERA. "Ayeee bokep live bokep gratis" sambil tetap memainkan ketidakmaluannya, kok ketidakmaluan? maksudnya apa? untuk apa disebut kemaluan, lha wong si empunya gak punya malu. #bedebah.


"Dikocok kocok dikocok kocok aaah" lalu intonasi nada beralih ke lagu Inul daratista, emang bangsat satu ini bisa aja ya.


"Yang bangsat elu In kan yang nulis situ njing?!" Siaalan saya dimarahi netijen.


Saat dalam posisi konsentrasi tinggi, dan irama kocokan yang sebelumnya lambat masuk gigi satu beranjak ke speed tiga, empat dan seterusnya alias semakin dipercepat…


CLUG KUCLUG KUCLUG KUCLUUG suara irama dari jari yang menari-nari di atas kontol.


Tiba-tiba "Uh hampir saja!"


Dag dig dug jantung berdebar.


"Untung dah untung?" merasakan gelagat mencurigakan, ketika posisi duduknya tiba-tiba menjadi tergeser tak seimbang, seperti ada yang mendorong, hampir saja ia terjatuh namun karena reflek satu tangan lainnya memegang tepian dinding dengan erat, alhasil ia pun tak jadi njelungup.


"Asyuuuu, koyok ono sing nyurung" kesal dalam batinnya.

(Uanjiiing seperti ada yang mendorong).


Pemuda setengah baya itu pun harus mengatur kembali posisi duduk yang enak, dan memfokuskan pandangannya ke bawah. "Aamaan, mbak Sumini nggak menyadari apa-apa."


Sementara Sumini yang tengah asyik mandi, masih berkutat dengan membalur busa tubuhnya, setiap inchi dibasuh dengan telaten, konsentrasinya sewajarnya orang yang merasa tak ada kejanggalan, tiada gelagat mencurigakan yang ia sadari, padahal di atasnya ada sepasang mata yang tengah merekam tubuh telanjangnya.


Momen yang kondusif memantik praktik pelayanan seksual secara swalayan yang sedang digeluti pemuda jompo dengan stimulus tontonan barang mulus. Gratis tanpa biaya berlangganan.


Dilanjutkannya urutan lembut, pada kontolnya yang sempat terjeda padahal lagi asyik-asyiknya, normalnya gangguan sedikit saja bisa membuyarkan nafsu birahi, akan tetapi dalam kondisi mendesak dan memang sangat butuh penuntasan, maka reaksi psikologisnya bisa tetap stabil untuk menyokong penuntasan syahwatnya.


Seperti itulah yang terjadi pada si pemuda jompo ini.


CLOOOG CLOOOG CLOOOOOGHHH


CLOOGGG CLOOOOGG CLOOOOGGH


UCLUUUK UCLUUUHGH UCLUUUKKK


Kocokan demi kocokan, kontol dalam genggaman di antara tarian jemari, terdengar seperti berirama.


CLLLLLOOHGG CLOOOHHHH


UCLUUUGGHH UCLUUUUGH UCLUHGH

CLIUUGG CLUUUGG CLUUGHHH


Hingga ketika fase klimaks sudah terasa hampir di ujung tanduk, urutan tangan yang sebelumnya pelan, perlahan tapi pasti tarikan gas dipercepat, hingga menjadi kocokan full speed. CLOKKKK CLOOOOK CLOOOOKKKK CLOKKKK CLOOOOK CLOOOOKKKK CLOKKKK CLOOOOK CLOOOOKKKK

CLOKKKK CLOOOOK CLOOOOKKKK


"UHHHHHHH" lenguhan terdengar tertahan, tidak bisa maksimal dalam berekspresi memanglah mengurangi sensasi kenikmatan dalam bermain dengan birahi.

Tapi karena memahami situasi agar tetap tidak ketahuan demi tetap nyaman bermanuver dalam memanjakan ketidakmaluannya.


SLRUKKKKKKKK tiba-tiba tubuh pemuda itu seperti ditarik dari belakang.


Tubuhnya nyaris terjungkal ke belakang.


Akan tetapi dengan sigap kedua tangannya menggapai ujung dinding, alhasil dalam posisi celana masih melorot itu, ia terpaksa nggandul bertumpu dinding. "Bajingaaan jembooot, tempiiik alap-alap, kontol kukang, itil trenggiling" kalimat-kalimat toyibah terlontar dari mulutnya namun masih dengan suara selirih mungkin.


"Asyuuuu jane opo sih? kok ngganggu wong lagi penak wae".

(Anjing sebenarnya ada apa sih? kok merusak suasana orang yang sedang asyik aja).


Kendati demikian, ia masih berupaya mengangkat kepalanya agar tetap bisa melongok ke sumber kenikmatan haqiqi, karena ini merupakan momentum yang langka bagi seorang jejaka setengah kadaluarsa sepertinya.


Ia tak peduli dengan kondisi di bawah sana, kolornya masih melorot dan ketidakmaluannya guondal-gandul tak terkendali, namun momen di depan mata lebih ia prioritaskan, pemandangan bodi aduhai Sumini mengalihkan segala fokus, ia tetap fokus, satu titik, titik itu tetap fokus, tak peduli apa yang terjadi, saking khusuknya dan tanpa ia sadari.


"Duh kok enak?!"

"Aahhhh nikmat" merasa ada reaksi mencurigakan namun sensasi kenikmatan membuatnya terlena, ia tak peduli yang ia rasakan di bawah sana, tetap fokus merekam jejak gebyar-gebyur gedebyar dari acara mandi Sumini.


"Duh mbakyu, bodimu yu, susumu guediii jembatmu lebat, jelas menggambarkan betapa besar nafsumu, andainya bisa ngewein lu, pasti binal banget dah" bujubuneng ndase oleng, jomblo veteran mendadak ahli seksologi lho, gokil marikil kil kil kiiiiil.


"Uuuh….." terjadi sensasi nikmat yang tak bisa iya deskripsikan "Tapi kok basah-basah anget ya?!" mendapati gelagat mencurigakan yang ia rasakan pada ketidakmaluannya namun mata tetap tak mau lepas dari konsentrasi mengintipnya, apalagi saat adegan Sumini menggesek emmm lebih tepatnya membasuh daerah  i̶s̶t̶i̶m̶e̶w̶a̶ ̶y̶o̶g̶y̶a̶k̶a̶r̶t̶a̶ kewanitaannya, waaaah panas dingin kepala pemuda setengah baya itu demi menyaksikannya.


Dikala sibuk dan fokus dengan apa yang ia lihat, sensasi lembut, hangat basah dan "Kok serasa terhisap ya?!" Begitulah yang ia rasakan, terpikir untuk memeriksa ke bawah namun sulit karena tangan harus bertumpu kuat, tak ada lagi pijakan yang bisa dijadikan tumpuan, posisi nggandulnya bisa jatuh bila ia maksa untuk menengok ke bawah.


Lalu CEKREEEEES


"AHHHHHHHH ADUUUUUUH MAK'EEEEEE"


Menahan rasa sakit bercampur mules luar biasa, namun tak bisa berteriak karena itu akan mengacaukan situasi dan bisa jadi dia ketahuan mengintip, yang berimbas bisa dihajar masa.


"Huf huf huf, opo-opoan iki suuuu". di saat sedang mengatur nafas dan menikmati rasa sakitnya, dari bawah seperti ada yang mengangkat tubuhnya lalu serta merta….


TWIIIIIIINGGGGG


Tubuh pemuda itu terlontar ke atas.


"LO LOOO LOOO HEEEE????? iki piye iki, kok iso awakku ujug-ujug mabur?!!!"

(Lo lo lo hee? ini gimana ini, kok bisa-bisanya tiba-tiba aku terbang).


"WUEE EEE E EEEEHHHHHHH PIYE IKI GUSTIIIIIIIII??!!!!"


Namun ia juga sesaat menyadari bahaya kondisinya. "WUAADUUUUUH CILOKOOOO IKIIII DANCOOOOOOKKKK". dia sudah tak bisa menyembunyikan hasrat untuk berteriak.


Tubuhnya pun terjun ke bawah, ke arah Sumini yang tengah mandi, wanita itu pun tentu terkejut mendengar ada suara berteriak di atasnya, sontak ia mendongak ke atas namun timing-nya teramat singkat.


Sumini: "LO LO LO LOOOOHHHH OPO-OPOAN IKU?????" BRRUUUUUAAAAKKK, teriakan keterjutan bebarengan dengan suara ember pecah akibat tertimpa tubuh manusia.


Beruntung wanita itu tidak ikut tertimpa, sesaat sebelum kontak fisik antara pemuda malang itu dengan ember mandi lebar yang kini telah pecah berantakan, Sumini sempat mundur sedikit menjauh.


"Atu tu tuuhhhh Gusti boyokku poklek iki" lenguh kesakitan si pemuda durjana, yang kemudian berusaha bangkit sembari memegangi pinggangnya.


Menyadari siapa yang ada di depannya.


Sumini: "MULYONOOOOOOO!!!!!!" geram amarah terpicu, ketika melihat lelaki di depannya yang ia kenali, terlebih kondisinya dengan celana kolor yang melorot sampai mata kaki, lalu penampakan kontol gondal-gandul yang belum sepenuhnya melemas alias masih setengah kopling, tentu secara otomatis akan menimbulkan praduga bersalah. "ASUUUU KOWE NGINCENG AKU ADOOOS YA SUUU?!" luapan emosinya tertuang dalam makian.


Sejurus kemudian, DUAAAAGGGGGG!!!!

