Langsung ke konten utama

Kurowo Nelongso Bab 19: Pesta Cilik Diobrak-abrik

 Chapter 19: Pesta Cilik Diobrak-abrik


__________________________________


Suratan hidup itu pasti, kebahagiaan jaraknya hanya sejengkal dari kesedihan. Sebab itulah harusnya kita menyadari untuk tidak berlarut di antara keduanya. Sambut bahagia secukupnya, ratapi nasib seperlunya.


----- Staalfabriek Autoriteit Bedrijf.


Dua manusia yang sedang apes, satunya mendapatkan kekerasan sedang yang lainnya menerima pelecehan.


Sukasmin dan Sari, dua sejoli yang baru saja menikmati momen-momen indah bernostalgia, merangkai bait-bait rindu, berbagi cerita tentang masa lalu dan pahit manisnya perjalanan hidup yang mereka alami, silaturahmi hati ke hati hingga berujung ke silaturahmi konti ke meki, setelah puas mendapatkan puncak kenikmatan dari orgasme, spontan beralih dari puncak kenikmatan menjelma kemalangan.

 

Naas, rupanya mereka sudah menjadi incaran para preman-preman outsourcing yang di bawah perintah Suharsono.


Jiaah preman saja outsourcing, benar-benar saking sulitnya mencari kerja di negeri yang warganya gampang terbius mantra kampanye. "Kami akan menyediakan sepuluh juta lapangan pekerjaan." ciaaattt ciaaattt ciaattt, setelah jadi seperti biasa yang sudah sudah. Janji tinggal lah janji, fakta di lapangan justru setiap tahunnya terlahir sepuluh juta calon pengangguran baru.


Ketatnya persaingan, minimnya lapangan kerja, diperparah kotornya permainan nepotisme, mengukuhkan elegi, "Tanpa kenalan orang dalam bisa apa?"

Jadi tak heran jika budaya saling sikut, saling sikat, saling jatuh menjatuhkan tetap tumbuh subur dari generasi ke generasi.


Walah walah walah materinya kayak klitoris, sangat sensitif euy. Kembali ke cerita --------


Suharsono adalah adik dari Imam Santoso, yang merupakan suami dari kakak perempuan Sukasmin, yang bernama Roro Sundari.

Imam Santoso adalah seorang camat di Cenggur Rawan, namun alih-alih menjadi batur (pelayan) bagi masyarakat, yang ada justru memanfaatkan jabatannya untuk mengeruk harta sebanyak-banyaknya dengan cara culas dan korup.


Tak hanya diprakarsai oleh Imam Santoso istrinya Sulastri juga ternyata sama buruknya, wanita itu juga mendukung langkah biadap yang diambil suaminya.

Kombinasi keluarga Sakinah Mawadah Waaah ini layak dicincang-cincang tubuhnya. -----


DUAAGHHHHHH

"Berani beraninya sampean menghina kami dengan cara diam-diam membalik nama tanah sisa yang sampean punya, tindakan sampean itu seperti ajakan untuk bermain api kepada kami."


"Suharsono apa sebenarnya maumu? bukankah kau sudah mendapatkan yang lebih banyak, apakah masih kurang sampai harus menilik sisa-sisa yang hanya bisa kami tinggali satu-satunya." dengan jengah Sukasmin melayangkan pertanyaan.


Suharsono: "Hahahaha kau pikir tanah 500 meter itu tidak memiliki nilai uang yang banyak HAAA? dengan menjual tanah yang hanya separuhnya saja kita semua bisa pesta perek ekslusif 7 hari 7 malam sampai klenger bloook guoblooog."

Sukasmin: "Keparat biadap laknat memang kau ini No, aku bersumpah akan menghabisi nyamamu ARGH." dengan puncak amarah Sukasmin pun berontak, namun karena posisinya yang sedang diborgol ditambah dia dikelilingi empat anak buah Suharsono yang badannya jauh lebih tinggi dan kekar.


Tak pelak jika itu adalah tiket menuju kesialan baginya, belum sempat melancarkan serangan, dia sudah di tahan oleh dua orang, dan satu lagi di depannya langsung menghadiahkan pukulan kencang ke dagunya, yang membuat Sukasmin terhuyung, terasa pusing di kepalanya.


Belum sempat menikmati sensasi pukulan telak itu, masih ditambah sekelebat tendangan mendarat di perutnya.

Dan menjadikan Sukasmin meringkuk kesakitan, kakinya tak kuat menopang, ia pun jatuh dalam posisi berlutut.


Tak cukup hanya di situ, kini rambut panjangnya dijambak, didongakkan kepalanya sejurus kemudian pukulan demi pukulan menghampiri kanan kiri pipinya.

Termuntah darah segar dari mulutnya, benar-benar nelongso sekali Sukasmin ini.


_____


"Ayo Di, turunkan kembali celanamu dan tunjukkan titit gemoy nan menggemaskan itu."


"Kasih kesempatan untuk merasakan kenikmatan dari hawok-hawok istimewa, hahahaha."


Namun bukan beranjak untuk menuruti kemauan rekan-rekannya, yang justru dilakukan Adi Riyadi adalah.


Bretttt, spontan ia turunkan celana dan celana dalam Sari, hal yang tak diduga baik oleh Sari maupun lainnya, pun demikian Sari hanya bisa mendelik pasrah, posisinya yang sedang terintimidasi menuntutnya untuk pasrah, kini kemaluan gundul dan lubang anusnya terekspos.


"WUAAHHHHH COOOOOKKK RA SABARAN." seru salah satu dari bedebah-bedebah itu.


"Nungging mbak, CEPAAATTTT." rupanya ulah Adi Riyadi didukung oleh si bodyguard yang masih tetap dengan angkuh monodongkan pistol. Tak pelak permintaan paksa itu dituruti oleh Sari, menungginglah dia, dan tampak pamandangan eksotis nan nakal yang Sari suguhkan.


"Bajingaaan kowe Di, tapi jooos tenan Di, tak akoni jiwamu pancen ra beres, hahahaha."

"Tapi malah ngene kan gak pakai lama bisa kita nikmati anugerah terindahmu mbak, wuidiiihhh tempikmu mbak, plontos koyok ndase pulisi junior sing lagi digojlok senior."


"Suuuu silite pink suuu." dari depan dan belakang, area private Sari terekspos dan ditelusuri lebih mendetail oleh manusia-manusia guateeel.


Sari hanya bisa menahan gemuruh emosi, sementara tak jauh dari tempatnya berada, Sukasmin senada dengan kecamuknya, amarah meluap, namun terpaksa harus ditahan, posisinya juga tak kalah terintimidasi. Namun lebih ngenes lagi demi melihat apa yang terjadi dengan Sari kekasih hatinya yang baru saja ia jumpai dalam nuansa haru nostalgia, tetapi kini harus menghadapi situasi yang tak menyenangkan, kepala Sukasmin semakin mendidih, menyaksikan dari agak jauh, wanita pujaannya diperlukan dengan tidak senonoh.


