Langsung ke konten utama

Kurowo Nelongso Bab 23: Pengacau Yang Kacau

 Chapter 23: Pengacau Yang Kacau

________________________________


Desa Begal Wani


"Badai"

"BADAIIIII"

"ANGIN TOPAN MELANDA WONOPATI"


Jarak desa Begal Wani dan hutan belantara Wonopati tidaklah dekat, namun karena besarnya pusaran angin yang diciptakan dari kanuragan Darmadi, menghadirkan dampak yang luar biasa dan sangat luas sehingga mampu menjangkau desa-desa lain yang mengelilingi Wonopati


"Informasi darurat, terjadi badai luar biasa di hutan Wonopati, pusaran angin semakin kuat, besar kemungkinan akan berdampak ke desa Begal Wani." pemberitahuan kondisi darurat menggema melalui pengeras suara baik dari pusat informasi pemerintah, masjid-masjid dan pos penjagaan.


Genting dan panik, menyatu menyeruak paksa dan membuka pintu kekacauan.

Situasi ketenangan terusik.


•••


Sore telah berganti menjadi malam, pusaran badai masih berlangsung, bahkan semakin meluas hingga semakin tak terkendali, sang empunya jurus rupanya kesulitan untuk memadamkan jurusnya sendiri, karena saking besar dan dahsyatnya badai yang dia ciptakan, kondisi hutan itu porak poranda, pohon-pohon tumbang, debu menutupi seluruh area, pandangan mata terbatas, binatang-binatang liar banyak yang tewas akibat badai itu.


Semerbak bau kematian menyebar luas, mengusik ketenangan hayati.

Satu perbuatan melanggar aturan, sanggup menyebabkan begitu besar dampak yang tidak hanya pada orang maupun kehidupan di sekitarnya, namun juga bisa melukai diri sendiri, maka dari itulah hidup itu perlu adanya batasan, melalui referendum hukum yang disepakati guna membatasi perilaku yang dapat mengusik dan mengganggu.


"Siaaaal, aku tak bisa menghentikan jurus ini begitu saja, energiku sudah cukup terkuras untuk menggunakan Sari Patining Rogo."


Kewalahan mengatasi jurusnya sendiri adalah situasi yang sangat membagongkan.


"Hohohoooho, bodoh kau Darmadi, mengapa harus berpikir menghentikannya, bukankah ini bisa dilanjutkan untuk menciptakan porak-poranda yang lebih gila, hahaha. Menyemburkan elemen api dan biarkan membakar seluruh hutan Wonopati ini, bukankah ini bisa menjadi alasan kebakaran hutan, lalu akan ku gunakan untuk me-reboisasi dengan menanam sawit yang memiliki nilai ekonomis dibandingkan membiarkan hutan ini tidak memiliki nilai jual, hahahahaha." dalam hati Darmadi menimang-nimang jalan keluar, seringai iblis terpancar setelah mendapatkan gagasan buruk yang akan ia lancarkan.


"Semburan Api, Tarian Angkara Baskara"

SWOSSSHHHH.


Semburan api besar keluar dari mulut Darmadi, lalu api itu menyambar badai yang membawa serta material-material bumi yang mudah terbakar seperti dedaunan kering, ranting-ranting pohon yang berterbangan dan lain sebagainya.


Tak butuh waktu lama untuk terjadi bencana hebat selanjutnya. Kebakaran hutan.


"Cihhh, sekarang saatnya beranjak dari tempat ini." dengan pengendalian elemen angin, membuat tubuh Darmadi bisa melayang, meski demikian tubuhnya terombang-ambing oleh badai buatannya sendiri. "Bajingaaan, jadi begini rasanya menikmati senjata makan tuan yang harus ku terima sendiri." selain kestabilannya goyah dalam geliat untuk menghindari terpaan badai besar itu, juga dibalut hawa panas yang semakin luar biasa panasnya, karena api di sekitarnya sudah mulai membesar.


Sekuat tenaga Darmadi berusaha melayang ke atas untuk menembus puncak badai, agar ia bisa terbebas untuk melesat. "Uaaaaghhhh". sabetan api menyambar mengenai tubuhnya. Ironis, pengendali api terbakar oleh jurus apinya sendiri.


Di sisa-sisa kelelahan yang ia berusaha abaikan, akhirnya berhasil melewati luasnya badai yang kini berpadu dengan api, lewat jalan atas, satu-satunya cara untuk lepas dari hiruk-pikuk yang disebabkan oleh dirinya sendiri.