Belum sempurna posisi bangkitnya, pemuda setengah baya yang dipanggil Mulyono itu mendapatkan hadiah tendangan dari Sumini, alhasil tubuhnya terhuyung dan menghantam dinding kamar mandi yang belum diplester itu.


DOOOGGHHH, bahu bagian kanannya berbenturan dengan dinding bata kasar dan tajam, beruntung bukan kepalanya yang berbenturan.


"ADUUUHHHH" rintihan kesakitan keluar dari mulut Mulyono.


TUAAAAKKKK suara kepala menyambut ayunan gayung.


Sumini: "CELENG ASU, BAJINGAAN TENGIK, KONTOL AMOH, JOKO LAYU ORA PAYU, JEMBOOOT TUWOOO ORA MUTU, ASU EDAN" lantunan kalimat-kalimat toyibah terlontar dari mulut yang dipenuhi amarah.


BLAAAAGGG BLUUGGG DAGGGG DUGG


Tendangan dan pukulan dilayangkan bertubi-tubi oleh Sumini.


Mulyono: "Ampun yu Sumini, ampuuunn".

Sumini: "OMPAN AMPUN OMPAN AMPUN NDIAASMU NJEBLUGG KUWI, nyooohhh!!!"


PLAAAKKKK PLAAAKKKK PLAAAAKKK

BUAAAAGHHHH suara pipi, dahi dan sekujur muka yang ditabuh berkali-kali bak rebana.


Di tengah kedua insan yang sedang asyik berlatih fisik itu.


"Berlatih matamu in in, jelas jelas adegan orang sedang dianiaya beneran, malah narasinya latihan, asu ya dhapuranmu!!!" siaaal penulis dimarahi pembaca.


PRAAAKKK BUGGGG DUAAAG, hantam demi hantam dilayangkan, di saat Sumini yang dikuasai amarah menghajar membabi buta Mulyono yang tak ada perlawanan darinya, tiba-tiba ada yang menyelinap di antara keduanya.


"HELOOOOOOOOOOOOO"


MAK JENGGIRAT sontak keduanya kaget bukan kepalang.

"WOLO WOLO KUATOOO, OPO IKUUU COOOKKK?!" pekik pemuda durjana yang bebarengan dengan "KYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA" suara melengking keluar dari mulut Sumini yang terkejut berbalut ketakutan luar biasa.


Pasalnya tepat di hadapan mukanya, terpampang sesosok kepala manusia, yang menggelantung, kepala yang menggantung itu rupanya karena ada leher panjang menjulang dari atas kamar mandi, bentuk lehernya bersisik bak ular sanca (piton).


Sumini kejengkang (terjatuh ke belakang) karena saking syok dan ketakutannya.


WLEEEE WLEEEEE lidah kepala itu keluar dan berliur, menetes ke lantai kamar mandi.

Bau busuk seketika tercium.


"SUMINIIIIII" suara kepala itu memanggil nama wanita di hadapannya yang dalam posisi telanjang bulat, terjengkang memamerkan kemulusan dan kemolekan tubuhnya.


Mulyono: "Wasaton Agus????"


Makhluk yang seperti siluman ular berkepala manusia itu seketika menoleh ke arah Mulyono "Oooh cecunguk Mul ya?"


Mulyono: "Kok ko-- kok bisa leher sampean memanjang dan bersisik seperti ular sanca seperti itu? aa- a apa yang sebenarnya terjadi pada sampean?"


Wasaton Agus: "Ceritanya panjang dan tak ada waktu untuk menjelaskannya, lagi pula saat ini aku punya urusan mendesak dengan wanita ini, JANGAN MENGGANGGU!!"


JLEDAAAAGGGGGG leher itu pun mengayun dan kepala makhluk yang dikenali sebagai Wasaton itu menghantam ke dahi Mulyono yang membuatnya terhuyung dan tersungkur.


"UAGHHHHHHH" pekiknya kesakitan.


"Wa-- Wa -- saton, berandalan kampungan itu kah?" dalam hati Sumini berusaha mengingat-ingat di antara ketakutannya karena makhluk siluman itu wajahnya mendekat ke arahnya.


Wanita itu berusaha bangkit tertatih.


SROOOOOKKK

SROOOKKK

SROOOKKKKKK


Dari atas terjulur tiga kepala lainnya, menyusul satu kepala yang sudah mencuri star mengejutkan dua insan yang tengah bermadu mesra dengan kekerasan.


"Wuidiiididiiih pantesan Wasaton semangat sekali, karena targetnya secantik dan semontok ini" seloroh salah satu dari mereka.


Kini bergelantungan empat kepala dengan leher panjang menjuntai dari arah atap kamar mandi yang belum dibangun sempurna itu. Semakin mengintimidasi dan rasa takut kian tak terkendali.


"Bardenta, Adi Riyadi, Samil?" Mulyono mengenali semua wajah dari siluman aneh itu.


SLEREEEEETTTTTTTTTT


Salah satu dari siluman itu seketika melilit tubuh Sumini.


Sumini: "EHHHHHHHH????!!!" terkejut dan terpekik kesakitan.


"Nguehehehe tenang mbak ayu, kalau mbak ayu mau manut dan mengikuti kemauan kami, maka mbak akan selamat, tapi jika menolak…."


KRETEEEEEEEK….. lilitannya semakin kuat, membuat Sumini terpekik kesakitan.


Sumini: "Arghhhhhhh apa maunya kalian? kenapa tiba-tiba datang kepadaku, dengan wujud aneh seperti ini? siapa kalian sebenarnya? dari wajah-wajah kalian, sepertinya tampak familiar apa kalian siluman yang menjelma?"


"Tak ada waktu untuk menjelaskannya, sederhananya kami hanya meminta dengan baik-baik agar mbak ayu Sumini mau ikut bersama kami tanpa penolakan."


KREKERTTTKKKKKK


Sumini: "Mau dibawa kemana aku? arghhhhhhhhh".


"Tapi sebelum itu, muehehehe….. kami akan membuat mbak ayu rileks dulu"

"Muehehehe"


Di saat terjadi perundingan antara makhluk-makhluk aneh itu dengan Sumini, Mulyono memanfaatkan kesempatan itu untuk segera beranjak dan berlari keluar kamar mandi, tak ada pengejaran dari ke empat siluman itu.


"Mulyono asuuu iku!!! malah mlayu, dasar lanangan bosok ora kanggo nggawe" kesal dalam hati Sumini setelah tahu Mulyono kabur memanfaatkan kesempatan.


(Mulyono anjing itu malah melarikan diri, dasar lelaki busuk nggak berguna).


SLURUPHHHH


"ARGHHHHHHHHH"


Salah satu dari empat kepala siluman itu mendekat ke arah vagina Sumini, lalu serta merta mengokop tempik wanita itu, tubuhnya yang terlilit dan diangkat ke atas oleh salah satu yang lainnya membuatnya jadi menggantung tak memijak bumi, terpampang jelas keindahan tubuhnya yang menggiurkan.


"Juoooh Mil Samil, mainmu kesusu, jiaaahahahaa selak ngelak pingin ngokop banyu tempik yoo?"

(Juoooh Mil Samil, mainmu buru-buru, jiahahahaha keburu haus pingin nenggak air vagina ya?)


"Bacot asyuuuk nek pingin tinggal melu, kae silite nganggur suuu." tukas ketus dari salah satu wujud kepala yang dipanggil dengan Samil itu.


Satu ular lain mengulurkan tubuhnya memutar ke arah belakang tubuh Sumini, lalu lidahnya menjulur menjilati pantat wanita itu, mili demi mili sapuan lidah melumasi pantat mulus Sumini.


Wleewwww wlewwww wleoooo


Sumini: "Iissshhhhh" geli menggigil dibuatnya.


"Nikmat sekali aura dan aroma tubuh janda ini, pantas saja si nyai sangat antusias terhadap dia."


"Nyai?" batin Sumini. "Apa jangan-jangan yang mereka maksud adalah….?!" lanjut dalam hatinya menebak-nebak.


SRUPPPHHH


Hingga sapuan lidahnya berganti hisapan, cinderamata tampak tertinggal, kulit putih wanita itu memerah akibat hisapan kuat.


"UGHHHHHHH" lenguhan secara spontan terdengar tatkala Sumini merasakan dua sapuan lidah di kedua lubang bawahnya.


Tak sampai di situ, kepala siluman yang lain mendekat ke arah payudara Sumini dan juga menstimulasi-nya, jilatan lembut di atas puting memberikan rangsangan pada syaraf-syaraf sensitif, akal sehat mulai terperdaya, rasa takut masih menyelimuti tatkala ada empat kepala manusia berbadan ular mengerumuni tubuhnya dan melecehkan area-area vitalnya tapi tak dapat ia pungkiri, sensasi nikmat membuatnya sedikit terlena.


"AHHHHHHHH"


"HAHAHA nikmati saja mbak ayu, hahahaha".


Perpaduan antara hisapan dan sapuan lidah di area-area sensitif, tak pelak membuat Sumini tak berdaya, jaringan tubuh yang mensuplai hormon-hormon orgasme terdorong ke pangkal penuntasan.


Manakala ejakulasinya hampir tiba, ekspresi rona wajahnya tampak sayu, otot-ototnya mengejang.


"Wohohohoho mau ngecrot ya?!"

"Sangean juga ini janda, muahahahaha"


Tubuh wanita itu diturunkan dari cengkraman dan lilitan salah satu siluman ular berkepala manusia itu.


Tubuhnya tak seimbang membuatnya terhuyung dan terduduk bersimpuh.