Sedang dirinya juga sudah babak belur akibat dihajar habis-habisan oleh Suharsono bersama kawanannya.


SLUPRUUUUTTTT tanpa ba bi bu, pria yang di belakang Sari langsung menyedot kuat-kuat silit merah muda merona milik Sari. "Ughhhhhh" hanya lenguhan pelan yang dapat Sari ekspresikan, demi terhindar dari anggapan bahwa ia menikmati perlakuan itu.


"Cooook silite rodok mambu coooook hahaha."

"Lha dhapuranmu itu ya guobloooggghh, main sruput aja, udah tau itu lubang tai."


"Wooohhhh jangan salah, bau seperti ini justru yang saya suka, hahaha, mbak habis ngising cebok ndak bersih ya? Hahahaha." Sari hanya diam tak menggubris pertanyaan menjijikkan yang bernada pelecehan itu.


"Jiahahahaha cocotmu cocok bolo, aku juga pingin merasakan sensasi silit wangi tai dari si jelita ini, kalau perlu keluarkan ampasmu mbak, huahahaha." selain beringas nafsu birahi juga diperparah fetish yang nggilani.

Benar-benar contoh manusia yang tercipta dari tanah yang kecampuran tai kucing.


Sementara Adi Riyadi tak mau kalah dalam ajang persaingan tidak menyehatkan itu, ia juga serta merta mengokop lubang bagian depan. SROOOPPPPPPPP, dengan sekali tarikan nafas, ia benamkan dalam-dalam muka dan mulutnya untuk menyeruput lubang pipis wanita di hadapannya.


Yang gundul tanpa ada sejembut jembut pun, mendapatkan pelayanan nikmat dari dua area vitalnya, membuat Sari bergidik gemetar antara geli dan horny, namun sekuat tenaga ia menahan ekspresinya.


CLOOPPP CLOOPPPP SRUPUUUTT.

Baik tempik dan anusnya dijelajahi dengan dua lidah berbeda, yang skill menjilatinya menjurus ke kelaparan dibandingkan dengan kata mahir, lapar kok lapar ngokop tempik dan silit, wis mbuh ajur tenan.

Kendati demikian tak ayal perlakuan itu membuat Sari tidak tahan untuk melenguh.

"Ughhhh"


"Hahahaha sudah sange aja ini perek, enak kan mbak? sedotan cangkem dari manusia-manusia kotor ini? huahahaha nikmati saja dan jangan berontak atau ku dor matamu." masih dengan intimidatif pria bodyguard yang memegang pistol itu menggertak Sari yang tengah diperdaya kemaluan dan anusnya.


"Cuuuuk gantian tho cuk" sementara dua yang lain yang sebelumnya hanya fokus menyaksikan, tak tahan ingin ikut serta dalam acara ngokop mengokop lubang vital.

Kini lubang depan dan belakang Sari, menjadi rebutan empat lelaki durjana.

Dukungan moral dan moril tak diperlukan, mereka sudah semangat dalam ajang persaingan yang nauzubilleee min gilee itu.


Ke empat cecenguk itu adalah: Adi Riyadi, Bardenta, Wasaton Agus dan Samil.


Lalu si body guard yang bernama Billy Tukiran yang auranya paling intimidatif namun ia juga tak ambil peran untuk menikmati sajian wanita cantik di depannya.

JIJIK. Ya jelas, di antara orang-orang yang otaknya pindah ke selangkangan, masih ada manusia normal yang memikirkan asas jorok dan kemproh.


Adi Riyadi bersama Wasaton Agus, keduanya secara bergantian melumat, melahap dan menjilati bagian vagina, sisanya yaitu Samil dan Bardenta keduanya tanpa risih malah bebarengan menjilati lubang anus, dengan dijembreng agar lebar karena posisi Sari agak nungging sehingga liang pembuangan limbahnya terpampang menganga seperti mengundang lidah-lidah keparat untuk menyapu bersih lubang pantatnya.


Bardenta dan Samil kompak menstimulasi dengan lidah mereka, tak ada rasa jijik atas bersatunya ludah mereka yang sudah bau akibat rokok samsoe serta barang-barang biadap lainnya yang mereka konsumsi, lebih jauh lagi ketika kombinasi ludah keparat yang kemudian bertemu padu dalam muara lubang pantat Sari yang juga agak bau, tapi justru hal itu malah menambah nafsu mereka kian beringas untuk mengokop silit bau itu.


Secara gamblang mereka dengan suka rela bertukar ludah dengan silit Sari sebagai media untuk transaksi liur haram jaddah, sungguh bedebah.

Guobloooggghh sekali memang jika dirasa-rasa, rupanya ini bukan hanya tentang fetish tapi ada dasar lain yang menjadikan mereka rela melakukan aktivitas super jorok bin guoblooog ini.


Dari atas tempat 'penyiksaan' itu, Miyadi masih tetap dengan konsentrasi untuk menjaga keseimbangan besi-besi panjang yang ia buat melayang dengan kekuatan kanuragannya. "Rupanya hal itu tak lepas dari peran bajingan Putri Kadita, dia berhasil mengelabui banyak orang untuk menuruti permintaan ritual menjijikan bagi siapa saja yang mengharapkan memperoleh kekuatan supranatural, benar-benar wanita picik, dia ingin menyesatkan orang sebanyak mungkin." geram dalam batin Miyadi.


SRUP SRUP, CROP CROPPHHH

Dengan teratur dan berganti-gantian, empat orang secara bersinergi, mengecap mengecup, menjilat, menyesapi aroma perpaduan ludah-ludah mereka sendiri dan cairan birahi yang perlahan keluar akibat rangsangan lidah-lidah keparat.


Lubang anus Sari pun kembang kempis akibat dahsyatnya permainan lidah Bardenta dan Samil, hal itu kian memperkuat dorongan cairan orgasme di vaginanya yang juga dirangsang dengan kuat oleh lidah dan mulut Adi Riyadi dan Wasaton Agus.


Ketika konsentrasi mereka terfokus untuk menikmati sajian liang limbah yang kian merekah, timbul rasa hangat dari dalam tubuh empat pria itu, Adi Riyadi, Wasaton Agus, Samil dan Bardenta.


Bardenta: "Hahahahaha efeknya sudah mulai terasa Mil."

Samil: "HAHAHA betul sekali, kepalaku terasa mulai mendidih apakah ini indikasi akan segera bangkit?"


Setelah percakapan itu, keduanya semakin antusias, dan membuka lebar-lebar lubang anus Sari untuk kemudian dijilat-jilati, dihisap kuat kuat, dikokop dengan semangat, mereka sejak awal sudah tak peduli bercampurnya perpaduan air liur, bau limbah dan bau ludah, semua hal jorok tak jadi masalah, demi kaidah dan rahasia di balik tindakan yang merupakan bagian dari ritual yang mereka pelajari dan yakini.


