Langsung ke konten utama

Kurowo Nelongso Bab 17: Ora Masuk Akal Tapi Nyoto

Chapter 17: Ora Masuk Akal Tapi Nyoto


____________________________________


Staalfabriek Autoriteit Bedrijf atau disingkat SAB adalah manufaktur yang besar dan luas, yang andai saja masih dilanjutkan operasionalnya tentu tidak akan tertinggal oleh jaman, baik dari segi teknologi-teknologi mesinnya yang masih diadopsi pada mesin-mesin era modern dan juga kokohnya konstruksi dengan ciri khas ala eropa, meskipun terbengkalai namun tidak menunjukkan kerusakan parah.


Menjelaskan bagaimana produk-produk Eropa bisa jauh lebih mahal dari Asia, adalah dilihat dari bagaimana niatnya karya-karya mereka, yang hanya tak asal jadi tetapi juga sangat mengedepankan segi kualitas dan keawetan untuk jangka panjang.


Mesin-mesin bubut, mesin press, kompresor raksasa dan giant machine lainnya yang masih berada di tempatnya tanpa ada orang-orang jahil mental garong yang berpikir mengangkutnya, saking besarnya mesin-mesin itu, serta medan yang sulit dilalui untuk truk-truk pengangkut, karena akses mobilitas sudah lama rusak dalam ratusan tahun lamanya. Paling hanya printilan-printilan kecil yang sudah raib.


Kondisi tembok-tembok baik dalam maupun luar tampak masih kokoh.

Hanya lumut-lumut yang menghiasi, pun tak mampu merusak kuatnya material yang menyusunnya, padahal sudah berusia ratusan tahun.


Di sekelilingnya tumbuh pohon-pohon liar, namun akarnya pun tak merusak pondasi-pondasinya.


Ilalang, putri malu, talas dan rerumputan yang kian meninggi mempertegas ornamen-ornamen karya alam, sebagai tanda ketiadaan peran manusia dalam merawatnya. Kendati demikian tak selamanya yang terbengkalai itu sunyi dari aktivitas manusia, meskipun bukan aktivitas produktif, aktivitas yang seharusnya dinonaktifkan saja.


"Cooook asu, iso-isone aku kalahh ahhhh"

"Huahahahahahaha, modyaaaarrr"


"Yo kolo-kolo gantian mosok arep menangan terus, tho Di Di HAHAHAHA"


"Ayo ayo segera pelorotkan celanamu itu Di."

"BUAHAHAHAHAK"

"AYOOO TUNJUKKAN KEMALUANMU YANG MEMALUKAN ITU"


Orang-orang ini adalah kelompok preman bayaran yang sedang berjibaku dengan kesibukan-kesibukan yang harusnya tak perlu disibukkan dalam bangunan pusat SAB, ada 8 orang di dalamnya, dan 4 di antaranya sedang mengobrol di sudut lain, dekat dengan pintu masuk. Salah satu dari empat orang yang ada di depan pintu sedang mengobrol via telepon.


Sementara 4 lainnya sedang khusuk main kartu remi, taruhan dari permainan kartu biadap ini bukan berupa uang, ya mau gimana, orang-orangnya jarang punya uang, kalaupun punya ya berat untuk udud dan miras murahan, yang penting mabook.

Sebagai ganti pertaruhan uang yang jelas sangat tidak rela untuk mereka keluarkan demi permainan remi, maka yang kalah harus coli, jika coli coli saja sih masih mending, eh ndak mending, apanya yang mending gobloooogg???


Cukk nulis nulis sendiri, ngata-ngatain diri sendiri.


Meski kalah harus coli saja sudah di luar akal sehat, ini malah lebih gueeebleg lagi karena yang kalah sekali harus coli dengan minyak GPU, kalah dua kali dengan balsem dan jika kalah tiga kali, coli dengan lem sol sepatu. duleg njaran sak pak kusire kan ya?!


Bayangkan itu yang kalah tiga kali berturut-turut, sudah di-loco pakai GPU, balsem lalu, arghhhhh LEM SOL sepatu? bisa kalian.…. asuudahlah saya juga mumet ngerasainnya.


Rupa-rupanya, ketidakmutuan yang dilakukan oleh Miyadi, Gianto dan Sukasmin adalah bentuk cerminan dari bagaimana orang-orang Cenggur Rawan.

Terutama pria-pria pengangguran atau para berandalan murahan, ada saja aktivitas abnormal yang muncul dari gagasan yang memang tak layak digagas, saaat bangsaatt.


"Ayooo gas Di, jangan pakai lama, netizen seluruh Nusantara sedang menanti pertunjukanmu dalam menunjukkan kemaluanmu."

"Jangan sungkan menunjukkan kemaluan yang memalukan itu, jiaaahahaha."


"Asu asu" Ia pun memungut minyak GPU yang ada di meja, lalu setelah ia tuang ke telapak tangannya, pria yang mengumpat kesal itu pun beranjak dari kursinya, dia berdiri dan tanpa sungkan-sungkan menurunkan celana dan celana dalamnya, saking dalamnya itu celana dalam sampai keluar mata air, wis mbuh, gak masuk blas ceritaku.


Begitu dibukak byaaaakkk.…


"BUAAAHHHHGGGG CUOOKKK KONTOLE CUWILIK" seru salah satu dari mereka yang disambut gelak tawa yang lainnya.


"BAJINGAN AMOH, MENENGOOO SU." emosi tentu saja, biasanya langganan menang dan menikmati lawan-lawannya tersiksa akibat harus coli dengan pelicin aneh-aneh di luar prediksi BMKG.


