Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2015

CERBUNG | KELUARGA PAK TRISNO 13

Sabtu pagi yang cerah, dan memang selalu cerah semenjak tiga bulan terakhir ini, karna selama tiga bulan itu pula kota Jakarta ini nyaris tak diguyur hujan. Dan dipagi itu pula kami tengah sibuk mempersiapkan diri untuk pergi keluar Jakarta ini. Rencana yang telah kami sepakati bersama adalah berkemah di daerah pegunungan disekitar Jawa barat, sekedar refreshing menikmati segarnya udara dipegunungan untuk melupakan sejenak kota Jakarta yang semakin panas dan berdebu dimusim kemarau ini. " Gimana don, udah masuk semua barang-barangnya? " tanyaku kepada Doni yang semenjak tadi sibuk memasukan segala keperluan untuk berkemah yang kami putuskan selama satu malam itu, dan pada minggu malam rencananya kami akan sudah berada dirumah. " Entar dulu pa, sepeda Doni belum..." " Macem-macem aja kamu itu, emangnya mau taruh dimana?" " Diatas lah.." Ah, dasar anak ini, sepertinya barang-barang miliknyalah yang paling banyak memenuhi ruang bagasi, masih ditamba

CERBUNG | KELUARGA PAK TRISNO 12

Seperti biasa, setelah selesai bersih-bersih rumah dipagi hari ini, yaitu menyapu dan mengepel lantai, masih ada pekerjaan rutin lain yang paling tak bisa untuk ditunda, pekerjaan yang menyangkut urusan perut. Apalagi kalau bukan menyiapkan sarapan pagi. Walaupun pagi ini aku bangun sedikit terlambat dikarenakan pukul satu dini hari tadi baru bisa memejamkan mata, tapi sukurlah akhirnya semua rampung juga sebelum mereka terbangun. Ah, setelah peristiwa tadi malam, dimana aku dikerjai oleh seluruh anggota keluarga ini, dan dimalam itu pula aku masih harus mengepel lantai diruang tidur utama. Sebetulnya sih pukul sebelas malam semuanya telah selesai, tapi karena terus membayangkan peristiwa yang telah kualami itu, baru dua jam kemudian aku bisa tertidur. " Selamat pagi Tini.." uuupps, sapaan itu membubarkan lamunanku. Segera kuberdiri dari kursi set meja makan. Siempunya suara langsung menghempaskan bokongnya yang dibalut lagging ketat diatas kursi, seraya menenggak jus apel ya

CERBUNG | KELUARGA PAK TRISNO 11

Supartini, biasa dipanggil Tini, itulah namaku. 25 tahun umurku, berasal dari sebuah dusun dikaki gunung Merapi. Pembantu rumah tangga adalah profesiku, profesi yang telah saya lakoni sejak lima tahun terakhir, tepatnya semenjak dusun kami hancur akibat meletusnya gunung Merapi, bencana yang banyak memakan korban, baik itu harta benda maupun nyawa, termasuk nyawa suamiku Mas Ngatiman, yang membuatku menjadi janda pada usia perkawinan kami yang belum genap dua tahun, bahkan kami belum sempat diberikan momongan oleh Gusti kang gawe urip. Walaupun hanyalah seorang buruh tani merangkap buruh bangunan, Mas Ngatiman merupakan tulang punggung bagi perekonomian kami, tepatnya aku dan simbok, wanita sepuh yang adalah ibu kandungku, sosok yang membesarkan dan merawatku seorang diri semenjak kematian bapakku diusiaku yang kelima. Ah, Mas Ngatimanku... Sudah beberapa kali kuingatkan untuk lupakan saja kerbau dan kambing kita itu, jelas-jelas sudah ada larangan dari petugas untuk tidak berada dikaw