"Aahhhhhhh." Sari tak kuat menahan untuk tidak melenguh.


Sementara di bawah sedang berjibaku dengan aktivitas bedebah, di atas ada yang dengan was-was menunggu saat yang pas.


Miyadi: "Cepatlah Sari….." pekiknya dalam hati, sedang gelisah untuk mendapatkan momentum.


Di lain pihak, Sukasmin masih terus dihadiahi dengan bertubi-tubi pukulan, tendangan dan bahkan diludahi. Tak hanya fisiknya yang teraniaya tapi juga batinnya demi melihat wanita pujaan hatinya diperlakukan seperti itu hinanya, jadi bancaan para biadap murahan, meskipun baru sebatas dijilat-jilati lubang depan belakangnya, belum ada tanda-tanda akan dieksekusi lebih jauh.


Tapi tetap saja itu pemandangan yang menyesakkan dada.

Tak cukup sampai disitu, kini tubuh tak berdaya Sukasmin di seret paksa, diarahkan menuju tempat Sari yang sedang diperdaya titik-titik birahinya.


"AHHHHHH" desah Sari mulai tampak keras yang tadinya terus ditahan agar tak menampakkan keterbuaian oleh rangsangan, namun desakan kuat dari hasrat kewanitaannya tak dapat dibendung.


Sari hanya sanggup menunduk begitu melihat Sukasmin diseret paksa untuk menyaksikan ketidakberdayaannya akibat pelecehan seksual yang ia terima dan tanpa bisa ditolak jika ia pun menikmati.


Suharsono: "Hahaha lihat itu kangmas Sukasmin, dia wanita yang pernah membuatmu terluka hati bukan? yang pernah mengkhianati kepercayaan cinta yang kau pasrahkan bukan? yang diam-diam justru menikah dengan pria lain, bukankah seharusnya kau senang melihatnya kami siksa? anggap saja ini pembalasan dendam yang kami wakili."


Sukasmin: "BAJINGAAN KAALLL…." duaaaghhhh belum selesai umpatan yang akan dilontarkan, pukulan keras menyasar ke pipi kanannya.


Suharsono: "Dasar gobloggg sekali, nikmati saja sajian ini, hahahaha, justru harusnya kau berterima kasih kepada kami bukan malah mengumpat." duaaagg, disusul kemudian dengan tendangan yang tepat menghantam dagunya. "Wanita jalang murahan yang materialistis seperti dia seharusnya tak layak kau perjuangkan hingga membuat hidupmu menjadi serba semrawut karenanya, bucin boleh guoblooog jangan, dasar toloool." DIAAAAGHHHH.


Lagi dan lagi, usai hinaan berlanjut pukulan.


Dua kubu baik fisik dan hati yang teraniaya, sungguh malang nan ngenes yang dialami Sukasmin, si pejuh durjono nelongso.


Di lain hal, Sari justru seolah sedang menikmati siksaan yang ia terima, terukir dari bagaimana ekspresinya yang tampak sayu, meskipun ia berusaha menyembunyikannya dengan menunduk, tetap tak dapat seutuhnya tersembunyi, ketika desah pelan suaranya terdengar merambat halus tersapu oleh udara, melayang masuk ke daun-daun telinga.


"Uhhhhhhhh" kian antusias empat pria bedebah dalam mengeksplorasi mili demi mili titik sensitif dari dua lubang bawahnya.


"Ahhhhhhhh".

"Huahahahaha lihatlah itu Sukasmin, wanitamu malah menikmati perlakuan tak senonoh yang ia terima, bukankah itu bentuk penghinaan terhadapmu ha?." ujar Suharsono dengan menjambak rambut Sukasmin agar tatapannya tertuju pada wanita di hadapannya yang sedang dilanda badai birahi. "Matamu jembreng yang lebar Sukasmin tolooooolll, lihat itu ayank bebebhmu malah menikmati pelecehan yang ia terima tanpa perlawanan, artinya apa? artinya dia memang memiliki DNA perek murahan, lol tolool, paham ndak lu lol?" sudah dihina seraya ditonyo-tonyo jidatnya.


Selang beberapa menit akibat 'serangan fajar' di dua area lobang yang hampir sejajar oleh lidah-lidah dari manusia kurang ajar, tak dapat dielak, puncak orgasme akan segera tiba, desahan pelan dari Sari semakin terdengar dan lebih intens, "Ah ahhhhh uhhhhh."

Memacu semangat lidah-lidah lihai dari empat keparat, hasil dari perjuangan mereka yang tak layak diapresiasi itu.


Bardenta: "Di awakku kroso anget Di"

Adi Riyadi: "Podo bro, lihat bro, sekujur tanganku murup abang njingglang."


Adi Riyadi, Bardenta, Wasaton Agus dan Samil, merasakan reaksi luar biasa yang terjadi di tubuhnya, rasa hangat menguat hingga menjadi panas.


Uap uap halus keluar dari badan mereka yang tengah berjibaku mengoral vagina dan lubang pantat Sari.

Stimulus yang beringas, berimbas pada dorongan nafsu birahi yang kian memporak-porandakan pertahanan.


Ekspresi terangsang yang ditekan dan ditahan sedemikian rupa, semakin merajuk untuk segera diungkapkan dengan gamblang tanpa rasa malu.


"AGHHHHHHHHH" surrrrrrrrrrr muncrat-muncrat tak terkendali, cairan yang keluar dari vagina Sari.

Mendapati hal itu, ke empat lelaki rendahan itu, langsung berebut untuk mengokop air squirting itu, bahkan dengan gebleg dan menjijikkan, yang jatuh ke lantai pun mereka jilati, busettttttt.


Sementara aktivitas super jorok dan aneh namun nyata itu berlangsung, Miyadi dari atas atap melesat ke bawah dan merapal sebuah jurus.


Miyadi: "Bagus Sari…. MAGNETARIAAAA"


Tubuhnya meluncur ke bawah, beserta besi-besi panjang yang sudah dipersiapkan sebelumnya.


SLANG SLANG SLANG SLAAAANGGG


JLEB JLEB JLEB JLEBBBB


Besi-besi cakar ayam yang menjadi dasar untuk memperkuat pengecoran, yang ada di bawah lantai, mencuat keluar, pengaruh dari magnetaria dan besi-besi itu menggeliat, menusuk tubuh empat pria yang sedang berebut cairan orgasme yang dikeluarkan Sari.


Orgasme dahsyat yang membuat wanita itu mencapai squirt itulah momentum yang ditunggu Miyadi untuk melancarkan serangannya.


Serangan yang tiba-tiba, tak sempat menghindar akibat terlena dengan apa yang mereka perebutkan.