Kini ia pun merasakan sendiri bagaimana ngenesnya sebagai pihak yang kalah, menjadi seorang pecundang.

Terlebih ketika 'aib' nya itu terekspos dan dinikmati orang-orang yang gatal sekali jika melihat hal yang sekiranya dianggap tak lazim, gatal untuk menghina.


Kontol kecil atau besar kan memang sudah ada desainernya. Tapi namanya manusia, tidak afdol jika tidak mengedepankan sikap angkuh, merasa paling wow, padahal yang didesain besar kadang diberi kekurangan gampang loyo. Menang otot kalah ngoyot, mbuh iki peribahasa seko ndi, koyoke aku asal nulis.


"Coook iku kontol opo pensil faber castell, cuwilik ngono tapi mayan dowooo koyok ulo kadut hahahahaa." bajingan tenan kok ya kepikiran ngata-ngatain mirip pensil andalan ujian nasional.


"Lha kalau dipakai kenthu apa ya kerasa itu? ngoahahahaha."

"Iya tuh, dimasukkan lubang pantat juga paling geli-geli doang kayak pakai jari telunjuk, jiahahahaha."


"ASU KAKEAN COCOT KALIAN."


"Cocoknya dipakai korek-korek hidung kan mayan bisa dapat harta kirun itu, BRUAKAKAKAKA." semakin brutal dan menjadi-jadi, ulasan-ulasan bernada cacian dari sesama bedebah.


"Ayooo kocoook segera kontol imut-imutmu itu, pakai GPU barangkali bisa melaaar, huawawawawawahahahaha"

"Kalau minyak GPU ndak ampuh untuk bikin kontolmu yang cute jadi tambah huge, pakai GPU Nvidia RTX 4000 series, biar ndak hanya nambah besar tapi speednya juga kuwenceeeng caaaahhhh, BUAHAHAHAHAHAKKKHH".


"CUWELENG KABEHHHHH." Dengan berbalut kesal, ia pun mengurut-urut kemaluannya dengan telapak tangan yang basah oleh minyak untuk pijat itu.


"Iya biar bisa grafik 8K 240fps mentok rata kanan buat main Cyber Punk." cukk meskipun goblogg-gobloogg tapi pembendaharaan materi untuk mencaci ada saja bahasan-nya.


Tak hanya harus menerima konsekuensi kekalahan tapi juga harus menerima hinaan, selama ini pria satu ini tak pernah kalah, alhasil 'rahasia' besarnya yang berupa kepemilikan kontol kecil itu tidak pernah terkuak, sampai tibalah ia merasakan karma pepatah: Sepandai-pandainya tupai melompat, ya itu tupai, ngapain ngurusin tupai. Kita urusin aja ini manusia-manusia bedebah yang sedang berkompetisi di ajang percolian abnormal.


Riuh bersahut bahasa bully dan intimidasi yang semakin membuat kesal. Brutal sekali jika urusan mengkoclo dan menghina orang lain yang sedang apes, memang menjadi budaya khas Nusantara yang diwariskan turun-temurun, terkhususnya bagi kalangan kelas bawah, seperti hiburan tersendiri jika bisa mengerjai dan melecehkan orang lain.


Bawaannya bungah sumringah kalau melihat orang lain susah. Bahkan jika perlu, apabila melihat orang lain apalagi yang dibencinya kok kena musibah, malah pesta pora merayakan kemalangan, bahagia di atas penderitaan orang lain seperti menjadi hiburan yang tiada banding.


"Ayo Adi Riyadi kocok kontolmu yang ternyata tidak gedi itu Di, ahihihihi (tawa Bernard Bear)."

"Hush saru, ampun ngendhiko ngoten, niku mboten kontol namine tapi titit, CUAAAAAKKKKSSSS"


"BAJINGAAAAN dhapuran-dhapuranmu koyok lonte Jamaika, ngawus asyuuu, ndoglok njaran, begenggek Israil." berbagai kalimat-kalimat toyibah tampak fasih Adi Riyadi rapalkan, saking dikuasai rasa ndongkol sedengongkol-dongkolnya.


"BUAHAHAHAHA" bersambut tawa riuh renyah dari rekan lainnya.


"Asyuuuu panase cooook" keluh Riyadi saat merasakan sensasi kontol mungilnya diurut pakai minyak yang seyogyanya untuk pijat itu, memang sama sih dia pakai pijat juga tapi bajingaaaannn tenan, di luar nalar namun memang nyata adanya, orang-orang guobloooggghh yang nauzubilleee min gilee.


"Isih mending Di, mung nggo GPU, ora disertai chipset Exynos, iso njeblug titit cute mu itu, muahahahaha." wis jaan mbuh leh ku nulis, tekan ndi-ndi ra cetho, wis mbuh sing mudeng yo ben mudeng, sing ora mudeng yo ben ndase mubeng, kontole mupeng, nggak ada adegan ah uh ikeh-ikeh kuwaciiii, kalau kata Sari, malah adanya adegan ndancuki-sasi.


"Wooo cuweleng Rwanda suuuu." masih dengan rapalan-rapalan kalimat mulia yang keluar dari Adi Riyadi menanggapi setiap perundungan verbal yang ia terima.


____


Sementara manusia-manusia yang sukar diterima sebagai manusia normal itu tengah asyik berjibaku dengan aktivitas aktif non produktif, ada sepasang mata yang dengan tenang mengamati gerak-gerik dan perilaku dari 8 orang-orang yang sedang sibuk dengan ketidakmutuan.