"Wew wew wew" SLRUUUUPPPPPP

"Mbak ayu sing muontoook."


Kepala siluman yang lain menjilat pipi Sumini, semerbak bau anyir menyengat tercium, membuat Sumini serasa ingin muntah seketika.


"Kalau mbak ayu pingin kami bantu mencapai klimaks, jawab pertanyaan kami."


Sumini: "Hah hah hah hah" nafasnya berat dan matanya sayu, dia tak menanggapi pertanyaan itu.


"He' eh? malah diem-diem bae."


"Wajar Den, beliau lagi sange berat, butuh penuntasan tapi malah dibikin kentang huehehehe…. jadinya ngambeg, biasalah wanita."


"Alah Ton Ton, kayak yang paling paham wanita saja, wong sampeane bae seumur-umur jomblo nggak laku kawin"


"NGAHAHAHAHAHAHAHAHAHA" sontak tawa tiga siluman lainnya.


"BACIOOOOT"


Sumini: "Ap- apa sebenarnya mau kalian?"


"Oh oh oh, udah mengatur nafas nih, udah bisa ngomong ckakakakaka"


SROOOOKKKKK, sontak tubuh siluman itu kembali melilit tubuh Sumini yang lemah akibat terkentang-kentang, menahan jijik oleh bau tak sedap dan perasaan takut campuraduk menjadi satu.


"Mbak ayu, ikuti kemauan kami dan mbak akan kami buat nikmat senikmat-nikmatnya atau………."


SRUPPPHHHHHH


Suara jilatan terdengar.


"Tubuh mulus nan menggairahkan ini……"


Sumini: "Ap- aap apa yang kalian inginkan dari … dari-ku? ARGHHHHHH"


"Ikut bersama kami ke tempat Putri Kadita berada, beliau dengan sangat penuh harap meminta agar anda mau menjadi salah satu 'pegawai' nya, karena menurut beliau, sampean adalah orang spesial, sebagaimana mbak Sofiatun, tengoklah sahabat karib sampean itu, hidupnya jadi semakin enak semenjak menjadi bagian dari Putri Kadita."


Sumini: "WANITA SILUMAN MENJIJIKKAN ITU……?" amarahnya tiba-tiba meledak, entah apa yang melatarbelakangi, sepertinya memang memiliki masalah pribadi.


"Ooooooo ooo ooooo???!!! jadi ini artinya jawaban penolakan kah?" satu kepala yang lain mendekati wajah Sumini, bau busuk menyegat semakin kuat terasa.


"HUWEEEKKKKKKK" wanita itupun muntah seketika.


"Gimana mbakyu?" satu kepala yang lainnya menambahkan.


Sumini: "Gak sudi aku menjadi pengikut iblis sesat itu…" jawabnya ketus.


CEKRESSSSHHHHH


"AAAAGHHHHHHHHHHHH" sekonyong-konyong gigitan keras mendarat di bahunya. Darah seketika mengalir.


"HUAAWAAHHHHH HAH HAH HAH" perih terasa.


"Berterimakasih lah karena masih sebatas bahumu, bukan wajah cantikmu ini mbakyu" SLERUPPPUUHHHHH disusul jilatan pada pipi Sumini.


Sementara itu di dalam rumah Sumini, seorang laki-laki tampak mondar-mandir kebingungan. Kesana kemari seperti sedang mencari sesuatu.


"AKKKHHHHHHHH"


Dan teriakan terdengar menggema.


"Waduh ciloko, diapakno kae mbak Sumini semilikiti."

(Waduh celaka, diapakan itu mbak Sumini semilikiti.)


"Jembooot njaran ning ndi iki, ning ndi jane aaaahhh".


PRAANGG BRAANGGG BRAAAK


Seisi dapur diobrak-abrik.


"Ning ndi sih nek mbakyu nyelehke!"


"Oalah lha iki rak". begitu ketemu benda yang dimaksud ia pun bergegas.


Kembali ke kamar mandi dimana Sumini dengan 'disiksa' secara fisik dan fi- six. Hmmmm.


"Kami tawarkan kembali dengan rendah hati, ikut kami dan akan kami layani dengan baik atau mati?"


"Hohoho jangan langsung kasar begitu Mil, nanti takut dia, hehe…."


"Gimana mbak ayu? mau berjumpa dengan nikmat atau malaikat?"


Sumini: "Lebih baik aku mati daripada harus menjadi kacung Kadita menjijikkan itu."


"WADUU DUUU DUUUHHH, tangguh sekali mental mbakyu ini, tapi….. apa iya sudah siap mati?"


"Orgasme itu enak lho mbak ayu" lalu sebujur leher dengan kepala menjulur ke arah bagian intim Sumini, dan menjilati liang pembuangan air seninya.


SLERUUPPPHHHHH


"UHHHHHHHH" lenguhan tertahan, tatkala organ vitalnya kembali mendapatkan stimulus, kepala siluman yang lainnya pun menyusul 'menyerang' masing-masing melahap payudara ranum yang lumayan besar milik janda cantik itu.


Ke empat siluman itu kembali 'mengerjai' Sumini. Titik-titik sensitifnya dirangsang sedemikian rupa, geli, horny dan takut berbaur melingkupi relung jiwa raganya.


"Wuenak yo mbakyu? guwehehehe"


SROPPPPHHH SROOOOOPH

SELURUUUPPHHH SRUUUPPPUUUTH


"AAAAHHHHHHH"


"Eittthhh" Ketika lagi lagi, fase orgasmenya hampir tiba, wanita itu dipermainkan.


"Jawab dulu mbakyu mau atau tidak? ikut dengan kami untuk menemui Putri Kadita."


"CUH" bukan menjawab pertanyaan itu, Sumini justru meludahi salah satu kepala siluman.


CEKRAAASH tanpa basa-basi, ludah dibalas gigitan kuat, gigi yang tajam menghunus ke lengan tangan kanan Sumini.


"AAAAAAGHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH" teriak kesakitan terdengar pilu.


"Kami menawarkan dengan lembut dan baik-baik namun caramu merespon sangat tidak sopan mbak yu, tak seperti parasmu yang cantik dan menawan, perilakumu sangat-sangat lah menjijikkan."


Sumini: "Padahal kalian lah yang sangat menjijikkan"


"Hahahahaha padahal mbakyu tak perlu sampai terluka jika mau nurut, dan disana pun mbak ayu akan diperlakukan bak ratu, setiap saat akan diberi kenikmatan seksual, kapan pun dan dimana pun mbak mau, akan banyak yang bersedia melayani, bukankah mbak sudah lumayan lama menjanda?!! dan mbakyu juga masihlah sangat muda, tentu nafsu mbak lama tak tersalurkan hehehe… pertimbangkan sekali lagi".


SRUPUUUTTT serta merta satu kepala mengokop tempik Sumini, yang merekah karena posisi duduknya dengan kaki agak melebar, ditambah birahinya sedang meninggi akibat 'dijaili' oleh empat siluman ular berkepala manusia.


Sumini: "Aku bukanlah manusia suci tapi aku tak sudi jika harus menjadi pelayan si jalang menjijikkan itu".


"Munafik sekali padahal sampean menikmati"


SRUPPPHHH kembali vagina Sumini dijilati, SROPPH SROOOPH seruput dan hisapan berkali-kali dilakukan membuat tubuhnya jadi menggelinjang, puncak orgasmenya tak sepenuhnya hilang hanya sempat mengendur.


Saat sayu matanya terbaca oleh mereka, kembali dipermainkan mental dan nuraninya, kebutuhan penuntasan klimaks menjadi permainan tarik ulur yang siluman-siluman itu manfaatkan dengan harapan dapat menaklukkan pendirian wanita cantik di hadapan mereka.


Sumini: "Sudah ku bilang, tak sudi ya tak sudi, mau kalian paksa bagaimana pun, dengan iming-iming apapun, aku pun tak butuh penuntasan atau diperlakukan seperti ini."


CRAAAKKKKKK kini paha kaki Sumini jadi sasaran gigitan arghhh.


"Sepertinya cara halus tak mempan, Wasaton, Denta, Samil, ayoo kita koyak-koyak tubuh mulusnya, buat dia menyesali keputusan bodoohnya."


"Ya ya ya, karena perintah beliau hanya dua, membawanya atau menghabisi nyawanya".


DENG…!!!!!


CEKRAAASSH

CKRIUUKKKK

CRAAAAKKKK


Gigitan demi gigitan mendarat ke beberapa bagian tubuh mulus Sumini, bahu, leher, pinggang, paha dan lengan tangan.


Tak ayal teriakannya menggema. "HUAAAAAAAAAAAA" air matanya otomatis mengalir, menjabarkan ekspresi kesakitan yang teramat sangat.


"Tak akan ada yang menolongmu mbak ayu, orang-orang Cenggur Asri semuanya sedang sibuk dengan suatu bencana besar yang sedang terjadi, jaraknya jauh dari sini tapi beritanya sudah sangat menggemparkan, sampean belum tahu menahu mengenai apa yang terjadi bukan?"


"AHHH HAH HAH HAH" Sumini tak menimpali karena fokusnya pada rasa sakit yang ia dapatkan dari gigitan-gigitan dari siluman ular berkepala manusia itu.


"Sekali lagi kami bertanya, apakah mbak mau berubah pikiran dan mau ikut dengan kami?"


Sumini: "Bahkan jika aku harus mati, aku lebih baik mati daripada menjadi pengikut iblis sesat itu."