Besi-besi cakar ayam sukses menusuk kepala dan dada Adi Riyadi, Wasaton Agus, Samil dan Bardenta. Yang tentu fatal akibatnya, sedangkan besi-besi panjang yang sudah Miyadi siapkan, ia lancarkan untuk menyerang Suharsono, Subeki, Billy tukiran dan tiga bodyguard lainnya.


SLAANGGGG SLANGGGG, SWIIIUUUUNG.

Cekraasssss, sebagian dari besi-besi panjang yang ia lesatkan, menerjang dan mengenai empat orang, yang merupakan Subeki, dan tiga bodyguard lainnya.


Traangg traangg, trangggggg.

Sebagian lainnya yang tidak tepat sasaran menghantam tembok dan jatuh berserakan ke lantai.


Daaaggggghh, lonjoran besi yang paling besar dan tebal tepat mendarat mengenai jidat Subeki yang tak sempat berkilah akibat serangan yang serba dadakan itu.


Subeki: "Bajingaaannnn, bagaimana bisa ada orang yang menyusup tapi aku tak bisa merasakan aura kehadirannya sedikit pun?! jiangkrik!!!! apa dia menguasai teknik untuk menghapus keberadaannya?" kesalnya dalam hati dan terpekik kesakitan.


Tubuhnya terjengkang karena hantaman besi yang cukup keras itu. Jatuh konyol selain sakit juga memalukan apalagi untuk sekelas pentolan preman.


Sementara itu setelah pendaratannya sukses, Miyadi tepat di antara Sari dan Sukasmin serta Suharsono dan Billy Tukiran, yang masih dalam posisi kurang siaga, tidak dalam persiapan dengan apa yang mereka hadapi.


Billy Tukiran yang berada di samping Sari, tak dapat mengelak ketika tiba-tiba sekelebat tendangan dilancarkan oleh Miyadi dan tepat mengenai dadanya, membuat Billy Tukiran terjatuh, dan di saat bersamaan.


DREEEMMMMM daya magnetik muncul dari jemari Miyadi, dan tertarik lah sebuah kunci yang menggantung di pinggang Billy.

Tap, kini Miyadi telah berhasil mendapatkan kunci yang merupakan kunci borgol yang memborgol Sari dan Sukasmin.


Mendapatkan kesempatan yang bagus, tak ingin menyia-nyiakan, Sukasmin menghentakkan kakinya dan duaaggg daaaghhh, terhantam dagu Suharsono oleh tendangan upper cut yang dengan cepat dan akurat Sukasmin lakukan.


Tubuh terhuyung tak stabil Suharsono dimanfaatkan oleh Miyadi, dengan magnetaria-nya, sebilah besi melayang dan dihempaskan ke arah Suharsono, slaaanggggg. Namun pemandangan mengejutkan terjadi, besi itu hanya melewati dan menembus tubuh Suharsono tanpa melukainya sedikit pun.


Lengah dengan keangkuhan karena tubuhnya tak tertusuk oleh serangan lonjoran besi itu, Suharsono mendapatkan serangan fisik susulan, dengan berlapis kanuragan, Sukasmin melesakkan kembali tendangannya dan diarahkan ke arah pusat selangkangannya, lesat akses kaki yang cepat dan akurat, menghantam tepat pada kemaluan Suharsono. DUAAAGGHHHHGH.


Wolo-wolo kuatooo cuk, ditendang dengan cara biasa saja sudah mules ndak karuan lha ini malah dibalut tenaga dalam, apa ndak pecah itu ndognya? mules nggak mules lagi itu tapi nguenesss.


"UAGHHHH, BAJHIING……" belum seutuhnya melengkapi ujaran umpatannya.


Duggggg, Miyadi menghentakkan kaki ke lantai, dan BRENGGGGGG!!!!!!


Tanah tempat Suharsono dan Billy berpijak mendadak mencuat ke atas sekaligus menghasilkan energi hentakkan, yang membuat tubuh kedua pria itu terpental, Suharsono terpental ke depan sedangkan Billy ke samping.


DUAANGGGGGG, tubuh bagian belakang Suharsono bersinggungan keras dengan pintu gerbang. Sedangkan Billy ndelosor ke lantai lalu, DUGGGGG kepalanya menghantam bagian bawah mesin bubut.


Subeki: "Menguasai elemen metal tak hanya itu, ada daya tarik magnet dari tekniknya, kemungkinan juga itu bagian dari penguasaan akan energi halilintar, dan sekarang elemen tanah, bajingan amoh itu, seberapa banyak kanuragan yang ia kuasai? Suharsono berhati-hati lah, dia bukan lawan yang sembarangan seperti yang sudah kita hadapi sebelum-sebelumnya."


"ARGHHHH, BAJINGAAANNNN." geram amarah Suharsono meletup-letup.


Waktu yang singkat di antara kemungkinan serangan balasan yang akan dilakukan Suharsono, Miyadi gunakan untuk melepas borgol Sari dan Sukasmin dengan cepat. Ketika keduanya bebas, hal aneh yang dilakukan Sari, ia tak langsung menaikkan celana dan celana dalamnya, dan justru berseru ke Sukasmin.


Sari: "Sukasmin, jilati anus dan vaginaku."


Sukasmin dan Miyadi: "HAAAAA?" tentu menimbulkan tanda tanya keduanya.


Opo-opaaan iki cuk???????


Sari: "Tak ada waktu untuk menjelaskan" seraya wanita itu mendekati Sukasmin, menekan paksa kedua bahu pria itu agar segera bersimpuh dan lalu Sari tunggingkan pantatnya dan ia oles-oleskan anus dan vaginanya ke muka Sukasmin yang masih kebingungan. "Jilaaatin cepat goblooog, telen cairannya." perintah tegas Sari dengan penekanan.


"WUOOHHH JUOOOHHH COOOK, silit karo tempikmu buadegke poool keno congore asu-asu sing wis do modaar iki." gerutu Sukasmin ketika merasakan aroma terapi perpaduan ludah-ludah biadap dengan cairan yang masih keluar dari vagina Sari, kombinasi maut yang mawut.


Sari: "Jilati dan telen sebisa mungkin jangan banyak protes, nanti akan ku jelaskan dan untuk sekarang, rasakan dulu apa yang akan terjadi dengan tubuhmu."


Hasil dari tindakan super menjijikkan dan masih membingungkan itu. "EHHHHH??? tubuhku panas, terasa panas, arghhh, Sari apa-apaan ini?!"


Sari: "Tahan saja, itu hanya sebentar."


Di saat yang serba membingungkan itu terjadi, Suharsono, Subeki dan ke empat bodyguard yang terdiri dari Billy Tukiran, si kembar Jajik dan Jujuk, dan Komar.

Bersiap untuk melakukan serangan, hal berbeda dilakukan oleh Suharsono, tanpa basa-basi tubuhnya dapat dengan cepat melesat, dan seketika tiba di hadapan Miyadi yang masih tampak kebingungan dengan aksi Sari terhadap Sukasmin.