ZLAAAPPP, setelah bebas dari terombang-ambing, dengan leluasa ia bisa menjejakkan kakinya untuk mengeluarkan tenaga angin, sehingga sudah selayaknya manusia yang bisa terbang.


Dengan laju kencang. "Sendang Mulih, aku harus segera kesana untuk bertapa sejenak dan memulihkan tenaga dalam yang terkuras banyak ini."


Sementara mayat-mayat hidup Kurowo sudah menyebar seluruhnya ke berbagai penjuru, untuk satu tujuan, memburu dan menangkap Brawijaya dan Novi Andarista.


"Sebagian besar Kurowo berisi manusia-manusia cacat, dengan kondisi tubuh yang tidak utuh, itu semua akibat ulah ibunya sendiri, Dewi Gendari yang frustasi di masa kehamilannya, ia gugurkan sendiri kandungannya lalu menginjak-injak janinnya hingga terpecah menjadi seratus bagian yang dari pecahan-pecahan janin itulah terlahir Kurowo, sehingga tumbuhlah orang-orang disabilitas namun mewarisi ilmu kanuragan yang luar biasa. Tak heran jika untuk membangkitkan mereka semua, perlu tenaga dalam sebesar ini, dan membuatku kelelahan, tak biasanya aku merasakan kelelahan yang teramat sangat seperti ini, sehingga harus mengurungkan niat untuk melakukan strategi selanjutnya, rencana yang tersusun matang jika tidak segera dieksekusi maka semua akan kacau dan harus menyusun ulang, seharusnya hari ini juga ku penggal kepala Brawijaya, tapi rupanya aku terlalu meremehkan dia, kini dia akan menjadi benalu besar bagiku, segera harus ku urus dia sebelum menjadi penghambat di masa-masa kepempimpinan yang sedang ku duduki, aku tak ingin usaha yang sejauh ini ku lakukan akan kandas sia-sia."


_______________________________



Beralih ke Subeki and gang, yang tengah dalam pelariannya.


Sementara malam semakin larut, pelarian dengan kanuragan, rupanya juga tak kunjung mempercepat jalan pulang yang panjang.


Luka parah yang mereka terima dan darah yang terus mengalir dari empat orang itu memberi dampak luar biasa, meski mampu melesat cepat, namun jarak menuju markas masih sangat jauh.


Jika dalam kondisi prima saja mereka lebih memilih berkendara dengan mobil atau kendaraan lainnya, karena menghemat tenaga dalam adalah hal yang wajib dilakukan bagi penggiat kanuragan, sehebat apapun mereka, tak bisa lepas dari titik lemah penggunaan tenaga dalam, kelelahan.

Sama halnya penggunaan stamina pada proses secara umum yang berkenaan dengan kinerja tubuh.


Semua hal memiliki batasan.


Apalagi kini empat orang itu dalam kondisi yang sangat parah.


"HUAAKHHH" saat kaki mendarat ke tanah, Jujuk hampir terjatuh, keseimbangannya goyah akibat luka yang diderita serta masih harus membopong tubuh Suharsono.

Dia lalu menurunkan tubuh bos-nya itu, kemudian ia rebahkan tubuhnya.


Di saat yang sama, Jajik dan juga Subeki yang sebelumnya agak ketinggalan, telah menyusul dan kemudian berhenti di dekat Jujuk yang tengah berbaring kelelahan, nafasnya tampak berat, rasa sakit yang teramat sangat, lubang bekas tancapan besi di perutnya terus mengucurkan darah. "HUWAKKHHHH" tak hanya itu, muntah demi muntahan dari mulutnya, darah bercampur empedu.


Subeki: "Jajik, kau gantian bopong Suharsono, aku akan menggendong Jujuk, tubuhku tak setinggi dan sebesar dirimu untuk mengangkat Suharsono yang sama bongsornya denganmu."


Jajik: "Baik boss… uhhhhkk" meski sama-sama terluka tapi sepertinya Jajik masih lebih kuat bertahan.


Subeki: "Kita harus cepat dan berbegas ke markas atau kita akan mati disini. HEHHHHH…..???!!!" di tengah-tengah ucapannya, tiba-tiba dia terhenyak kaget, merasakan sesuatu yang tidak beres.


Jajik: "Ada a-a- apaa bos?".