"HUEHEHEHE, kami akui memang tangguh sekali pendirianmu mbak ayu" kemudian lagi dan lagi, sekujur tubuh Sumini menjadi sasaran empuk penyiksaan.


"UUAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA" darah menetes dari sekujur tubuh mulusnya.


CRAAASSSHHH

CRAASSSHHHH

CRAAAHHHHSSS

CRAAASSSSSSHHGGGGG


"UAAH"

"AAAAGHH

"AAANJJIIINGGGGGGG!!!"

"SIAAAALLLL"


BLUGG BLUUGG BLUGG BLUGGG


Ke empat kepala siluman itu seketika tumbang dan terjatuh ke lantai kamar mandi, terpisah dari tubuhnya yang berbentuk ular sanca yang masih terjulur dari atas atap kamar mandi.


Lalu… DUAAAAGGHHH DUAAAGGGHHH DUAAAGGGG DUAAAHHG


Masing-masing kepala yang sudah terlepas itu dihadiahi hantaman palu bogem.


"Mbak ayu kalau masih sanggup berdiri, bantu menghancurkan kepala mereka gunakan linggis ini mbak!!".


Sementara orang yang menyuruhnya itu dengan memegang sebilah sabit dan bogem menuju tubuh ular yang menjuntai dengan kondisi kepala terpenggal, darah bercucuran deras membasahi lantai.


CRAAASHHHH

BUUUGGG

CRAASHHH

CROOOGHH


Bacokan demi bacokan beserta pukulan bogem diarahkan ke keempat tubuh ular itu.


Lalu ia pun beranjak menuju ke empat kepalanya, yang mana Sumini sudah bangkit dan dengan linggis ia gunakan untuk memukuli sebisanya, karena tenaganya terasa hambar dan kehilangan daya, kombinasi sakit dan perih yang ia rasakan akibat gigitan-gigitan gigi tajam membuatnya hampir tak berdaya.


DUAAAGGHH

DUAAGGHH

Pukulan demi pukulan palu bogem diarahkan ke masing-masing kepala yang sudah tak karuan bentuknya itu hingga hancur berantakan, otak dan seisi organ lainnya berserakan kemana-mana.


Pemandangan mengerikan tersaji di hadapan kedua pasang mata. Kamar mandi yang selama ini menjadi tempat membersihkan diri, kini bak tempat penjagalan, dipenuhi darah, organ isi kepala yang modol-modol, mecotot nggak karu-karuan berpadu dengan bau yang teramat menyengat.


Kemudian sepasang mata saling bertemu. "Mul...." ucap lirih Sumini di antara rasa perih luar biasa yang ia rasakan.


Rupanya ia adalah Mulyono yang ternyata tidak kabur namun masuk ke dalam rumah Sumini, berlalu kesana-kemari mencari benda-benda tajam yang ia bisa gunakan untuk melumpuhkan siluman itu.


Terhuyung Sumini hampir terjatuh.


Mulyono: "MBAK YU" reflek ia menyelamatkan dan mengangkat tubuh Sumini kemudian memapahnya keluar dari kamar mandi, ia arahkan tubuh itu ke sebuah kamar.


Diletakkan tubuh Sumini di lantai kamar karena ia takut akan menodai sprei kasur dalam kondisi berdarah parah seperti itu.


Diobrak-abrik seisi lemari ia cari kain yang sekiranya bisa untuk mengelap darah-darah yang keluar dari beberapa titik tubuh Sumini.


Mulyono: "Bertahan lah mbak, kotak P3K mbak simpan dimana? mbak punya alat-alat pertolongan pertama kan?"


Sumini: "A … a da Mul adahhh" suaranya sudah parau serak. "Di … di situ di- di dalam rak meja rias.." imbuhnya terbata-bata.


Pria itu lalu bergegas mengambilnya dan dibawanya obat merah serta perban, namun pandangan matanya terbelalak tatkala melihat apa yang terpampang di hadapannya.


Tubuh Sumini yang masih telanjang bulat belum berbalut apapun, bukan, bukan suatu gairah atau birahi yang Mulyono rasakan akan tetapi justru terkejut dan panik tak karuan.


Mulyono: "Mbakk mbaaakkk!!!" dari mulut Sumini keluar darah.


Mulyono: "Duh mbak, darah yang keluar kenapa, kenapa bisa jadi hitam begini mbakkkk!!!???" tak lagi bisa berpikir jernih demi menyaksikan apa yang ada di hadapannya.


Bagian-bagian tubuh Sumini yang kena bekas gigitan membiru lebam, darah yang sebelumnya mengalir, berubah menghitam legam.


Mulyono: "ADUH PIYE IKI?!!!!"


Sumini: "UGHHHHH" pekik kesakitan luar biasa dirasakan. "Ja- jangan panik Mul, ada solusi dan mungkin ini satu-satunya cara uggghhh" lanjutnya di antara kesakitan luar biasa, ia berusaha menjelaskan sesuatu.


Mulyono: "Gi.. gima gimana caranya mbak?".


Sumini: "Setubuhi aku dan buat orgasme, cairan orgasmeku lah yang nanti akan bisa menyelamatkan ku, itupun kalau sampean mau, hah pasti maulah, joko tuwir kunyuk koyok sampean iku ditawari kenthu hah hah haf haf aghhhhh" ia berusaha membanyol di tengah kesakitannya, tak terasa sebagai hinaan bagi Mulyono, karena pemandangan miris itu lebih menguasai prioritas rasa iba.


Mulyono: "HAAAAHHH? se.. seriusan mbak?"


Sumini: "I.III iyaaa ba… bad..badcoot kalau mau nolong cepetan, meskipun sampean masih joko, arghhhhgghg i ini udah….." perih dan sakitnya semakin keranjingan, hampir membuat Sumini mati rasa.


JLEPPPPPPPPPP tanpa ba bi bu, Mulyono menjejalkan kontolnya ke dalam vagina Sumini seketika.


Terasa cukup mudah karena vagina Sumini masih basah paska ejakulasinya yang sudah mendekat akan tetapi ditarik ulur, dipermainkan beberapa kali oleh para siluman.


Pun demikian dengan Mulyono, mudah baginya untuk ereksi meskipun dalam kondisi yang genting seperti ini, ya namanya bujana bergairah muda.


Naluri jejakanya tak polos-polos amat, ilmu perkentotan yang ia dapatkan dari sekolah forum semprot dan situs-situs porno, dicoba diterapkan tanpa perlu pelatihan yang masif dan militan, sudah jadi fitrah manusia untuk mudah memahami bab perkentuan duniawi.


Maju mundur pinggulnya menyodok vagina Sumini. Tak ada desahan dari wanita itu, mungkin karena sudah kadung mati rasa.


Dan tak berapa lama dari persenggamaan tak berlawanan itu terjadi.


SUUUUURRRRRRR suatu cairan deras muncrat dari vagina Sumini yang masih tersumpal kontol Mulyono.


Cairan orgasme tampak mulai menggenangi lantai kamar.


Sumini: "I.. itu Mul, bantu ara… arahkan ku untuk memiin…"


Mulyono: "Apa mbakyu nggak jelas?" ia pun mencabut kontolnya dan mendekatkan telinganya ke mulut Sumini.


Sumini: "Aku akan meminum cairan yang keluar itu" suara lirih tak bertenaga dibisikan.


Tanpa banyak tanya lagi, Mulyono memutarkan tubuh tak berdaya Sumini, agar mulutnya bisa menjangkau cairan orgasmenya sendiri.


Juluran lidah, tampak dilakukan Sumini lalu SLAASSSHHHH asap keluar dari tubuhnya.

"ARGHHHHHH" pekik wanita itu kesakitan.


Lalu disusul mulutnya mengokop air birahinya sendiri yang membasahi lantai kamarnya.


SLAAAAASSSHHHHHHH sekujur titik badan yang terluka mengeluarkan asap dan tampak tebal mengepul menyelimuti seisi ruang kamarnya.


Mulyono hanya termangu menyaksikan peristiwa aneh dan pertama kalinya dilihat itu. Namun dengan kondisi kontolnya masih berdiri, kondisi yang sama-sama aneh bin ajaib.


Perlahan tapi pasti, luka-luka dan lubang bekas gigitan tertutup, darah hitam yang mengalir di tubuh Sumini berhenti.


"Hah hah hah hah" megap-megap Sumini rasakan, seperti orang yang usai lari berkilo-kilo meter.


Tubuh yang sebelumnya penuh darah dan luka, menjadi bersih seketika seperti sediakala, pemandangan mengejutkan itu membuat Mulyono takjub sekaligus menyadari sesuatu.


Selang beberapa menit setelahnya, wanita itu berusaha bangkit, Mulyono dengan inisiatif memapahnya, diarahkan tubuh Sumini dan didudukkan di kasurnya.


Mulyono: "Jadi benar ya mbak, rumor ada pengobatan luar biasa dengan cara tak biasa, apakah ini yang dimaksud dari gosip mulut ke mulut tentang terapi Resik Silit, Ngokop Banyu Tempik, jilat anus, jilat cairan orgasme, atau apapun itu demi menyembuhkan berbagai penyakit. Apa benar seperti itu kah mbakyu?"


Sumini: "Ya benar, itulah mengapa Putri Kadita sangat menginginkanku, wanita itulah dalang yang memprakarsai adanya praktik kesehatan dengan cara menjijikkan seperti ini."


Mulyono: "……"


Sumini: "Huuuft, meski demikian, baru saja aku terselamatkan oleh terapi ilmu sesat ini, membenci dan menghindari tapi malah ku praktekan sendiri, sungguh lebih terasa memalukan." tertunduk lesu, suara parau.