Akan tetapi konsentrasi bertarung Miyadi tetap dalam kewaspadaan yang baik, ketika sebuah pukulan melesat ke arah mukanya, tap. Berhasil dia halau, rupanya itu bukan sebatas pukulan biasa, ketika kepalan tangan berhasil ditangkap, kepalan tangan dari Suharsono itu ternyata dilapisi oleh api, akibatnya telapak tangan Miyadi melepuh dibuatnya yang membuatnya berinisiatif menghentakkan tanah di bawahnya, lagi-lagi mencuat keluar sebidang tanah yang menghantam tubuh Suharsono yang sedang berfokus dengan pukulannya, tak dapat terhindarkan.


Tubuh Suharsono terdorong ke atas, dan di saat itulah tak disia-siakan oleh Miyadi.


"MAGNETARIAAAA" selepas ajian itu dirapalkan, besi-besi baja yang masih berada di atap bangunan, melesat cepat ke arah Suharsono.


Suharsono: "Rupanya kau tak belajar dari kesalahan." ujar pria itu dengan nada mencemooh, saat lonjoran-lonjoran besi itu hanya menembus dan melewati tubuhnya tanpa ada satupun besi yang menancap dan melukainya.


Miyadi: "Yaa, memang benar, karena tujuan utamaku bukan itu, tapi ini." seketika tubuh Miyadi sudah tak tampak di tempatnya berada, JLAABBB.


Rupanya dengan kecepatan kilat.


"BOOOOSSSS, dia di atasmu" seru Komar yang bisa merasakan aura perpindahan super cepat yang bahkan tidak disadari oleh semua orang yang ada di sana termasuk Sukasmin dan Sari.


Mendapatkan pemberitahuan itu, tubuh Suharsono yang masih melayang di udara, langsung berbalik dan tampak Miyadi telah melesatkan pukulan ke arah mukanya, DUAAGGGGGHHH karena gesit gerakan Miyadi dan cepatnya pukulan yang dilancarkan, tak dapat dihindari, muka Suharsono terhantam pukulan tangan berlapis energi besi.


Tak ingin hanya merasakan sakit sendiri, Suharsono juga melancarkan pukulan api, yang juga berhasil mengenai sasaran, pipi Miyadi terhantam dengan keras, keduanya pun sama-sama terpental akibat bentrokan pukulan.


Dan di situlah apesnya Suharsono, ketika tubuhnya mendarat dengan cepat akibat terhantam pukulan, besi-besi panjang yang sebelumnya dilancarkan Miyadi yang gagal melukainya, hanya menancap di lantai dengan posisinya yang berdiri dengan ujung-ujung runcingnya.


Menyambut kedatangan tubuh Suharsono, CRASSSSSSHHHHH.


Besi-besi itu menancap ke tubuh bagian tengah Suharsono. "AGHHHH, GAAAHHHHHHHHHHHHH, DUAAANCOOOOOOOKKK". Pekiknya keras dan darah mengucur dari mulutnya.


Miyadi: "Menancap? bagaimana bisa? bukankah bajingan itu bisa membuat tubuhnya transparan, hmmmm itu bukan tembus pandang, mungkin dia memindahkan tubuhnya yang akan kontak dengan serangan ke dimensi lain, sehingga seolah-olah benda-benda yang diarahkan ke dia bisa menembus tubuhnya tanpa melukai, sehebat apapun suatu kanuragan tetap memiliki kelemahan dan mungkin kelemahannya adalah……." dalam hati menganalisa setelah apa yang ia lihat, sungguh kecermatan dan ketelitian diperlukan agar tidak melakukan serangan yang sia-sia dan tentu saja membuang energi percuma.


"Arggggggggg panaasss" sementara itu Sukasmin teriak kepanasan dan sekujur tubuhnya mengeluarkan asap, beberapa saat kemudian setelah asap-asap mulai memudar.


Sukasmin: "Loh? rasa sakitku hilang? heh serius? dadaku sudah tidak sesak, perutku tak lagi sakit, pusing di kepala pun juga hilang, inikah kasiatnya Sari?"


Sari: "Sudah diam dan bersiaplah, bajingan-bajingan yang kita hadapi ini bukan manusia biasa."


"BOOOOSSSSSS" seru Subeki dan empat bodyguard-nya. Mereka menghampiri tubuh bersimbah darah yang masih menancap di besi-besi panjang yang menghunus tubuhnya.


"Guaahhhhh" muntahan darah deras keluar dari mulut Suharsono. "SIAAALLLLLL" teriakannya menggema, dan tiba-tiba sekujur tubuhnya berlapis lahar.

Dan besi-besi itu pun meleleh, tubuhnya pun jatuh ke tanah dalam posisi telungkup, sejurus kemudian pria itu merangkak.


Subeki: "Komar, kau bisa merasakan aura seseorang bukan? lantas mengapa kau tak bisa merasakan kehadiran si bangsat yang menyusup itu?"


Komar: "Entahlah bos, aku sendiri juga bingung, mungkin dia menghapus keberadaannya, meski tetap saja itu bukan hal yang mudah dilakukan, namun mengingat dia bisa membuat kita babak belur seperti ini, tentu orang itu bukan lah lawan sembarangan."


Subeki: "Dasar tak berguna, lantas untuk apa ku bayar dirimu kalau ternyata tak sehebat yang dikatakan orang-orang." umpatnya kesal.


"Siaaal siaalll siaaalllll, hasil pertarunganku dengan Novi Andarista padahal sudah lewat beberapa bulan yang lalu, ternyata belum sepenuhnya pulih, serangan telak dari wanita jalang itu yang mengenai dada dan kepala masih menyisakan luka dari dalam, membuatku tak bisa bermanuver dengan baik, bahkan untuk mengindari serangan sepele seperti ini pun sangat sulit, diamputt njaran." keluh kesal dalam batin Suharsono.


"Kasmin, Sari, menghindar!!!!!" dari atas Miyadi yang satu tangannya menggelantung dan menggenggam tiang setelah adu tinju yang membuatnya terpental ke atas.


Lalu melesat ke bawah dengan merapal jurus, sementara itu Sari dan Sukasmin secara serempak salto ke belakang berulang kali untuk menjauh sesuai arahan Miyadi.


Sedang Suharsono yang hanya bisa merangkak itu ternyata menghampiri cairan yang masih tercecer, dan itu adalah cairan orgasme Sari, lalu serta merta, Suharsono menjulurkan lidahnya dan melahap cairan yang berceceran di lantai dan berpadu dengan air liur biadap serta debu, sungguh menjijikkan.


"Mau apa dia bos?" ujar Komar.