Sepasang mata dari orang yang tepat berada di atas mereka, saking tingginya atap bangunan itu cukup menyamarkan kesadaran, dan tidak ada yang menyempatkan diri untuk mendongak ke atas yang menurut kasadaran normal, ya ngapain emang apa bagusnya mengamati susunan baja-baja besar, kalau susu nan besar nah ini baru layak diamati dengan seksama dan dalam tempo yang sepuas-puasnya.


Atap yang tersusun oleh baja-baja besar dan berat, andai terjadi bencana gempa dan atap bangunan itu roboh tentu penghuni di bawahnya akan tewas seketika tertimpa susunan baja-baja besar itu, namun bukan Belanda namanya, jika tidak memperhitungkan resiko, mensiasati kemungkinan terburuk, tembok-tembok tebal sebagai penyekat dan tempat menggantungnya baja, cukup solid untuk menahan, selain itu, bagian atas tidak hanya sebatas dijadikan atap tapi juga gudang untuk besi dan baja material, tampak dari banyaknya tumpukan besi dan baja yang bahkan masih utuh.


Karena tingginya akses untuk mengambilnya sehingga tidak mudah bagi orang-orang jahil yang berhasrat mencuri besi-besi itu.

Sungguh desainernya memiliki pemikiran yang cerdik bahkan untuk jangka panjang.


Pun desain konstruksi yang kuat tersetruktur dengan baik mengikuti kaidah-kaidah dasar dalam membangun suatu bangunan yang kokoh dan kuat, adalah prioritas utama yang dipahami betul oleh profesor profesor cerdas yang didatangkan dari belahan Eropa.


Sejatinya meskipun Belanda adalah penjajah yang paling lama berada di nusantara namun satu sisi Belanda juga mewariskan begitu banyak terhadap perkembangan teknologi di tanah air, peninggalan-peninggalan teknologi Belanda seperti jembatan, rel kereta api, bendungan, tatanan yang baik dan benar dalam menentukan kota dan Ibukota yang strategis, tidak hanya untuk urusan politik tapi juga pusat ekonomi, dan lain sebagainya yang hingga kini masih berdiri kokoh, serta masih bisa dimanfaatkan, diadopsi dan dikembangkan oleh masyarakat modern secara umum.


___


Orang yang berada di atas atap itu adalah Miyadi, yang berhasil menerobos masuk melalui pintu darurat berupa tangga evakuasi, dengan kepiawaiannya ia sukses menyusup, tenang dalam mengamati, mendengarkan dan mencermati seraya menyusun strategi.


Tatkala pandangan matanya tertuju pada lonjoran-lonjoran besi, besi-besi sisa hasil potongan mesin produksi yang belum digunakan, memberinya sebuah gagasan, untuk mengeksekusi ide itu, suatu hal tak masuk akal ia lakukan.


DREMMMMM, seperti suara aliran listrik, sepuluh jarinya bergerak merapal, dari rapalan jemarinya itu, menghasilkan energi magnet, hingga besi-besi itu tertarik perlahan-lahan dan kemudian secara magis, besi-besi itu melayang, dengan tenang Miyadi melakukan hal supranatural itu serapi dan sehati-hati mungkin untuk tidak menghasilkan suara yang berpotensi menggagalkan misi penyusupannya.


Tidak masuk akal tapi nyata adanya.


____


"Dikocok-kocok, dikocok-kocok manuknya dikocok-kocok, ada pejuhnya kecil-kecil pada maboook, panas-panas dikocokin nanti keluar angin, ngahahahaha."


"Cuk bajingan amoh malah nyanyi, cuaakks."


"Ayooo terus, loco pelimu kawan, hentakkan!!! hentak yang kuat, buat dunia tau betapa hebatnya jemarimu dalam urusan pelayanan swalayan, kalahkan pelayanan satpam BCA terhadap nasabah-nasabahnya, huahahahaha"


"HAHAHAHAHA ASYUUUU ASYUUUU" riuh gemuruh, tawa dan hina bersahut padu, menghidupkan suasana oleh aksi bakat terpendam yang sebaiknya tetap dipendam saja, lha gimana, ngocok peli di hadapan orang-orang dengan subtitusi yang juga dancuk-able.


"Kocooook terus" sementara Adi Riyadi dengan berat hati dan mimik kayak orang bego, ya bukan kayak lagi, memang bego wal bodo.

Ia mengocok-ngocok kontolnya yang berlumur minyak GPU, bayangkan saja, untuk punggung saja panasnya semelet gak karu-karuan lha ini malah untuk peli yang kulitnya tipis dan sensitif. Tapi ndak usah dibayangkan nding, tidak penting juga.


"Matane matane, tuh lihat kelakuan bocah-bocahmu yang guoblooog No." seru salah satu dari 4 orang yang ada di depan pintu masuk, yang jaraknya lumayan jauh dari bedes-bedes yang sedang bermain kartu. Riuh ramainya tentu mengundang penasaran.


"Pancen wong-wong geblegg, malah adu kebolehan dalam mengocok peli, utekke do ning silit munyuk-munyuk iku pancen." obrolan telepon terpaksa dijeda demi mengumpat, melihat kelakuan kroco-kocro guebleeeg.


("Ada apa sih disana kok sepertinya seru sekali"). suara dari telepon yang di loud speaker.

"Itu lho bocah-bocahmu kang, jaaan ra masuk, keplek (main kartu) taruhane sing kalah kudu coli, kan asuuuu duleg njaran."