Mulyono: "Bagaimana ceritanya mbak juga punya kemampuan penyembuhan seaneh itu?"


Sumini: "Entahlah ceritanya teramat panjang, akupun tak menyadari awalnya, namun seorang wanita penganut ilmu hitam yang bernama Putri Kadita itulah yang membuatku jadi tahu bahwa ada kekuatan tersembunyi di dalam diriku, dia pun sempat mengajariku beberapa langkah dan ritual untuk memaksimalkan kemampuan anehku ini. Menurutnya aku akan bisa melakukan hal yang bermanfaat bagi banyak orang, suatu hal yang baik bukan? tapi memahami praktiknya yang di luar nalar, akupun urung untuk melanjutkan penguasan terhadap ilmu ini."


Mulyono: "Oh, itulah alasan dia menginginkan untuk membawa sampean agar menjadi koleganya?"


Sumini: "Iya, sebenarnya tak hanya aku, ada mbak Sofiatun yang sudah jadi bagian dari kerajaan kecil yang didirikan Putri Kadita itu, Mbak Sofiatun adalah salah satu tangan kanannya, ia pun sempat membujukku untuk bergabung bersamanya tapi aku menolak keras, dan yang aku lega ia tak pernah memaksa sehingga kami tetap berteman baik."


Mulyono: "Oh begitu, ya ya apa syaratnya harus wanita kah atau pria juga ada?"


Sumini: "Sedalam yang ku tahu, hanya wanita yang dibutuhkan untuk terapi Resik Silit, Nglamuti Silit dan Ngokop Banyu Tempik entahlah mana sebutan yang tepat, dan hanya wanita pilihan lah yang bisa dan memiliki kemampuan aneh sepertiku dan mbak Sofiatun, setahuku selain mbak Sofiatun, ada Aqidah Nurmala Sari, Indah Hanifah dan Novi Andarista, namun hanya mbak Sofiatun yang mau bergabung bersama Putri Kadita."


Mulyono: "Kalau soal perawan ndak perawan, ngaruh kah?"


Sumini: "Tentu saja, khasiat luar biasa yang bahkan bisa menolong orang yang hampir sekarat, bisa didapatkan dari cairan orgasme perempuan yang masih perawan."


Mulyono: "Oalah yo yo yo kok ono ya di dunia ini keanehan semacam itu!!" sembari menggeleng-gelengkan kepala, yang akibat dari gerakannya itu.


Sumini: "Hmmm kontolmu tuh, masih ngaceng, guondal guandul tak terkendali bikin keki tahu nggak?!" mata wanita itu beralih fokus karena melihat 'mainan'.


Mulyono: "EHHHH i ii iya mbak, maap maap hehehe". Lalu ia pun berinisiatif menaikkan celananya dan memasukkan ketidakmaluannya yang masih gagah berdiri itu.


Sumini: "Heh gak usah sok-sokan mok lebokno ning celono, lebokno ning kene nek gelem, ahhh yo jelas gelem rupamu mbot jembooot!! hahahahaha" goda Sumini seraya menepuk-nepuk vaginanya, ia kangkangkan kaki selebar-lebarnya, cuwawakan dan urakannya menjadi indikasi jika kesehatannya benar-benar telah pulih.


(Heh gak perlu sok-sokan kamu masukin ke celana, masukkan ke sini saja kalau mau, ah ya jelas mau, mukamu mbut jembut!! hahahaha).


Mulyono: "Wueleh weleh mbakyu, ampun nggudo ngono lho, aku sing isih joko kan dadi pingin" mimik birahi kian terpancar namun masih agak takut-takut dan ragu.


(Weleh-weleh mbakyu jangan menggoda begitu lho, aku yang masih perjaka kan jadi pingin).


Sumini: "Heleh heleh taaai asuu, rupamu koyok ngono iii isih joko? jokondo-kondo ngono tho?"

(Heleh heleh taii asuu, muka muka kayak kamu itu masih perjaka? jangan bilang-bilang gitu kan?)


Mulyono: "Lho beneran mbakyu, ini tadi kali pertama kontolku bersarang di lubang kenikmatan wanita." jawabnya dengan mimik lugu. Lugu-lugu bangsat.


Sumini "Sek sek aku gak sepenuhnya percaya, jawab maneh pertanyaanku, kamu ndak yo TENANAN MASIH JEJAKA tho Mul?" kini intonasinya dipertegas, dan intimidatif.


Mulyono: "IYOOO MBAAK TENAN" jawabnya dengan nada agak tinggi.


Sumini: "BUAHAHAHA santai tho rasah ngegas ngono, ya wis sini pus pus pus, lebokno kontolmu ning senukku!!!" respon Sumini dengan ekspresi nakal menggoda.


(BUAHAHAHA santai tho gausah ngegas, yaudah sini pus pus pus, masukin penismu ke vaginaku).


Tanpa banyak tanya lagi, Mulyono kembali menurunkan celananya, terpampang kontolnya yang lumayan panjang dan sedikit besar, langkahnya menuju ke arah Sumini yang tengah duduk mengangkang di tepian kasur spring bednya, menjadikan kontolnya gondal-gandul.


CUHHH, Mulyono meludahi tangannya lalu diusapkan liurnya ke kontolnya.


Sumini: "Kalau beneran masih joko ko ko kooooo, kok ya paham kalau manukmu itu perlu dilumasi dulu sebelum bersarang ke vagina? ah gek gek kamu ndobol aja itu, jangan-jangan udah terbiasa main sama begenggek kan?"


Mulyono: "Serius belum pernah mbak yu, ilmu pengetahuan perngentuan kan bisa dipelajari lewat bokep."


Sumini: "Oalah…. ngono toh, yo wis rene aku juga sudah horny berat, lama nggak kesumpel kontol, liat kontolmu yang panjang itu aku jadi pingin, eh eh tapi jangan ngira aku gampangan ya, anggap aja ini bentuk terima kasih udah nolongin saya tadi, kirain situ kabur nyet monyet, ternyata dugaanku salah. Kamu jagoan deh ah muah" ekspresi rayuan genit menjadikan Mulyono percaya diri untuk bertindak lebih berani, meskipun aslinya gugup dan grogi.


Mulyono: "Hehe i… iya mbak ayu, ya saya cuma mikir saat mendengar teriakan mbakyu….." saat ngomong gitu sembari, ia arahkan kontolnya ke mulut vagina Sumini dan blessssss tanpa kesulitan yang berarti kontol durjana itu akhirnya tertelan vagina merah merekah janda cantik jelita. "AHHHHHHHHH" lenguhan terdengar spontan.


Mulyono: "Saya jadi miris kasian, makanya tadi saya langsung nyari-nyari apa yang ada, yang bisa dipakai untuk senjata, kirain mbak ndak punya sabit atau yang lainnya, beruntungnya punya" dalam posisi kontol yang sudah masuk namun terdiam tanpa pergerakan penetrasi.


Sumini: "Ya jelas saya punya toh, kan dari dulu saya juga suka berkebun. Ehhh goyangin dong…!!! paham kan?"


Lalu Mulyono pun bergoyang, bukan bergoyang menyenggamai tapi beneran menggeol-geolkan pinggulnya dong. Kan guoblogg.


Sumini: "HUAHAHAH eeee gobloog ndak gitu, maksudnya maju mundurin gitu lho aaaahhhh guobloog kirain paham" sontak rasa ingin mengumpat tak tertahankan.


Mulyono: "Hahaha lhaiya mbak kalau nyuruh yang jelas dong, katanya suruh goyang ya saya goyang lah, hehe.."


Tuwing….!!!

 Jidadnya ditonyor.


"AHHHHAHHHH" desah kencang keluar dari Sumini tatkala sekonyong-konyong Mulyono memajukan pinggulnya, kontolnya yang panjang menyeruak masuk hingga mentok ke vagina terdalam, ujung palkonnya menyentuh dinding-dinding rahim yang penuh syaraf-syaraf sensitif.


Dengan instingnya, Mulyono memaju mundurkan pinggulnya, membuat penisnya keluar masuk mengobok-obok liang peranakan Sumini. "AH AH AH"


"Hmmmm masih kaku sodokannya, jadi dia benar-benar jejaka, mayan nih dapat daun muda ya walau ndak muda-muda amat setidaknya lebih muda dariku, hehe." bertanya-tanya dengan kecamuk interaksi di dalam hati Sumini.


Sodokan demi sodokan yang masih terasa kaku tapi cukup lah untuk membuat Sumini merasakan nikmat setelah sekian lamanya tak terjamah oleh lawan jenis.


Sumini: "Tanganmu jangan diam saja tho ya, ini nenen semontok ini dianggurin sih" lalu tangan Mulyono pun menuju payudara sebelah kiri Sumini, dan dengan insting birahinya, kepalanya pun juga mengarah ke payudara Sumini sebelah kanan, dan ia langsung menghisap putingnya. "UAAAHHHH nah gitu dong pinter" pujinya senang di antara desahan nikmatnya.


PLOG PLOG PLOG

Suara paha berbenturan, memicu semangat persenggamaan. "Uhhh emang ya dasar laki, cepet banget pahamnya kalau urusan beginian" dalam batin Sumini mencibir tapi juga gemas.


"UH UH UH UH, kencengin, kenchenggg innn lagi Mulll AHHHH" suara desah parau terdengar sangat seksi di telinga Mulyono, menjadikan pria itu kian bersemangat menghantamkan pahanya.