"Entahlah….. mungkin….???!!!" jawab Subeki ragu namun juga memperkirakan sesuatu yang akan dilakukan Suharsono. "Dia akan melakukan itu, untuk meregenerasi tubuhnya yang terluka parah. Cih siapa sangka hal menjijikkan itu akan dia lakukan, tapi semata-mata karena kondisi yang mendesak seperti ini, apa boleh buat, Komar gunakan perisai angin untuk melindunginya selagi masih menjilati cairan biadap menjijikkan itu."


"Dasar manusia kemroh najis tralala, orang seperti dia yang rela melakukan hal jorok seperti itu, padahal selama ini merasa paling superior, memerintah seenaknya dan sangat gila hormat bisa-bisanya melakukan hal super nggilani." jengah dalam batin Komar demi melihat apa yang dilakukan bos-nya, sembari dia merapal mantra untuk menciptakan perisai.


SWOOSHHHHH, pusaran angin terbentuk mengitari tubuh Suharsono.


Suharsono: "Keparat, terpaksa aku harus melakukan hal hina ini." masih dalam batin pria itu menggerutu atas tindakan menjijikkan dan hina yang ia lakukan. Namun hasil dari itu, tubuhnya yang terluka berangsur pulih dan tampak asap-asap keluar dari tubuhnya terutama bagian yang terluka.


"Bajingan tengik Suharsono iku, apakah dia bermaksud menyembuhkan diri dengan metode jilat cairan orgasme Sari juga kah? tapi iku kan kemroh guoblooog cuk asuuu." pikir Miyadi geram namun konsentrasi energi harus tetap ia fokuskan pada telapak tangannya, sehingga mengurungkan niat menghentikan Suharsono.


Sesaat setelah melakukan tindakan jorok yang ternyata memang benar, memberikan efek regenerasi pada tubuh Suharsono yang terluka meski tidak sepenuhnya pulih itu, Miyadi dari atas melesatkan kekuatan yang memiliki daya tekan luar biasa kuat yang keluar dari telapak tangannya, yang mengakibatkan lantai bergetar hebat seperti gempa.


Kretaaak, lantai pun perlahan mengalami keretakan di area yang terkena hempasan telapak tangan Miyadi dari atas.


Berbeda dari Sari dan Sukasmin yang sudah menjauh dari jangkauan kekuatan yang dilancarkan Miyadi. Subeki dan empat pengawalnya, tubuhnya terdorong ke bawah dan BLAKKKKKKK, tekanan kuat yang dihasilkan dari kekuatan Miyadi, membuat tubuh kelima pria itu tumbang bak ditindih suatu benda yang besar.


Subeki: "BHAA---- JIIIINGAAAN, awakku kroso abot suuu." terpekik dan tertahan suaranya akibat tekanan kuat yang menimpa tubuhnya, benar-benar seperti dilumpuhkan.


"UGHHHHHH" ke empat bodyguard-nya juga mengalami nasib serupa.


"Sekarang tapak Dewa? bangsaaaatttt, seberapa banyak kanuragan yang dia kuasai?!!!" batin Subeki yang mulai putus asa.


Billy dan Komar adalah yang paling merasakan dampak luar biasa karena berada pada titik pusat serangan tapak dewa itu. Dalam kondisi terkapar, seperti tergencet beban yang luar biasa berat, kretekkkk kreteekkk, kretekkk dari dalam terdengar suara tulang mereka yang retak.


Saking beratnya hingga untuk sedikit bergerak pun kesulitan. "GIIIIAGHHHHHH" keduanya hanya bisa memekik kesakitan.

Kemudian terkapar tak berdaya, tidak lantas pingsan hanya saja jika dipaksa bergerak maka akan terasa sakit yang teramat sangat.


Lain hal, Suharsono telah berkilah ketika jurus itu dilancarkan, dengan cepat tubuhnya berpindah tempat, sekejap dia sudah melayang tepat di belakang Miyadi yang masih di udara, SRINGGGG, tangan Suharsono berubah menjadi besi dan membentuk semacam sabit, CEKRAASSSS.


"UAGGHHHHHHH" lengah akibat konsentrasi energinya sendiri untuk dipusatkan ke telapak tangan membuat pertahanannya memiliki banyak celah, dan saking cepatnya perpindahan Suharsono, punggung Miyadi ditebas dengan keras yang menghasilkan luka cukup lebar dan dalam, darah pun mengucur deras.


BUAGGHHHH dan tubuh Miyadi tersungkur ke lantai, momen itu tak disia-siakan Suharsono untuk melancarkan serangan selanjutnya, tangannya yang berlapis elemen metal, memiliki kemampuan likuiditas sehingga bisa berubah-ubah bentuk, kini menjelma menjadi sebilah pedang dan dari atas diarahkannya untuk menghunus Miyadi.


DUAGGHHHHH, belum sempat mengenai Miyadi, rupanya Sukasmin dengan lompatan sekaligus mengayunkan tendangan, sukses menghantam tepat di kepala Suharsono yang lengah. Tendangan yang dilapisi kekuatan tenaga dalam yang luar biasa kuat itu tentu berakibat fatal.

 

Blangsurrrrrrr…. Suharsono tersungkur dan terguling ke lantai, tubuh tergulingnya terhenti ketika tertahan oleh tubuh Jujuk dan Jajik yang juga tersungkur yang sedang berusaha bangkit di tengah luka yang mereka terima.


Masih belum sepenuhnya bangkit, dikejutkan dengan kehadiran Sukasmin yang sudah berada di depan mereka, dengan posisi kaki sudah diangkat lalu. DUG DUG.


"UAAHHHHGGG" Jajik dan Jujuk terguling akibat menerima tendangan di kepalanya.

Mata mereka berkunang-kunang, pening terasa membuat konsentrasi jadi buyar.

Kesempatan itu tak disia-siakan Sari, ia pungut dua lonjoran besi, lalu berlari ke arah si kembar yang masih kehilangan konsentrasi akibat pusing kepala, lalu dengan sekuat tenaga diayunkannya dua besi itu.


Swingggg


PHUAANG PHUAAANG.


Suara yang ditimbulkan akibat perpaduan kedua batang besi yang menghantam dua kepala, tatkala masih menikmati sensasi pusing masih ditambah pusing susulan.


"Jembuoooot londo, asu ndasku tambah lorooooooo!!!!" Jajik misuh-misuh seraya memegang kepalanya.


Di tengah si kembar merasakan sakit yang luar biasa di kepala, momentum itu dimanfaatkan oleh Sari yang langsung melakukan tendangan underspin yang menyasar ke kaki Jajik dan Jujuk.


TAAK TAAAKKK "UAGHHH"


BHLAAAAAGGGG


Tak mampu menjaga keseimbangan, tubuh mereka berdua nggeblag setelah dijegal keras oleh Sari. Tak hanya di situ wanita itu segera beranjak, kembali memungut dua bantang besi itu, lalu menghampiri tubuh Jajik dan Jujuk yang masih terkapar.


SLAAMMMM


KRAASSSSSSHHHH


Masing-masing batang besi panjang itu ditusukkan tepat di perut keduanya.