Subeki: "Energi macam apa ini??? jangan bercanda, di tengah kondisi seperti ini…." bergetar kencang nadi Subeki, rasa takut luar biasa menjalar ke tubuhnya, demi merasakan aura luar biasa yang ada di sekitarnya. "Jajik, Jujuk, jika kalian masih bisa mengeluarkan tenaga dalam kalian yang tersisa, mungkin ini satu-satunya cara agar kita selamat sekarang."


Jujuk: "Uhukkkhhggg guaaaahhh, se- se sebenarnya ada apa bos? apa yang kau rasakan? dan apa sebenarnya itu?"


Subeki: "Sulit untuk menjelaskannya, tapi aku merasakan aura yang di luar nalar, cakra yang sangat besar dan tersebar, jangan-jangan ini adalah teknik Sari Patining Rogo dan yang dibangkitkan dengan jurus terlarang itu adalah orang-orang dengan kekuatan di luar nalar."


Jajik: "Sari Patining Rogo? bukankah itu sangat tidak mungkin dilakukan oleh manusia jaman sekarang? dan konon hanya menjadi mitos belaka?"


Subeki: "Kata-kata mitos itu disampaikan oleh para aparat dan pemerintah demi mengelabui orang-orang, agar orang-orang percaya maka ditutup-tutupi lah keberadaan teknik itu, seolah-olah hanya bualan belaka, karena dikhawatirkan akan disalahgunakan oleh orang yang tak bertanggung jawab, bahkan mereka memasukkan dalam daftar jurus terlarang, tapi aku pernah bertarung dengan orang yang mampu menggunakan jurus keparat itu dan dia adalah Surono."


Jajik: "SURONO? Surono adik kandung Darmadi?"


Subeki: "Benar, dan besar kemungkinan bajingan itulah yang menggunakan jurus ini sekarang, mengingat dia adalah buronan pemerintah dan masih belum diketemukan keberadaannya, untuk itulah sebaiknya kita harus segera pergi dari tempat ini, bertemu dengan biadap Surono dalam kondisi babak belur seperti ini, hanya akan menjadi satu tiket menuju kemalangan selamanya, dia akan menggunakan segel pengikat raga dan menjadikan tubuh kita sebagai tumbal untuk Sari Patining Rogo. Jajik Jujuk, dengan sisa-sisa tenaga dalam yang kita miliki, akan ku pandu kalian untuk satu jurus yang penting, terutama untuk kondisi yang mendesak seperti sekarang ini."


Jajik: "Jurus apa itu bos?"


Subeki: "Lesat Rogo Sesaat. Teknik yang mendobrak batasan gerak cepat sehingga seolah-olah kita akan menghilang dan berpindah tempat dalam sekejap, terdengar sangat hebat bukan? tapi resiko yang akan kita terima juga tak kalah hebatnya, ialah kematian, meskipun kita bisa sampai di gunung Galunggung, tapi besar kemungkinan nyawa kita juga tak akan tertolong, akan tetapi hal itu jauh lebih baik, resiko yang layak dicoba dibandingkan kita akan menjadi budak bagi pengguna jurus Sari Patining Rogo. Bersiap lah Jajik Jujuk!!!"


SLAP SLAP SLAP


Tangan Subeki merapalkan kuncian jurus. "Lesat Rogo Sesaat"


SLASHHHH, aliran tenaga dalam keluar, lalu menarik cakra dari si Kembar dan juga Suharsono, hingga terbentuk tautan energi.

Kombinasi sisa-sisa tenaga dalam yang dipunyai, demi jalan pintas dalam upaya pelarian. SRINGGGGGGG


Cahaya putih terang terbentuk lalu…..


JLAAAAPPPPP dalam sesaat tubuh ke empat orang itu telah hilang, dan seketika telah berpindah di depan pintu masuk markas, yang berada di sebuah goa, di perut gunung Galunggung, dengan kondisi terkapar dan sebagian tubuh mereka hangus seperti terbakar, asap keluar dari bagian tubuh yang hangus itu.


Di sebuah markas megah yang dibangun di perut gunung Galunggung, markas yang dibangun di masa orde diktator, yang proses pembangunannya menelan ribuan korban jiwa, namun hingga kini tak ada satupun proses pengusutan yang dilakukan aparat dan pemerintah, kedua pihak paling berwenang itu cenderung diam, malah menutup-nutupi kasusnya.