PLOOOGGG PLOOOGGG

SRUPUUUHHHTTT seraya ia hisap puting Sumini bergantian kiri dan kanan, kedua tangannya menahan pinggul Sumini agar tidak terebah, ia sangat menikmati posisi ini.


Mulyono: "Duh mbakyu, nggak nyangka ternyata ngentot seeenak ini, jauh lebih lebih lebih enak daripada ngocok sendiri." ujarnya di antara akselarasinya dalam mengobok-obok vagina wanita di hadapannya.


Sumini tak menanggapi pernyataan itu.


Tiba-tiba "AHHHHHH" suara lenguhan terdengar berat keluar dari mulut Mulyono.


"HEHHHHH?!" terkaget Sumini dibuatnya, menyadari apa yang sedang terjadi. "Loh loh heeeiii, udah ngecroooot?"


Mulyono: "AD ADUU DU DU DUUH i iyaaa mbakyu, ngapuntene sudah tidak tahan saking enaknya, saya ndak bisa ngontrol EHHHHHH tapi tapi mbaaaakk…. ini gimana saya keluarin di dalem?!" sesaat ia mencabut ketidakmaluannya dan beserta itu tampak lelehan sperma keluar dari sela-sela vagina Sumini.


Reaksi Sumini justru tampak biasa saja.

"Ya kalau saya hamil situ tanggung jawab lah, kan berani berbuat ya harus mau menanggung resiko". dengan pandangan mata genit yang hal itu justru terasa mengintimidasi bagi Mulyono.


Mulyono: "Tap..tapi tapi mbak apa mbak mau sama orang kayak saya, mbak kan wanita yang kaya mbak…"


Sumini: "Hushhhh ndak usah terlalu mikir kemana-mana suuuu.. tuh kontolmu masih berdiri kan?"


Mulyono: "I i…iya mbakyu hehe"


Sumini: "Yaudah sini masukin lagi, buat saya enak, jangan situ doang dong yang dapet enak, perhatikan pasangan juga ya!! ini pelajaran penting dalam perkentuan duniawi. Hehe.."


Lalu Mulyono bermaksud kembali mengarahkan kontolnya agar masuk kembali ke sarang kenikmatan di depannya sebelum akhirnya malah dicegah Sumini. "Eithhh tunggu dulukkk, ganti posisi dan gaya dong, biar nggak gitu-gitu ajah" suaranya terdengar manja, lalu janda cantik itupun berbalik badan dan menungging membokongi Mulyono.


Pantatnya besar tampak menggiurkan bagi Mulyono, sebelum ia memutuskan berpenetrasi entah apa yang mengarahkan dirinya untuk mengambil inisiatif, mengarahkan kepalanya lalu dengan bibirnya, diciumnya pantat Sumini, disusul sapuan lidahnya melumuri pantat mulus itu dengan ludah biadabnya yang pasti baunya susah dideskripsikan.


Tak sampai disitu, Mulyono kemudian membenamkan wajahnya di antara bongkahan pantat mulus Sumini, ia hirup dalam-dalam aroma vagina Sumini, ada bau khas yang tercium dan menjadi kali pertama ia berkenalan dengan bau itu.


Kendati demikian tak membuatnya jijik, lalu bagaimana dengan bekas jilatan-jilatan siluman sebelumnya? rupanya telah memudar bersamaan proses regenerasi tubuhnya.


SRUP SRUP SRUPPPP


"UAAAH MULLLL dapat ide darimana kamuu aahh, yaaahh gitu pinter sayanggg!!!" tak ayal Sumini pun mendesah kegirangan dibuatnya.


Setelah puas bergumul dengan aktivitas menjilati lubang vagina Sumini, Mulyono beranjak dan segera memposisikan dirinya untuk penetrasi.


JLEBBBBB dibenamkan dalam-dalam dengan posisi doggy-style itu.


"UAAHHHHH NIKMAAATHHHH AAHHHHHH" teriak nikmat tak tertahankan tertuang dalam lengkingan suara yang mulut Sumini hasilkan.


Lalu Mulyono segera memaju mundurkan penisnya.


MBLOGGH

EMBLOOOG

EMBLOOGGG


Suara paha saling bertumbuk


PLAAAAKK

PLAAAAKKK

PLAAAAKKK


Ditampar-tamparnya bongkahan pantat Sumini seraya berseloroh "Duh bokongmu mbakyu jiaaaan muooonntoookk".


Sumini: "Kurang ajar ya kamu, berani-beraninya main tampar hehe" reaksinya dengan intonasi marah tapi sejatinya gemas dan bahagia. "Lebih keras lagi bisa ndaak?"


PLUAAAAKKKKKK tak ada tanggapan hanya merespon dengan tamparan yang lebih keras ke pantat mulus Sumini.


"UAAAHHH niat bener namparnya, ada dendam pribadi atau gimana? hahaha"


"IYA MBAKYU IYAA AKUUU DENDAMMM" geram Mulyono sembari mempercepat sodokannya.


"Loh aahh den aaahh dendam gimana??? uuuhhhhh emang sayahhhh salah apahhh??? ahhhh aahhhh"


"Iyaa mbak, dendaaaammm.… dendam karena kenapa baru sekarang bisa merasakan nikmatnya ngentooot aahhh"


"Uhhh aahh haa haa harusnya aah ahhh ahhh saa saaya yang dendam ke aaahh ahhh situ, aahhh yaaahhh uuhhh nikmaathh aaah, yang aaahhh yang udah aaaahhhh" timpal menimpali antara kedua manusia yang sedang terbuai nikmatnya beradu kelamin.


"Udah apa mbak udah nyodoknya ya? yaudah saya sudahi." dapat ide darimana hingga jejaka durjana ini bisa berpikir untuk memainkan peran dan memanipulasi hasrat Sumini.


Mulyono pun beneran berhenti menyodok dan kemudian melepas kontolnya dari vagina Sumini. "EHHH SIAAALAN SITU YA, malah ngajakin main-main ya?! lanjutin atau ku hajar lagi nih, hukuman kamu ngintip tadi belum sepenuhnya usai lho ya." ancamnya, masih dalam posisi nungging, namun salah satu tangannya berusaha meraih penis Mulyono agar dimasukkan kembali.

Mau beneran marah tapi kalah oleh tuntutan nafsu birahi yang butuh penuntasan.


Dan Mulyono yang sempat iseng menggoda, kembali melesakkan kontolnya. "AGHHHHH"


Dengan sodokan kecepatan penuh bak kinerja piston dalam mesin kendaraan.


PLOOG PLAK

PLOG PLAK

PLOG PLAK

PLOG PLAAAK PLAAAKK


Suara tumbukan dan tamparan selaras terdengar, kulit putih pantat Sumini menjadi merah membekas telapak tangan durjana, namun justru karena kombinasi itu, Sumini menjadi semakin hilang kendali.


"Ahhh jambakkk.…" belum usia Sumini mengarahkan sesuatu, tangan kanan Mulyono dengan cerdas menuju rambut panjang Sumini dan kemudian menjambaknya. "Aah pinter banget yaaaa aahhh".


"ARGHHHH mbaaakk…."


CROOOTTTTTTTT CROOOOTT


"Maaa.… maaa aaap maap mbak, saya keluar lagi." namun Mulyono tidak lantas berhenti, ia lanjutkan sodokannya dan semakin keras.


"Uwedaaan caaah aaahhhh, pancen bener aaahh mung mung aaahhh mungkin uh aaaah, situ emang masihhh jeeeh jaah kaaahh".


MBLOG

MBLOG

MBLOGHHHH

MBLOGGHHHHHH


Benturan paha yang sudah basah kuyup oleh keringat terdengar tertahan namun tetap jelas menyeruak ke relung pendengaran, mensuplai semangat berpacu dalam nafsu.


"AKUUUU SAMPAAAAIIIIIII"


SERRRRR SERRRRRR SERRRRRRR


Seketika Mulyono mencabut penisnya dan Sumini terkencing-kencing mendapatkan orgasme keduanya.


Beruntungnya posisi nunggingnya di luar kasur hanya kedua tangannya yang bertumpu pada tepian kasurnya, sehingga lantai kamar tidur itu yang menjadi korbannya, basah tergenang orgasme bercampur pipis.


"AHHHH MANTAAABBBB SAYANGGG" SUURRRRRRR air mancur kembali keluar dari bibir vaginanya dan Sumini pun seketika terduduk lemas paska mendapatkan klimaks dahsyat.


Mulyono entah apa yang ada dipikirannya, ia menghampiri cairan vagina Sumini yang bercampur dengan sebagian pejuhnya sendiri, berceceran di lantai lalu dia pun berangkat menghisapnya.


"EHHH MULLLLL?!"


SRAAAASHHHHH

Spontan sekujur tubuh Mulyono mengeluarkan uap. "AHHH PANAS mbaaakkkk!!!!!"


"Goblooogg nopo malah mok kokop banyu iku?"


"Aku juga penasaran mbakyu, dengan terapi ini, dan ingin membuktikan khasiatnya sendiri".


Suatu reaksi pada tubuh dirasakan oleh Mulyono. "UHHHHHH" ia pun melenguh, hawa panas terasa membakar dalam tubuhnya.


"Be- benaar mbak, manjur, rasa sakit setelah jatuh dari ketinggian itu hilang AHAHAHAHAHA edan edan edan edaaaaan iki gak masuk akal tapi nyoto jaan bajingaaaan tenan…. Huahaha" dengan ekspresi kegirangan ia menyambut reaksi dari kasiat mengokop banyu yang keluar dari tempik Sumini.