"UAKKHH, UKHUKK"


SUWOOORRR, darah segar muncrat dari mulut si kembar.


Sementara Sari menghajar habis-habisan duo kembar itu. Pandangan mata Sukasmin terfokus ke Suharsono yang merengkuh kesakitan dan kesulitan untuk berdiri, muka dan badan yang bersimbah darah. JLEGGGGGG. Diinjaknya pergelangan tangan kanan serta leher Suharsono secara bersamaan. "AAAAHHHHHHHGGGGG ANJJJHHHH" di tengah terpekik sempat terujar makian, yang semakin menyulut amarah Sukasmin, dia tak bersuara sama sekali namun kakinya yang bertindak dengan semakin kuat menginjak tengkuk Suharsono.


"Aghhhh" pekiknya yang sebelumnya keras menjadi tertahan, mungkin pita suaranya tergencet akibat kerasnya injakkan kaki yang Sukasmin lakukan. Injakkan kaki yang berlapis tenaga dalam, menekan kuat tengkuk dan leher Suharsono, membuatnya tidak dapat berkutik.


Subeki melihat koleganya dalam posisi tak berdaya, dengan menahan sakit ia beranjak bangun lalu berlari, bermaksud menyerang Sukasmin, akan tetapi satu sisi, ada Sari yang dengan sigap berlari menyusul Subeki, kemudian sekelebat ayunan kaki ia hadiahkan tendangan dari belakang tepat mengenai punggung Subeki. DUAK…!!!


Ketika tubuhnya yang masih sempoyongan akibat tendangan yang diterima itu dan berusaha berdiri tegak, pukulan susulan dari Sari datang menghampiri sisi mukanya. DUHGGG.


"ARGHHH, jembuuutt." Subeki mengumpat dan merintih kesakitan, tersungkur ke samping dalam posisi tibo njagong.


Sari: "Ini…" Sari menyerahkan sesuatu ke Sukasmin, berupa dua botol minuman keras, yang ia pungut sebelum menghampiri Sukasmin untuk melindunginya dari Subeki yang berupaya menyerang.


Sukasmin: "Pintar sekali kau cantik" cepyaaarrrr, dihantamkannya dua botol itu hingga pecah, dan….


CRASHHSEEESSSSSHHHH.

Salah satu botol yang pecah itu, ditancapkan ke muka sebelah kiri Suharsono yang sudah tak berdaya dalam posisi diinjak tengkuknya pula, pemandangan sadis nan mengerikan terjadi, botol kaca itu menancap di area dari telinga, pipi hingga pelipis Suharsono.


"GUWAAAAAAAAAAAA" tak elak jika teriak kesakitan menggema, darah mengalir deras dari sela-sela kulit yang tertancap pecahan kaca itu. Bergidik ngeri jika melihatnya, namun baik Sukasmin maupun Sari, dengan mimik dingin tampak menikmati pemandangan itu.


Sukasmin: "Seharusnya lebih cepat jika membunuhmu wahai paduka Suharsono, tapi tidak akan menyenangkan jika tidak melihat dirimu tersiksa seperti ini, hmmmm mungkin ini tak akan membuatmu jera, justru semakin dendam kepadaku, tapi bagaimana dengan ini?". dengan satu tangan, ditariknya tangan kanan Suharsono dan dipelintir sekuat tenaga, sementara kaki Sukasmin masih menginjak leher Suharsono, tak cukup sampai di situ, pelintiran semakin diperkuat hingga terdengar bunyi. KRETAAAAKKKKK.


Suara tragis dari tulang lengan tangan yang dipatahkan, akan tetapi sama sekali tak ada suara teriakan dari Suharsono, mungkin karena sudah pingsan atau karena sudah mati rasa akibat tusukan botol pecah yang masih menancap di kepala bagian kirinya.


Tak hanya tangan kanan, tangan kiri Suharsono yang sebelumnya masih diinjak, tak luput dari sasaran untuk dipatahkan.


"Suharsono" melihat penyiksaan sadis yang dihadapi koleganya. "HAAAAAAA" Subeki melesat ke arah Sari dan Sukasmin berada, tangannya merapalkan pukulan, di saat menyadari adanya akselerasi yang dilakukan Subeki, Sukasmin bersiap, dan tapppppp.


Saat pukulan dilancarkan Subeki, Sari mengelak ke samping sementara Sukasmin menahan pukulan itu dengan menangkap kepalan tangan Subeki. "Sari ambil." satu botol pecah yang tersisa dilemparkan ke arah Sari, yang dengan presisi leher botol tepat dalam genggaman tangkapan Sari.


Sejurus kemudian, CRASHHHHHH, ditancapkannya botol itu ke leher Subeki. "AAAAAAAAAAAAAAAAAA" senada dengan teriakan tragis Suharsono sebelumnya. Tubuhnya terhuyung dan jatuh ke belakang, serta meringis kesakitan yang teramat sangat.


Cletaaaaakkk, di saat bersamaan tangan kiri Suharsono sukses dipatahkan, muka yang bersimbah darah bersama botol kaca yang masih menancap erat lalu kedua tangan yang dipatahkan, melengkapi elegi derita sang kepala desa yang merangkap sebagai pentolan geng itu.


"BOSSSSSSSSSSS" Jajik dan Jujuk yang masih tak berdaya hingga untuk bangkit pun susah, terpekik histeris melihat kenyataan bos-bosnya dihajar habis-habisan.


SLAP, KLONTANG KLONTAANG.

Dicabutnya besi yang masih menancap di perut mereka dan dilempar ke lantai, seraya menahan rasa perih dan kelu, dalam posisi masih terlentang mereka berdua serempak merapalkan kedua tangan.


TAP.


Miyadi: "Cukkk perihe cukk duleg njaran." lenguhnya merasakan sakit teramat sangat pada punggungnya yang robek cukup lebar dan dalam, sebab sabetan dari Suharsono, hingga urat-urat kulit dalamnya terlihat.

Darah mengalir hingga berjatuhan ke lantai ketika ia akan berdiri, dengan perih dan ngilu yang teramat sangat, namun dia berupaya mengalihkan rasa sakit itu untuk kembali berfokus pada pertarungan yang belum usai.


Sejenak melihat keadaan, lalu berusaha mencari celah untuk memanfaatkan kesempatan dan momentum yang terlahir dari kombinasi kerja sama yang bagus antara Sari dan Sukasmin, Miyadi segera beranjak, akan tetapi…..


"Kasmin, Sari menghindar, Subeki sedang……" seru Miyadi, menyadari ada energi luar biasa yang akan dikeluarkan Subeki.


Subeki: "DERIJI GANDARUWAAAAA" suara keras dan tegas ketika merapal suatu jurus yang berupa tudingan dua jemari, yang di arahkan ke Sari dan Sukasmin.