Setelah peristiwa digulingkannya pemerintahan rezim diktator, sepanjang tahun hingga kini, di setiap hari selasa, lewat aksi Selosonan orang-orang tua dan keluarga yang merasa anak-anak dan sanaknya yang menjadi korban kerja paksa yang merenggut nyawa itu, menuntut kejelasan serta keadilan, jika memang mereka mati dikebumikan atau dibuang dimana, jika masih hidup hanya mengharap dikembalikan, karena indikasi dan desas-desus yang beredar, orang-orang yang malang itu dijadikan budak seumur hidup dan mati dalam penindasan yang kejam oleh bangsanya sendiri. -------


TIYYUUUU TIYUUUU TIYUUUUU


Suara sirine tiba-tiba bunyi, hal itu diakibatkan karena ada sensor di depan pintu masuk.


Sementara orang-orang yang sedang di dalam markas, terkejut mendengar sirine darurat itu.


"ADA APA INI? DI SAAT SEDANG…." amarah sosok setengah baya berambut putih, tubuhnya tinggi besar, yang tengah berpenetrasi, di hadapannya ada wanita cantik yang tengah njebablah ngatang-ngatang, dengan posisi vagina merekah basah oleh cairan birahinya.


Pria itu mencabut kontol besarnya dari vagina wanita cantik di depannya.


Lalu ia bergegas mengenakan kembali pakaiannya, dan keluar kamar meninggalkan wanitanya begitu saja. "Anjing, kentang njing." batin kesal wanita itu.


"ADA APAAA INI HAAA?" teriak pria berambut putih itu, ketika sudah di ruangan utama yang isinya terdiri dari para bodyguard guard yang sebelumnya sedang asyik-asyiknya berpesta orgil (seks ramai-ramai) yang spontan berhenti seketika, ketika suara sirine terdengar meraung-raung mengganggu konsentrasi.


Barisan kaum kentang, dengan raut muka setengah ndongkol karena belum sempat menuntaskan hasrat seksualnya.


Salah satu dari mereka setelah mengecek keadaan "Lapor bos, ternyata itu mereka, Bos Subeki, Bos Suharsono, Jajik, Jujuk, kondisi mereka babak belur dan kritis."


"APAAAA? kok bisa-bisanya mereka terluka parah? dimana mereka?"


"Sudah dibawa ke ruang medis untuk mendapatkan penanganan."


Lalu pria itu pun melangkah dengan tergesa, menuju ruang medis, pria itu tak lain adalah Beno Lintang, lurah Cenggur Rawan.

Begitu sampai di ruang medis, tempat dimana segala perbaikan terhadap tubuh yang sakit, babak belur hingga terluka parah, Beno terkejut dengan melihat kondisi koleganya, pemandangan miris tersaji.


Jujuk dan Jajik sudah tidak sadarkan diri dengan kondisi tubuh yang masing-masing dari mereka hangus sebagian, keduanya sedang ditangani oleh beberapa dokter dan asistennya.


Suharsono yang paling parah, akan segera dimasukkan ke dalam vakum likuid berupa tabung besar yang berisikan perpaduan mineral, zat besi, enzim, kalsium dan juga dicampur dengan sumber dari sumber energi ialah Sasanalaya. Tampak botol kaca yang menancap di muka hingga telinga bagian kirinya sudah diambil, alhasil menyisakan lubang yang dalam dengan darah yang sudah tidak terlalu deras menetes, akibat sudah terlalu banyak keluar.


Sebuah Automatic Arm yang menggenggam tubuhnya segera memasukkan tubuh Suharsono ke dalam vakum likuid besar itu.


NYESSSSSSSBlekutuk blekutuk blekutuk.


Suara ketika tubuhnya kontak dengan perpaduan cairan di dalam tabung besar itu.


Sementara Subeki sedang ditangani oleh seorang dokter dengan beberapa asisten saja, namun dia satu-satunya yang masih sadarkan diri. Kombinasi ilmu pengobatan modern dipadu kanuragan, cukup efektif untuk menangani kondisi Subeki yang sebenarnya juga parah, kini pendarahan yang dialaminya sudah terhenti, hanya saja dua lengannya yang hangus terbakar efek samping yang diakibatkan oleh jurus Lesat Rogo Sesaat, membuat dua lengannya tak bisa digerakkan.


Pria itu menengok ke arah Beno yang menghampirinya.


Beno: "Bagaimana ceritanya kalian bisa babak belur seperti ini HAH?"


Subeki: "Kami juga tidak menyangka hal ini terjadi dan menimpa kami, di tengah penculikan Sukasmin dan Sari, saat pesta tengah berlangsung, tiba-tiba kami diserang penyusup yang merupakan rekan mereka berdua." Subeki masih mampu berbicara dengan normal meski tengah menahan rasa sakit yang luar biasa.