"Dengan kemampuan seperti ini, cocok kalau sampean jadi dukun mbak" imbuhnya.


PLAAAAKKKK


"Dadi dukun matamu iiii"


"Looo dengan kemampuan penyembuhan luar biasa seperti ini apa ndak sayang kalau disia-siakan?" tukasnya lalu dengan merengkuh tubuh Sumini.


"Ehhh meh opo kowe suuu?"


"Lanjut lah, ini liat isih ngaceng lho mbak".


"Busettttttt, cah nom tenan awakmu Mul Mul." namun Sumini malah rebahan. "Wis sak karepmu Mul aku lemes iki".


Dan Mulyono pun kembali membenamkan kontolnya, dalam posisi misionaris, durjana ini kembali menyetubuhi Sumini.


"Mbakyu aku pingin nyipok lambemu nek oleh, nek gak oleh yo gakpopo"


"ORAAAAKKK, CANGKEMMU MAMBU SUUU"


"Lah kan mambu tempikmu dewe hehe, ya udah kalau ndak boleh". Tak ada raut kecewa yang berarti, karena bagi Mulyono sudah bisa bersenggama dengan Sumini si janda cantik dengan tubuh yang menggairahkan, itu sudah membuatnya bahagia.


Setelah pergumulan lanjutan dimana hanya Mulyono yang bekerja, sementara Sumini hanya pasrah saja, sekitar setengah jam setelahnya Mulyono pun mengejan dan kembali memperoleh klimaks untuk ketiga kalinya.


"AHHHH MANTAABBB" dibenamkan dalam-dalam, kontol bujang lapuk memanfaatkan momentum menghujam ke palung terdalam liang kewanitaan, semprotan demi semprotan air mani durjana menghujani vagina janda ayu yang menggugah selera.


"FIUUUUH mantab mbakyu"


"Iyooo mantab, tapi sadar rak? wis ping piro pejuhmu mok crotno ning njero bloookk!!!"


"Hehe maa maap mbakyu"


"Moap me'ep moap me'ep, tapuk ndasmu iii, nek aku meteng gelem tanggung jawab?"


"Oooo lha siap laksanakan dong mbakyu, cumaa…."


"Cuma opo?" nada agak ngegas.


"Apa mbakyu bersedia punya laki macam saya, yang biasa-biasa saja ini?"


"Heleh sok-sokan kowe ki, tapi tak akoni dirimu ki ngganteng, putih, resik, manuke dowo tur tahan lama, hehe… gak koyok sing mbiyen, gede sih tapi peltu".


"Walah walah dadi mbakyu cuma butuh manukku thok yo? nggak butuh aku?"


"Wooo ya jelas lah, pake nanyak, emang kowe sopo ndes ndes?!! orang bujang lapuk yang malam-malam malah nekad ngintipin orang mandi, dancoook raimu su!! Eh terus itu gimana caranya situ bisa sampai ke dalem? kan rumahku ini sudah dikelilingi pagar bumi yang lumayan tinggi? mabur opo piye dapuranmu?" logat keras dan bahasa kasar nyablak memang menjadi cirikhas Sumini.


"Hehe kalau cuma pagar bumi polosan belum diplester haaa mbok 10 meter bisa saya panjat mbakyu, apalagi pagar bumi rumah mbakyu cuma 4 meteran…. kuweciiiil micil micil itu mah hahahaha" sembari menjawab dengan pongah, Mulyono dengan pedenya beranjak merebahkan tubuhnya di samping Sumini.


"E E E EHHH? Enak-enakan aja tidur di sini"


"Capek mbakyu, mbokya kasih kesempatan buat rebahan di samping mbakyu, wangi sabun mbakyu masih melekat bikin tenang hehehe."


"Wonga wangi matamu iiiii." sementara Sumini tak ada reaksi bentuk pengusiran secara fisik, ia hanya mengelap dahinya. "Fiuuuh" tergambar raut kelelahan di dalam dirinya.


"Aku sebenarnya mau ngomong nih mbak tapi takut mbakyu marah hehe"


"Ngomong apaan emang?"

"Sebenarnya saya masih ngaceng dan pingin lanjutin, eith tapi jangan keburu ngamuk dulu, berhubung tahu mbak kelelahan jadi aku urungkan niat itu meski aslinya masih pingin pingin pingin banget".


"JIANGKRIIIIIIKKKK perkasa nemen sih awakmu".


"Ya namanya gairah masa muda yang baru tersalurkan hehe"


"Muda muda, umurmu berapa sih Mul?"


"Baru mau 30 mbakyu, selisih lebih muda 4 tahun dari sampean sepertinya"


"Lah kok bisa tahu umurku? wah gawat, stalker kowe ya? hayooo ngakuo, tapuk cangkemmu lho"


"Iya kan nggak harus jadi stalker, denger dari orang-orang kan juga bisa mbak hmmm.."


"Iya iya, eh eh tapi tapi, kok dirimu ndak nikah-nikah? padahal umur segitu udah masuk usia matang".


"Ya alasan klasik mbakyu, ekonomi. Saya minder."


Keduanya rebahan hampir berdempetan dan mengobrol, membahas perkara umum yang sudah berapa juta kali terjadi percakapan seperti ini.


"Lah kenapa minder? ganteng dapet, gagah juga, punya kerjaan juga, ya walaupun nggak jadi pegawai atau pulisi, paling nggak situ ndak nganggur, ndak kayak geng Pejuh Durjono, Sukasmin, Miyadi dan Gianto yang kerjaannya cuma bikin rusuh di kampung."


"Kerja sih kerja, cukup untuk kebutuhan pribadi tapi kalau untuk mencukupi kebutuhan berumah tangga itu yang masih jadi pertimbangan, sebab kodratnya saya sebagai laki-laki ya harus sebisa mungkin yang menghidupi, meski tak selalu harus begitu, karena banyak juga wanita yang membantu, tapi kan alangkah baiknya kalau saya yang fokus kerja, istri fokus di rumah, ini sih omong omongan belaka ya mbakyu ya tapi yaa ini emang yang jadi pertimbangan buat saya. Banyak yang ngomong, urusan rejeki kalau sudah menikah pasti ada aja jalannya dan jangan khawatir. Nyatanya dalam prakteknya banyak yang kandas pernikahannya didasari oleh alasan ekonomi, itu yang saya harus pikirkan dengan matang jangan keburu termakan omongan orang-orang. Hmmm kok saya jadi sok bijak gini, hehehe….!!!"


"Adu du duuuh, wong bagus, selain perkasa juga bijaksana ternyata. Tau ndak? dirimu itu jadi perbincangan, jadi bahan gosip gitu lah".


"Lo lo lho ndakyo tenan ngoten tho mbakyu? terus diperbincangkan soal nopo, soale kan nggak ada sesuatu yang sitimewa dari saya, atau malah sesuatu yang salah kah?!?" dengan mimik antusias, kemudian menyandarkan kepalanya dengan tangan kirinya sehingga posisinya kini menghadap ke samping ke arah Sumini.


"Ele ele eleeeeh terus semangat gitu ekspresinya ya, apalagi klo udah diceritain apa yang diperbincangkan orang-orang, bakalan jadi besar kepala ini munyuk" seloroh Sumini seraya menoel hidung Mulyono.


"Guantengeeee poolll nek didelok seko cedak jebule, irunge mancung, kok iso-isone wong bagus koyok ngene rung payu rabi ya?" dalam batin Sumini terkagum-kagum dengan pria yang kini sedang rebah bersampingan dengannya.


"Halah mbak mbak, kalau hanya sebatas sanjungan tidak akan membuat saya terlena, bagi saya sanjungan hanyalah hinaan tertunda".


"Jamputtt kemaki mu lho aahhh" setelah tadi menoel hidung, kini mencubit masih di hidung mancung Mulyono, perasaan gemas terpancar dari rona wajah Sumini. "Jadi situ diomong orang-orang, terutama ibu-ibu, kata mereka, ada orang ganteng di desa Cenggur Asri tapi belum nikah nikah padahal usia udah dewasa, pekerjaan juga punya.…"


"Oalah, apa benar seperti itu yang diomongin orang-orang?"


"Eee rak percoyo tho karo omonganku? awakmu itu orangnya terkenal tekun dan ulet, ini aja malam-malam masih mau jadwal jaga ronda kan? meski akhirnya malah melakukan tindakan kriminal." pujian yang disusul cibiran.


Seketika tangan Sumini mengarah ke kontol Mulyono dan mengelus-elusnya, tak ada reaksi keterkejutan darinya, hanya pasrah menikmati.


"Yaaaah hehehe, ya gimana ya awalnya ndak ada niat, niatnya ya jaga keliling ronda karena rekan tim jaga ndak pada hadir yasudah saya keliling sendiri, tapi begitu lewat belakang rumah mbakyu kok terdengar suara orang mandi, nah di situ lah setan memprovokasi untuk ngintip sampean, lagian tengah malem kok mandi sih, kan saya jadi suudzon mbakyu habis ngapain coba?!"


"Eeeee munyuk malah nyalahin setan, situ setannya blloggg, malem-malem mandi ya suka-suka saya lah." masih seraya mengurut-urut kontol Mulyono.


"Hehe maap ya mbakyu, meskipun aslinya saya malu sekali pas ketahuan akibat terjatuh dan memikirkan nasib saya kedepannya kalau mbak sampai lapor ke orang-orang, udah pasti nama saya akan hancur, tapi entah kenapa saya bahagia sekali malam ini, ngintip sampean lalu terjatuh karena seperti ada yang mendorong tubuh saya, yang sepertinya ya siluman ular berkepala manusia itu, meskipun sakitnya luar biasa, tapi dapat imbalan bisa rasain nikmat luar biasa yang belum pernah saya rasakan sebelumnya, jujur ini memang pertama kalinya saya bersetubuh dengan wanita, saya ndak nyesel perjaka ilang, setidaknya di memek wanita yang tepat."