JLAP, sekelebat cakra nan dahsyat berbentuk dua jari melesat ke arah Sari dan Sukasmin. Namun dengan kompak keduanya berkilah dengan cara berguling ke samping, SLAAAAPPPP.


DUAAARRRRRRRRRRRRRRdrangg, traang trang trang.


Cakra berbentuk jari itu menghantam mesin bubut yang jaraknya tak begitu jauh di samping Miyadi, ledakan dahsyat terjadi dan mesin itu hancur berantakan karenanya.


Ketika tengah khusuk memfokuskan cakra, Miyadi terpaksa harus berkilah demi menghindari dampak akibat ledakan itu.


"Kasmin, Sari mundur……." Kemudian ketika posisinya sudah dalam kuda-kuda yang tepat, tangannya menghentak tanah. "Ajiaaan Retak Ing Bumi" lantai tempat berpijak bergoyang dahsyat, bangunan SAB pun bergetar hebat.


Suasana menjadi semakin menegangkan.

Lonjoran besi yang ada di atas berjatuhan sebagian mengenai Subeki, Suharsono dan ke empat pengawalnya, lebih parah lonjoran besi yang agak besar menimpa tubuh tak berdaya Komar dan Billy, sementara Jajik menghempaskan besi-besi yang akan mengenainya dengan menghentakkan elemen angin, namun karena energinya terkuras drastis, kakinya tak cukup kuat untuk menopang hingga ia pun terhuyung dan jatuh tersungkur.


"UGH, sial…." pekik Jajik menahan sakit dan lelah.


Klontang klontang klontaaanggg.

DEREGEDEGGGGG MBREEMMMM

Riuh suara kombinasi gempa, berjatuhannya besi, gemuruh angin yang dihasilkan dari tenaga dalam.


"Boooos, ughh." seru Jujuk, tangan kanannya memegangi lubang di perutnya yang mengalirkan darah cukup deras.


Jujuk bangkit dari terkaparnya menghampiri tubuh Suharsono yang masih terbaring, ia angkat ke pundaknya, darah berkucur keluar dari perut, dada, kepala dan leher Suharsono apalagi masih dengan botol kaca yang menancap, kian mempertegas tragisnya kondisi. Tetesannya cukup banyak dan menggenang di lantai, kendati demikian tidak membuatnya pingsan, ia masih sadar hanya saja sudah tak sanggup berkata-kata.


Subeki: "Keparat-keparat itu, di luar dugaan ternyata sangat merepotkan, kita terpaksa harus mundur, akan ku buatkan perisai, kita harus segera pergi dari tempat ini atau kita akan mati sia-sia." serunya seraya merapatkan kedua telapak tangan, untuk merapal tenaga dalam.


TAPPPPHHH, DRUDUNGMMMMMMMM lantai bergetar dan muncul batu besar dari bawah, yang dimaksudkan untuk menghalau kekuatan Miyadi sekaligus untuk penghalang. Batu besar itu, melingkupi tepat di depan pintu gerbang, menutup akses keluar, sementara Subeki dan kawanan begundalnya tepat di posisi gerbang.


Jujuk dengan elemen angin yang ia kuasai, melesat keluar dari SAB membopong tubuh Suharsono.


Subeki: "Jajik…!!! bangkitlah jika kau masih punya tenaga, kita harus bergegas, cepat atau lambat perisai batu ini akan mereka hancurkan."


Jajik: "Lalu bagaimana dengan Billy dan Komar, mereka sekarat akibat tapak dewa yang dilancarkan Miyadi, tapi masih hidup."


Subeki: "Tinggalkan saja sampah-sampah tak berguna itu, mereka hanya akan memperlambat dan merepotkan, lihatlah Jujuk sudah semakin menjauh." sembari dengan menahan rasa sakit yang ia terima, di lehernya masih menancap botol kaca.


Setelah percakapan singkat di antara nuansa yang serba menegangkan itu.


Subeki: "Segera Jik, aku merasakan aura dimana sebuah tenaga sedang dipusatkan."


Jajik menjejakkan kaki untuk menghasilkan elemen angin kemudian melesat, dengan penguasaan elemen angin membuat tubuh bisa melesat dengan kecepatan tinggi, menyusul Jujuk yang sudah lebih dulu kabur.

Senada dengan Jajik, Jujuk memegangi perutnya yang tertembus besi, pedih luar biasa ia rasakan, beserta darah yang berkucuran jatuh.


Sedang Subeki melakukan metode yang berbeda dalam upaya pelariannya, dengan elemen bumi, setiap hentak yang dilakukan menciptakan tanah timbul, membuat tubuhnya terpelanting dan melesat, menyusul Jajik dan Jujuk, di saat bersamaan rasa sakit di lehernya terasa luar biasa, darah mengucur terus menerus, dia tak berani menyentuh botol yang masih menancap itu.


Melesat bersama rasa sakit yang sukar diimplementasikan dalam kata-kata.


Subeki: "Harusnya ku gunakan kanuragan Wulan Lelayang tepat di atas SAB agar mereka mati tertimbun tanah, tapi siaaaaall selain akan menguras stamina dan tenaga dalam, juga perlu banyak waktu, besar kemungkinan mereka akan menyerang balik lebih dulu. Tak pernah terlintas jika mereka akan sekuat itu, terlebih semua gara-gara Miyadi, aku tak menyangka jika dia akan menyusup dan membuat kacau keadaan, bukankah dia seharusnya sudah tewas di tangan anak buah Beno Lintang? tidak, tentu saja tidak mungkin kroco-kocro itu mampu menandingi kemampuan si bangsat itu, besar kemungkinan malah mereka sudah tewas dan hmmm……????? jadi begitu rupanya, tak salah lagi darah yang mengalir di kali Blorong itu kemungkinan adalah darah-darah mereka, bajingan!!! semua ini di luar prediksi." keluh geram dalam batin, di tengah pelariannya.


"Begitu pula dengan wanita jalang itu, siapa sangka jika dia pun piawai dalam bela diri, kali ini kalian sukses membuat kami seperti pecundang, tapi jangan senang dulu atas kemenangan kalian hari ini, akan ku pastikan kalian tidak akan tenang menjalani hidup, dasar bajingan-bajingan tengik." kesumat amarah mendidih dari dalam hati Subeki.


Dengan singkat ke empat pria itu telah jauh meninggalkan SAB, yang

 selama ini menjadi markas andalan, tempat favorit untuk memanjakan kroco-kocro, wahana murah aman dari jangkauan aparat, untuk mengadakan pesta kecil-kecilan, bebas mabuk-mabukan, bebas pesta perek-perek murahan.


Namun naas hari ini mendadak menjadi arena pertarungan maha dahsyat, unjuk kebolehan dalam ilmu kanuragan. Pesta yang berakhir porak-poranda. Hadiah terburuk ketika pentolan-pentolannya pun babak belur, darah berhambur dan lari kabur.


Bersambung

Komentar