("BUAHAHAHAHAK, wis jan jaaan tobat ra kathokan, wis jarno wae, yang penting bedes-bedes itu tidak rewel").


____


Berpindah ke tempat dari sumber suara si penelpon berada.


Di dalam sebuah mobil Land Cruiser yang melaju lumayan kencang, menerabas jalan makadam, yang terkadang hanya tanah, kadang berjumpa bebatuan, namun karena memang mobil tersebut diperuntukkan di medan off-road, tentu saja sangat agresif untuk diajak menerabas hutan.


Di dalamnya terdapat 7 orang termasuk si pengemudi.


("Posisimu sudah sampai mana kang Beki? dan bagaimana hasilnya?").

"Hoho, tenang boskuuh, sebentar lagi kita sampai markas bos, dan kita sudah angkut dua sampah pesanan bos, hehe." percakapan yang dilakukan lewat telepon.


Di jok belakang ada lima orang, ialah Sukasmin dan Sari dengan kondisi tangan diborgol, dan diapit berdesakan dengan dua orang berbadan besar, yang satu lagi duduk di paling belakang sembari menggenggam senjata laras panjang, sementara salah satu yang di depan sedang mengobrol melalui sambungan telepon.


Meskipun dalam posisi sebagai tawanan, dengan berbagai kemungkinan buruk yang bakal terjadi, ekspresi Sukasmin dan Sari tampak datar, pandangan mata mereka tajam lurus ke depan, aura mereka menggambarkan tak ada rasa takut sama sekali.


"Lalu bagaimana dengan Brawijaya? apakah dia sudah berhasil meringkus dan membawakan oleh-oleh semlohai untuk pesta kita muehehehe?"

("Sampai saat ini belum ada kabar darinya kang, si keparat itu jangan-jangan malah menyeleweng.")


"Wohohoho, bisa jadi, karena si cupu yang mudah diperdaya itu kadang memang susah ditebak, tapi biarlah, biarkan dia berjibaku dengan tugas-tugasnya, kita tunggu saja hasilnya, karena sebentar lagi pesta pernikahan putri sulung Beno Lintang akan segera dilaksanakan, tidak asyik rasanya jika tidak dilengkapi memek kampung bidadari yang terkenal pulen dan bersih itu, hahaha."

("Hahahaha sepertinya kau sudah di ujung birahi, sana cobloskan dulu di tempik banteng, agar meredakan sejenak hasrat hewanimu, hahaha").


"Buahahahajingan aku dikon ngentu turuk banteng, lah mengko lakyo malah diusir seko kader tho aku."

("Woalah cuk cocotmu kok nyerempet materi jurang ngono, apa nggak bahaya tho? ahahaha").


"Yoo jane bahaya hahaha, tapi demi awakmu bahagia bos, aku rela bertaruh nyawa."

("Halah silit trenggiling kang kang, hahaha, tapi ngomong-ngomong soal Brawijaya, sepertinya sampean juga paham tentang kemungkinan mencurigakan dari gerak-gerik Brawijaya").


"Hahaha aku tak pernah percaya sepenuhnya sama dia, keparat itu bisa jadi merencanakan sesuatu di belakang kita."

("Hmmmm.... jika memang kemudian dia disinyalir sebagai pengkhianat, jangan ragu untuk menghabisinya").


"Hooooh, itu sudah pasti."


"Brawijaya?!" batin Sukasmin

"Apakah yang dimaksud adalah Brawijaya Arjuna?" masih dalam benak Sukasmin menerka-nerka. "Kalau memang benar itu Brawijaya Arjuna, bisa menjadi momentum, tapi di saat yang sama, juga menjadi pedang bermata dua."


Setelah sekitar 5 menitan dari percakapan via telepon seluler, mobil yang mengangkut 7 orang itu telah sampai di depan pintu gerbang kemerdekaan, eh di depan pintu gerbang bangunan utama SAB.


DREGGGGGG DEMMMMMM sontak yang ada di dalam ruangan dikejutkan oleh suara pintu gerbang yang digeser.


"Hoohoho halo bosku" suara dari orang yang membuka gerbang itu.

"Bajingan ternyata Subeki, bikin kaget saja, gimana sudah sampean bawa dua sampah pesananku itu?"


"Whohoho tentu saja, hanya untuk sampah saja kok jaaan antusias sekali dong bosku satu ini, lihat itu bosku." sembari masih menggeser gerbang, agar mobil muat untuk masuk.

Ketika Land Cruiser itu masuk lalu dibukalah pintu belakangnya.


"Tapi hanya untuk mengangkut sampah kok ya lama sekali kalian itu."

"Ya gimana ndak lama untuk akses jalannya saja sulit sampai terpaksa menjemput mereka dengan jalan kaki menyusuri sungai dan medan yang tidak mudah dilalui, pun jaraknya juga tidak dekat, yang penting kan hasilnya."


Lalu setelah diperlihatkan oleh-oleh pesanannya.


"Kerja yang bagus kang Subeki."

Subeki, begitu nama itu terdengar, dalam batin Sukasmin: "Subeki? apakah dia ini Subeki mantan suaminya mpok Muidah?"


"Welcome to the club my brother and sister, anggap saja ini rumah sendiri hehe." suara sambutan yang ditujukan kepada Sari dan Sukasmin, ketika keduanya didorong dengan kasar agar keluar dari mobil.


"Lama tak jumpa kangmas Sukasmin rodiyawohu anjir, apa kabarnya kakak iparku yang ganteng nggak ketulungan ini?" terdengar sinis suara sambutan itu.