Beno: "HAAA? apa maksudmu? siapa penyusup itu?"


Subeki: "Miyadi".


Beno: "JANGAN BERCANDA, mana mungkin, aku sudah mengirimkan orang-orangku yang berkompeten untuk menghabisinya."


Subeki: "Justru itulah alasannya, bagaimana bisa dia masih selamat dan malah menghajar kami habis-habisan, yang jadi pertanyaan kau kirimkan orang-orang seperti apa? jangan-jangan hanya bajingan rendahan yang kau sewa dengan harga murah."


Beno: "Jaga mulutmu Subeki."


Subeki: "Lalu lihatlah kenyataannya, apakah aku tampak sedang bercanda, dan……"


Beno: "Dan apa lagi ha?"


Subeki: "Orang-orang kirimanmu itu besar kemungkinan telah tewas di tangan Miyadi."


Beno: "Mengapa kau bisa menyimpulkan demikian? apakah kau ada bukti yang bisa dipertanggungjawabkan jika mereka memang sudah tewas?"


Subeki: "Saat kami menuju ke sendang Waru untuk menjemput Sukasmin dan Sari, sepanjang kali Blorong, kami melihat air telah bercampur darah, setelah kami tiba di SAB, kami bahkan tidak menyadari jika Miyadi telah menyusup dan bersembunyi di gudang bagian atap yang tinggi, gelap serta tertutup oleh besi-besi, ditambah dia mampu menghapus hawa keberadaannya."


Beno: "Itu antara kalian yang lalai atau tolol, kemampuan menghapus hawa keberadaan itu bukan lah perkara yang mudah, dan merupakan kanuragan tingkat tinggi."


Subeki: "Kau bisa seenaknya komentar demikian karena dirimu tak ada di lokasi, asal kau tahu saja, Miyadi itu bukan sembarangan, tak mungkin aku mengatakan hal ini jika tidak berada di sana dan berhadapan langsung dengannya, ketahui lah, dia bisa menguasai bermacam-macam elemen: Tanah, Metal, Petir, ilmu meringankan beban, menghapus hawa keberadaan, dan yang lebih mengerikan juga, dia mampu mengeluarkan tapak dewa."


Beno: "Bajingaaan itu…… apa benar sehebat itu dan mungkinkah dengan hanya dia seorang cukup untuk membantai kalian semua yang kemampuannya di atas rata-rata?"


Subeki: "Bukan hanya karena dia seorang, di lain hal kami juga tak memperkirakan, Sukasmin dan Sari ternyata sangat mahir dalam kemampuan bela dirinya, mereka berdua juga membuat kami kewalahan. Luka yang si kembar dan Suharsono dapat itu adalah hasil perbuatan dua orang itu."


Beno: "Lalu apakah hanya kalian berempat ini yang ada di SAB? bukankah seharusnya kau membawa serta orang-orangmu Subeki?"


Subeki: "Samil, Wasaton Agus, Adi Riyadi dan Bardenta, mereka semua tewas seketika dalam serangan pertama yang dilancarkan oleh Miyadi, lalu Billy Tukiran dan Komar yang masih sekarat, kami tinggalkan karena kondisi kami yang parah tidak mungkin mengangkut mereka berdua dalam upaya pelarian, karena akhirnya kami sadar perbedaan kekuatan yang cukup jomplang."


Beno: "Apaaaa?!! kau meninggalkan anak buah loyalmu begitu saja? untuk mencari orang-orang bertalenta dan memiliki loyalitas tinggi seperti mereka berdua bukanlah perkara mudah tapi kau malah mengkhianati mereka begitu saja? rupanya kau memang sekeji itu Subeki."


Subeki: "Kau bisa seenak itu berbicara, karena kau tak berada disana menghadapi situasi antara hidup dan mati, sementara dirimu sedang asyik bermain dengan perek-perekmu."


Beno: "CIIIIHHHH." lalu pria paruh baya itu keluar begitu saja meninggalkan ruang medis.


Gerombolan pengacau dengan kondisi yang kacau.


Pesta terpaksa diberhentikan, menimang-nimang keadaan yang di luar perkiraan, kejutan yang menyulut emosi, merubah drastis keadaan, suasana yang bahagia sorak gemuruh bernada lenguh desah birahi, seketika menjelma menjadi tegang nan mencekam.


BERKABUNG.

Komentar