"Heleh jadi sebelumnya sudah bercinta tapi sesama pria? gitu kan?"


"Eladalah koclok sampean iki, yo gak ngono coro mainnya."


"HAHAHAHAHAHAHAHA" keduanya serempak tertawa.


"Ihhh iki ne lho jaaan jan kokyo isih ngaceng" tangan Sumini masih terus mengelus serta mengurut kontol Mulyono dengan perasaan takjub dan gemas.


"Lha iku mbakyu, namanya juga darah jejaka. Nanti kalau udah lama ya paling kayak laki pada umumnya."


"Jangan pesimis gitu, laki ku itu dari awal udah peltu, paling lama cuma 15 menitan. Aku selalu dibuat kentang oleh-nya, jadi ndak semua laki punya peforma sama"


"Ya paham kalau itu mbakyu"


"Halah, pahamnya kalau soal selakangan"


"HAHAHAHAHAA" setelah tertawa lepas, entah siapa yang memulai, keduanya ciuman.


"EHHHH" kaget Sumini. "Wis ah kesel, yook turu wae"


"Nggih mbakyu".


"Eh tapi bentar" ucap Sumini dan tiba-tiba ia bangun, lalu. CUPPP diciumnya ujung kontol Mulyono sembari berucap "Met bobok jagoan".


"EHHHHH?" dalam hati Mulyono kebingungan tapi juga merasa gemas dengan perlakuan wanita cantik yang telah mendapatkan perjakanya itu.


Lelah menyelimuti keduanya setelah pergumulan birahi, disusul rasa kantuk luar biasa membuat mereka lupa jika ada masalah yang masih harus diurus.


Keduanya pun tertidur dan di saat bersamaan, di dalam kamar mandi terjadi sesuatu terhadap empat kepala yang telah hancur berantakan.


"GUAARGHHHH"

"Bajingan tengik Mulyono itu…." perlahan empat kepala manusia itu beregenerasi dan menyatu kembali dengan tubuhnya yang berbentuk ular sanca yang juga telah pulih.


Namun entah bagaimana maksudnya, siluman aneh itu seperti terhisap oleh sesuatu hingga pada akhirnya menghilang, bahkan bekas-bekas darah yang berceceran di lantai dan dinding kamar mandi, juga lenyap seketika.


Dan sebuah kepulan asap muncul..…


______________________________________________


Berpindah ke tempat Gianto dan Muidah


Sebuah ayunan tangan dari raksasa mengarah ke Gianto dan Muidah.


Dengan sigap Gianto membopong Muidah dan membawanya melesat menghindar dari sapuan telapak tangan raksasa.


"AAAAAAAAAAAA GIII….." panik Muidah ketika tubuhnya di bawa melesat ke udara.


Dalam beberapa saat diturunkan kembali Muidah.


"Pegangan erat pada dinding mpok" perintah Gianto sebelum akhirnya ia memutuskan kembali melesat ke arah berlawanan.


Maksud hati Gianto ingin memancing perhatian dan mengalihkan fokus raksasa, supaya Muidah tidak terkena jangkauan serangan makhluk besar itu.


Dan benar ayunan tangan kembali dilakukan raksasa meskipun bertubuh besar namun pergerakannya sangat cepat. SWAAASSSHHH Gianto mampu berkilah, akan tetapi hal berbeda terjadi pada Muidah, terpaan kuat angin yang berhembus akibat ayunan tangan raksasa, membuat pegangan tangannya yang tak cukup kuat itu terlepas, terpelanting tubuhnya ke udara tersapu kuatnya angin.


"UAAAAAaaa Giaaaaannntoooo….." suaranya terdengar menjauh.


Blaaaakkkk, sraaakkk.


Tubuh Muidah temangsang di sebuah pohon rambutan besar nan rimbun yang ada di pekarangan halaman depan rumahnya.


Gianto terpaksa harus mengabaikan Muidah, karena ia harus mengurus marabahaya di hadapannya. Dari kakinya tiba-tiba muncul bara api, kakinya menyala.


"Samparan Geni"


ZLAAAMMM lesat secepat kilat, sejurus kemudian kaki penuh kobaran api menghantam telak ke wajah raksasa.


DAAAAAAGGGGGGH


BLAAANGGGGG akibatnya, makhluk besar itu pun tumbang.


"Pituduh Songo Arah" rapalan segel pengikat dilancarkan dan dari tanah berpancar cahaya hijau, dan seperti akar bersinar yang menari-nari, sebelum akhirnya mengikat tubuh raksasa.


"GAAARRRHHH" raungan terdengar menggema. Tubuh besar raksasa itu seketika tak sanggup lagi bergerak.


Senada dengan kakinya, telapak tangan Gianto menyala api membara.


Kepalan tangan diarahkan ke wajah raksasa.


DUAAAGHHHHH

Namun sesuatu yang entah darimana datangnya, menghantam keras, telak mengenai perut Gianto, diapun terpental jauh.


GLANGSAAAAARRR


Tubuhnya glangsaran di tanah.


"Ughhhh sial, kenapa tiba-tiba ada serangan yang tak ku sangka, dari siapa itu?" dari jarak yang cukup jauh, pandangan Gianto tertuju ke arah dimana raksasa yang sebelumnya ia segel, di atasnya berdiri sesosok makhluk yang seperti manusia karena tidak tampak berdiri besar.


Ketika ia berusaha bangkit seraya memegangi perutnya yang sakit.


"Kau mencariku ya? dasar makhluk rendahan" tiba-tiba dari arah belakang berdiri sesosok manusia dengan perawakan tinggi kekar, namun berwajah bak barongan.


"Destrarastra?!" saat dalam benaknya berusaha mengenali siapa yang ada di hadapannya.


DUAAGGGHHHHH, sebuah tendangan keras dengan telak mengenai bahunya, tubuhnya yang sebelumnya terpelanting menjauh dari areal sekitar rumah Muidah, kini terpental melesat kembali ke arah rumah wanita itu.


BLAAAAKKKKKKK tubuh Gianto menghantam pintu gerbang rumah Muidah yang tertutup. Belum sempat ia bangkit, sesosok makhluk dengan tampang menyeramkan itu sudah ada di hadapan Gianto, padahal terpentalnya cukup jauh.


DUAAAGGGHHH

BRAAAAAANGGG

GLONDIYAAANGG


Tendangan kembali diayunkan dan menghantam bahu kiri Gianto, menabrak kembali tubuhnya ke pintu gerbang alhasil gerbang itupun ambruk, saking fatalnya akibat dari tendangan itu, tubuh Gianto masih terpental hingga ke dalam halaman rumah Muidah padahal sudah menabrak gerbang yang konstruksinya terdiri dari material kokoh.


"UAAAGHHHH" rasa sakit luar biasa dirasakan Gianto.


Ia berusaha bangkit namun… CEPPPPP

Kepalanya seperti ada yang menggenggam, rupanya makhluk menyeramkan itu yang melakukannya.


"Ciptaan produk gagal dan rendahan seperti ini bisa menumbangkan salah satu anakku raksasa Brakuwala."


"Ja ja jadi ben bennarrr, jika kau adal… lah Destrarastra?"


"Sangat mengesankan masih ada manusia modern yang mengenaliku padahal sudah ribuan tahun lamanya sejak kematianku, hah!!! sebagai hadiah dan apresiasi dariku.…."


Dengan telapak tangan, sosok yang disebut sebagai Destrarastra mencengkeram wajah Gianto, tubuh lelaki malang itu terangkat.


Lalu….


DRAAAAAAGGGG dihantamkannya kepala Gianto ke tanah…


KRETAAAAKKKGGG akibatnya retakan luas terbentuk dan berdampak pada tanah yang amblas cukup dalam.


Tumbang, tak sadarkan diri, bersimbah darah kepala dan anggota tubuh lainnya, begitu mengenaskan kondisi Gianto.


Sementara Muidah menyaksikan peristiwa itu dari atas pohon tempat ia terjebak di antara ranting, rimbun dedaunan dari pohon rambutan itu beserta gelap suasana malam seolah sedang bahu membahu menyembunyikan dirinya, pilu luar biasa ia rasakan demi menjadi saksi tentang apa yang menimpa Gianto. Akan tetapi ketakutan luar biasa menuntun nalurinya agar tidak teriak, karena bisa jadi ia akan menjadi sasaran selanjutnya.


"Oh ya, dimana wanita yang bersama sampah ini ya? hmmmm…"


DUG

Muidah: "Gawat ini gawat, dia akan mencariku" bergidik ngeri dalam batinnya.


"Hmmm….!! apa pentingnya mengurusi sampah tak berguna lainnya itu, yang terpenting adalah siapa dalang yang membangkitkanku dan berani-beraninya menjadikanku bidak caturnya, akan ku buat dia menyesali perbuatannya, karena telah melecehkanku dan keturunanku."


JLAB.


Dalam sekejap sosok itu telah melesat menjauh dari rumah Muidah.

Pemandangan tampak memilukan tatkala terkapar tubuh seorang pria, darah menggenang di sekitar tubuhnya, sebagai cinderamata yang ditinggalkan oleh tokoh yang dikenal sebagai Bapak dari para Kurawa. Destrarastra.


BERKABUNG

Komentar