"SUHARSONOOOOO." pekik Sukasmin dengan kecamuk emosi yang meluap-luap.


"Hahahahaha, jangan galak-galak begitu dong kangmas, aku kan jadi takut." pria yang bernama Suharsono itu menjawab dengan intonasi menye-menye, sengaja untuk menghina dan merendahkan. Sejurus kemudian.


DUGHHHHH bogem mentah Suharsono lancarkan tepat di perut Sukasmin yang membuat pria itu seketika meringkuk kesakitan. Posisi tangannya yang diborgol ke belakang, membuatnya hanya bisa pasrah kesakitan tanpa bisa memegangi bagian yang telak terhantam pukulan.


Sementara Sari, diarak paksa menuju ke tempat kroco-kocro yang sedang berpesta dengan ketidakmutuan yang salah satunya sedang sibuk mengurut-urut kemaluannya dengan berbalur minyak GPU yang terpaksa harus dijeda akibat kedatangan tamu.


Mata mereka berbinar-binar begitu melihat apa yang dibawakan oleh kolega-koleganya.

Termasuk Adi Riyadi yang otomatis mendapatkan kesempatan untuk rehat dari hukumannya, ia masukkan kembali rahasia besar yang berukuran kecil miliknya itu.


Sementara dari atas, Miyadi menyaksikan sahabatnya ternyata juga menjadi sasaran dari orang-orang culas itu. "Sukasmin, hmmmm dan itu apakah itu Aqidah Nurmala Sari? setelah lama tak terlihat semenjak usia remaja, rupanya dia telah menjelma menjadi wanita yang sangat cantik, bajingan Sukasmin itu, pintar juga si kunyuk anggora dalam menggaet hati si cantik jelita, hahaha meskipun karenanya kau menjadi pria pecundang, terombang-ambing dalam ketidakmutuan." batin Miyadi memuji sekaligus mencibir, sementara dia juga harus berkonsentrasi untuk tetap membuat besi-besi panjang di sekelilingnya melayang.


Lonjoran-lonjoran besi itu perlahan mulai digerakkan, mengubah arahnya untuk menyiapkan langkah selanjutnya yang apabila didukung oleh momentum yang tepat.


"WOEEEE GOBLOGGGHHHH." teriak salah satu yang menggiring Sari.

"Daripada lu coli dengan pelicin aneh-aneh semacam itu, ini kita bawakan objek seksual yang lebih menggairahkan."


"WOHOHOHOHOHOHO AYUNE BOSSS"

"Buset cuk, kapan lagi dapat cewek cantik, mulus nan semlohai seperti ini, bosku-bosku ini memang jos bukan main, tidak salah jika setia jadi bawahan kalian."

"Susu karo bokonge montok suuuu."


Inchi demi inchi mata mata jelalatan pria-pria sangean mengamati suguhan di depan matanya. Seloroh kata-kata mesum bersahut-sahutan.

"Wah spek seperti ini mah kalau jadi lonte pasti kelas ekslusif, kita-kita ndak bakal kuat bayar sewa."


Tubuh Sari yang tak hanya tinggi tapi juga indah menawan dengan berbalut kaos lengan pendek warna hitam, celana training panjang yang juga berwarna senada, dengan design body fit, membuat tubuh indahnya terekspos dan memanjakan mata-mata keranjang yang asyik tengah menelusuri suguhan istimiwir itu.


"Bacot saja kalian itu, dasar miskin tapi ngacengan, ini gratis tinggal kalian lahap, tentu saja untuk kalian yang duitnya ndak seberapa, sesekali biar bisa menikmati suguhan ala WTS kelas VIP. Lu lu lu lu pada, silakan dinikmati lonte satu ini, tapi ingat jangan main kekerasan, daaaaan untuk elu ya wahai pecun, jangan berontak dan melawan atau akan saya buat cacat tubuh sintal dan mulusmu ini." dengan intimidatif seraya menodongkan pistol.


"Jiaaah klo soal ngacengan mah manusiawi bos, wajib hukumnya bagi laki-laki dewasa, hahahahaha."

"Wojab-wajib wojab-wajib, palingan bisanya nyewa perek 50 ribuan di pinggir jalan, koya sekali ente ya."


Kendati dalam keadaan yang tentu berpotensi tidak baik untuk dirinya, Sari tetap memasang ekspresi tenang.

Dia tidak menunjukkan sama sekali ekspresi tegang atau ketakutan. Yang hal itu justru disalah artikan oleh bajingan-bajingan yang mengelilingi dan mengeksplorasi tubuhnya.


"Woh lha kok ndak ada ekspresi ketakutan sama sekali ini perek?"

"Mungkin sudah biasa menghadapi lawan banyak, sudah katham soal main rame-rame ini, hahaha mantab sekali ini bosku, ayo Di kontolmu yang sudah dikocok dari tadi, kami kasih giliran pertama untuk eksekusi, kurang baik hati bagaimana kami coba? hahaha."


"Hahahaha ayo Di keluarkan lagi titit imut itu, kontolin eh titit-in awewek semlohai aduhai ini".


"BIAAHAHAHAHAHA"


_____


Latar cerita beralih ke tempat yang berbeda.

Tempat dimana konfrontasi terjadi.


"Senang bisa berjumpa denganmu lagi kawan lamaku." Suara yang secara spontan bebarengan, dari dua insan yang telah lama tak berjumpa, yang seharusnya menjadi momentum untuk merajut nostalgia.


Ialah Brawijaya Arjuna dan Novi Andarista.


Brawijaya Arjuna setelah mengalahkan jendral tertinggi militer kerajaan Singorondo, Linggarjati Wasesa, bahkan hingga menghunuskan pedang secara telak ke ulu hati Linggarjati, yang mengakibatkannya tewas seketika. Namun demikian kabar itu tak menyeruak keluar sehingga tidak ada kehebohan, sebab oleh internal instansi militer dilarang untuk disebarluaskan, karena merupakan aib besar bagi militer dan dikhawatirkan akan memicu kegaduhan yang lebih tidak terkendali.


Bisa dipahami jika kepala militer saja bisa ditumbangkan bukankah situasi di dalamnya benar-benar genting, dan hal itu akan berdampak besar sebab situasi internal masih kacau, jika terjadi kudeta secara tiba-tiba dari para bandit-bandit dan penjahat kelas kakap yang kabur paska dihancurkannya penjara yang mengurung mereka, maka kehancuran sistem tak dapat dihindari, lebih memprihatinkan jika mabes militer sampai berhasil disabotase.


Perlu dijelaskan jika Cenggur Rawan merupakan bagian dari kerajaan Singorondo meskipun berada di paling ujung selatan dan lebih dekat dengan kerajaan Lemah Ayu, serta terpisahkan dari pulau utama Singorondo oleh sungai Blorong yang panjangnya ratusan mil, serta sangat lebar di beberapa area, bahkan akses penyeberangan diperlukan perahu apabila ada proses migrasi.


____


Brawijaya, yang sedang dalam perjalanan melanjutkan misi selanjutnya untuk menaklukkan Putri Kadita, ratu dari kerajaan Lemah Ayu, tempatnya para bidadari begitulah desa itu dijuluki, karena di dalamnya dihuni oleh wanita-wanita cantik keturunan Jawa - Sunda.


Namun di tengah perjalanan dia berjumpa dan dicegat kawan lamanya, yang bernama Novi Andarista.

Yang memang menjadi misi wanita itu untuk memburu Brawijaya, karena mengetahui kenyataan jika pria ini telah terlalu jauh jatuh dalam kriminalitas.


Tak hanya kabar tentang membunuh jendral militer, tapi juga kabar lain yang wanita itu terima, Brawijaya Arjuna baru saja menghancurkan penjara besar di ujung utara, lokasinya yang tak jauh dari titik dimana hulu sungai Blorong berada, yang di penjara itu memang dikhususkan untuk kriminal tingkat tinggi. Mendapati kabar yang membuatnya terpekik oleh amarah, menegaskan dirinya untuk mantab memburu dan menangkap Brawijaya baik dalam keadaan hidup maupun mati.


____


Penjara yang diberi nama Janatan Ad Jahanam, sebuah kombinasi yang tampak tak selaras, namun bukan berarti tidak memiliki makna, sebab penggunaan nama itu juga sudah dipikirkan matang-matang oleh penggagas.


Lokasinya yang berada di tengah-tengah hutan lebat, dikelilingi oleh bukit-bukit tinggi yang berbalut dengan keindahan alam yang masih asri, serta aliran sungai yang airnya sangat jernih kian melengkapi nuansa nuansa indah selayaknya surga.

Akan tetapi karena sesuai peruntukannya yang merupakan penjara untuk kriminal kelas kakap, sehingga di dalamnya bak neraka, berbagai aktivitas siksaan, pembullyan bahkan saling membunuh antar narapidana demi memperebutkan tahta siapa yang terkuat, sudah bukan hal yang mengejutkan yang terjadi di penjara itu.


Dan terjadi pembiaran oleh para sipir, selama mereka tetap mendekam dan tak ada niatan kabur maka bukan persoalan jika ingin bertindak anarki terhadap sesama napi. Pun oleh komandan-komandan tertinggi justru diharapkan agar orang-orang kriminal itu saling bunuh, dengan tujuan mengurangi sampah masyarakat.


Semenjak didirikan dan difungsikan, penjara berdarah itu telah menelan setidaknya 3000 korban jiwa, dan terus bertambah setiap tahunnya.


____


Pertemuan dua sahabat yang seharusnya menjadi momentum untuk saling berbagi nostalgia akan tetapi keadaan yang ada sudah sangat berbeda.


Keduanya saling pandang dengan kecamuk emosi masing-masing.


Brawijaya Arjuna: "Hmmmm, LEKAS ya? sepertinya kau telah mengalami perubahan yang cukup signifikan Novi, dari seorang yang ditelantarkan oleh keluarga besar hingga menjadi orang penting dalam lembaga keamanan."


LEKAS = Lembaga Elektabilitas Keamanan dan Aspirasi Sipil, semacam polisi kalau di Wakanda Barat Daya. Lekas adalah instansi militer swasta yang independen dan tidak memiliki keterkaitan dengan pihak manapun, Lekas ditujukan untuk menjadi alternatif dalam menciptakan keamanan dan keadilan, sebab polisi maupun TNI yang merupakan aparatur negara, yang seharusnya menjadi payung yang mengayomi, melindungi dan melayani masyarakat serta menjadi entitas yang menjembatani keadilan dan keamanan, nyatanya dalam praktek di lapangan tidak menjalankan fungsi sebagaimana mestinya.


Polisi dan TNI telah lama tenggelam dalam zona nyaman, terlalu mengedepankan aji mumpung untuk menikmati segala fasilitas serta keistimewaan yang diberikan, tapi mengabaikan tugas dan kewajibannya, hasilnya melahirkan rasa tak percaya dari masyarakat terhadap dua lembaga penting itu.


Oleh karena itu lahirnya Lekas adalah untuk wadah bagi aspirasi rakyat yang selama ini tak pernah didengar dan cenderung diabaikan, kubah alternatif bagi rakyat kecil untuk mencari perlindungan dan keadilan.


Novi: "Aku tak tau pastinya apa yang terjadi denganmu dan apa yang melatarbelakangi perbuatanmu dalam membuat kekacauan di beberapa kantor penting instansi pemerintah serta kantor aparat, tapi jelasnya itu adalah perbuatan yang tidak dapat ditolerir, dan dirimu telah dicap sebagai kriminal tingkat tinggi."


Brawijaya Arjuna: "Hmmmmm.…."

Novi Andarista: "Dan disini aku akan menghentikanmu meski mungkin akan tidak mudah."


Brawijaya Arjuna: "Menjadi orang penting dan diprioritaskan, bukan berarti akan membuatmu tahu akan banyak hal serta kejanggalan, dan.…." di saat kalimat belum diselesaikan, Brawijaya justru melesat ke arah tempat Novi berdiri, sejurus kemudian melancarkan serangan mendadak yang membuat wanita itu terkejut namun sanggup berkilah dengan cepat.


Akan tetapi, JLAAAAANGGGGG tendangan dari atas tepat mengenai ubun-ubun wanita tersebut, rupanya saat wanita itu berhasil menghindar dari serangan dari samping, ternyata itu hanyalah taktik dimana setelahnya Brawijaya dengan sekejap telah melesat ke atas dan menghantam telak ujung kepala Novi Andarista.


Meski Novi sempat mengaktifkan PERTEDA (perisai tenaga dalam) sehingga menghasilkan dentuman suara yang keras selayaknya dua palu besi yang beradu.


Novi pun tersungkur namun dengan gesit bangkit kembali.

Dia usap darah yang mengalir ke dahinya, Perteda tak cukup kuat menahan serangan itu.


Brawijaya: "….. Fakta bahwa kau menjadi bagian dari aparat, seperti pertanda seakan kau mendeklarasikan konflik denganku." lanjut Brawijaya setelah menghadiahkan tendangan di kepala Novi.


Novi: "Sebenci itukah kau dengan aparat?"

Brawijaya: "Bukan benci, hanya saja aku sudah sangat kecewa setelah bertahun-tahun mengabdi dan bekerja untuk mereka, namun satu sisi juga ku amati bagaimana kinerja dan gerak-gerik para aparat, yang semboyannya untuk melindungi dan mengayomi masyarakat, faktanya justru sebaliknya."


Brawijaya: "Tindakan represif terhadap sipil yang menyuarakan kritik, semena-mena terhadap rakyat kecil, menggunakan kekuasaan untuk bebas melanggar aturan, tegas dan sadis terhadap rakyat, bahkan dengan mudah menghujani peluru bagi yang dianggap penghalang atas kepentingan penguasa demi membantu penyuburan oligarki."


Novi: "Kau tak seharusnya menyamaratakan bahwa semua aparat itu demikian bur.…"

Brawijaya: "Iyaaaa hanya oknum, sayangnya karena saking banyaknya oknum-oknum itu, jika mereka bersatu bisa mendirikan MABES". Belum selesai Novi berujar, disela oleh Brawijaya sebagai bentuk sindiran tajam dan frontal.


Novi: "Sangat aneh bukan?"

Brawijaya: "Hemmmmm?"


Novi: "Bukankah ini sangat aneh dan kontradiktif? kau benci dengan aparat dan penguasa, karena ketidakadilan yang mereka lakukan, kegagalan dalam menciptakan rasa aman dan nyaman kepada rakyat jelata, tapi kini kau bekerja untuk Beno Lintang dan Suharsono, yang merupakan kepala desa, dan mereka itu juga terkenal akan berbagai skandal serta berhubungan dengan kriminalitas? dari ulah mereka pula lah suasana tidak nyaman tercipta, mereka merampas hak-hak rakyat yang harusnya dilayani dengan layak."


Brawijaya: "HAHAHAHAHAHAHA, sudah ku bilang bukan, jika menjadi orang penting tak lantas membuatmu tau apa-apa dan tau segalanya, baik dirimu dan mereka tak akan paham dengan tujuanku, dan tak ada urgensinya untuk menjelaskannya padamu."


Novi: "Sepertinya pembicaraan kita tidak akan menemui titik temu, hanya mengulur waktu saja, aku sadar jika ini berarti pertarungan fisik maka sudah jelas aku akan kalah darimu, tapi aku tak akan menyerah untuk menghentikanmu, demi mewujudkan keadilan maka semua bentuk hal yang keji akan ku basmi". Seringai Novi Andarista menandakan kesiapannya untuk bentrok kekuatan.


Brawijaya: "Keadilan? adil versi apa yang kau anut wahai budak penguasa? kau bilang adil jika itu berkaitan dengan menghukum rakyat kecil yang lemah, tapi apakah kau berani menegakkan hal itu pada penguasa? HAAAAA!!! lihatlah kenyataannya, kau tau jika Beno Lintang dan Suharsono adalah pemimpin yang culas, lalu bagaimana upayamu? upaya orang-orangmu? sebatas apa usaha kalian untuk menghentikan kejahatan mereka yang masif dan terstruktur? HAAAA? JAWAAABBB!!!!." Terujar kalimat yang berisi sarkas serta retorika dengan penekanan dan intonasi tinggi dari Brawijaya.


Brawijaya: "Kau Diam Saja Bukan? Karena DIRIMU SENDIRI DAN ORANG-ORANG LEKAS KEBANGGAANMU ITU TIDAK BISA BANYAK BERBUAT, SEMENTARA JARINGAN DAN RELASI MEREKA SEMAKIN KUAAATTT, KAU SADAR AKAN KENYATAAN ITU BUKAN?" intonasi gertak dan amarah berapi-api.


SRIIIINNGGGG Seluruh tubuh Novi tiba-tiba berlapis cahaya paduan ungu dan merah muda.


Brawijaya: "Ooooo Sasanalaya ya? jadi dirimu memutuskan untuk serius beradu kanuragan denganku."


Sasanalaya adalah sumber energi dari perpaduan berbagai elemen, yang merupakan kekuatan tingkat tinggi yang diperoleh dari inti bumi.


Brawijaya: "Sungguh mengesankan melihat ada orang yang mampu menguasai kekuatan super itu, jarang ku temui bahkan sekelas maha raja sekalipun karena saking sulitnya mengendalikan energi dari Sasanalaya." lanjut Brawijaya yang juga sudah siap tempur.


ZLAAAAAMPPPPPP

Seberkas sinar ultraviolet melesat tajam dan dengan serta-merta mengarah tepat di kepala Brawijaya Arjuna, dan.….


SRIINGGGGG, namun anehnya serangan super cepat itu terpatahkan, hanya dengan dilihat saja oleh pria itu.


"HAAAAA?!!!!!" Novi pun terkejut.


"MU MUUUU MURIAAAA" terpekik wanita itu menyadari apa yang ia saksikan. Bulatan seperti gerhana matahari cincin, terlihat dari pupil mata Brawijaya.


Muria adalah sebuah kekuatan mata legendaris, mata yang dapat mentralkan serangan apapun bahkan memantulkannya sehingga serangan itu bisa menjadi senjata yang dapat melukai pemiliknya, atau disebut senjata makan tuan.


Yang konon hanya sebuah mitos, namun kini tampak benar-benar ada, dan pria itu, pria yang bernama Brawijaya Arjuna itu mengaktifkan mata legendaris itu, meskipun hanya sebelah kanan saja.


Brawijaya: "Mengapa kau tampak terkejut hanya karena melihat Mata Muria? bukankah kau juga seharusnya cukup optimis dengan penguasaanmu terhadap Sasanalaya?"


Novi: "Ciihhh" desisnya menyadari betapa ia semakin tergoyahkan mentalnya.

Disaat sedang dilema antara akan melanjutkan serangan atau tidak.


DUAAAAAAARRRRRRRR BLAAAAMMMMMMMM serangan beruntun dilakukan oleh Brawijaya sehingga membuat wanita itu kelabakan. Namun dengan gesit wanita itu berusaha menghindari serangan-serangan yang dilancarkan oleh Brawijaya.


Sejurus kemudian CLIRAAAPPPHHHH

Kilatan petir keluar dari tangan Brawijaya dan melesat menuju Novi.


DUAARRRRRRRRR RRRRRR RRRRR

Dentuman maha keras terjadi, setelah aliran listrik itu bersentuhan dengan bumi, namun serangan kilat yang super cepat itu tak mengenai Novi Andarista.


Novi: "Hahaha, kau memang tak pernah gagal memberikan kejutan kepadaku, dari mata Muria dan sekarang elemen litrik, yang sangat sulit dikuasai oleh pegiat-pegiat kanuragan, pendekar-pendekar kelas atas pun belum tentu sanggup menguasai elemen tertinggi itu."


Tak menggubris omongan Novi, Brawijaya terus melancarkan serangan.

Namun tentu saja, Novi tak tinggal diam mendapati rentetan serangan dari lawannya.


JLAAANGGGG, DAAANGGG, JLEGAAAARRRR


Gelegar suara ledakan yang dahsyat, hasil dari tumbukan kedua tenaga dalam yang luar biasa, menggema di antara tempat mereka berdua berdiri.

Dengan agility yang sangat baik, Novi Andarista mampu menghindar serangan demi serangan yang Brawijaya lancarkan.


Tak hanya menghindari tapi juga sekaligus melancarkan serangan balasan, pun demikian dengan Brawijaya yang sanggup berkilah atau menangkalnya. Meskipun dari pengakuan Andarista merasa tidak mungkin menang, namun kenyataannya ia cukup mampu mengimbangi, tampak dari gesit dan tenangnya dia dalam menghadapi setiap serangan kejutan dan super cepat.


Di antara hiruk pikuk keramaian yang timbul akibat benturan tenaga dalam itu, ada beberapa pasang mata yang sedang menyaksikan perhelatan dari kedua pendekar yang unjuk kekuatan maha dahsyat nan legendarisnya.


Lalu, di tengah sengitnya pertarungan, beradu serangan-serangan yang mereka unjukkan, tiba-tiba.


GLARRRRRRRRRRR, tercipta ledakan yang sangat dahsyat, dari ledakan itu menciptakan kawah besar seperti hasil ledakan nuklir.


PROOK PROOOK PROOOK

Menyusul suara tangan bertepuk, setelah ledakan dahsyat itu reda.


…. "Dua insan yang tampan dan cantik jelita yang dulu adu kemaluan, mengapa kini malah adu kekuatan. Jiahahahaha idealisme apa yang sedang kalian perjuangankan? wahai muda-mudi alpha."



BERSAMBUNG

Komentar