Langsung ke konten utama

Kurowo Nelongso Bab 15: Prasasat Howo Papat

Chapter 15: Prasasat Howo Papat


____________________________________________________


Kelurahan Cenggur Rawan.


Penamaan kelurahan ini bukan tanpa arti, merefleksikan bagaimana kondisi yang sesungguhnya dari tempat itu, yang didominasi oleh pria-pria pengangguran sementara yang wanita sebagian besar kalau tidak merantau ke kota ya menjadi TKW di luar negeri. Alhasil yang menempati didominasi pria-pria sagapung, sange gak ketampung, baik yang masih bujang atau bahkan yang sudah menikah sekalipun.


Itulah sebabnya dinamakan Cenggur Rawan yang merupakan hasil otak-otik mathuk dari para pendahulu, Ngaceng Nganggur Raono Lawan, begitulah filosofinya.


Kemudian ketika pemerintahanan orde baru berkuasa, proses urbanisasi berperan penting, desa yang tadinya masih homogen sehingga kurang produktif menjadi heterogen, bercampur dengan penduduk dari luar daerah menciptakan kehidupan masyarakat yang bervariasi. Lalu terbentuklah desa-desa kecil yang di bawah naungan Cenggur Rawan seperti Cenggur Asri.


Dan Cenggur Asri merupakan desa yang paling luas namun juga masih tidak terlalu padat, didominasi oleh keasrian lingkungannya, dan keindahan alam serta hutan yang masih terjaga.


Sungai-sungai mengalirkan air yang masih jernih, menjadi savana kehidupan, tempat mencuci dan mandi bagi sebagian warga yang belum punya sumur di rumahnya.


• • •


"Sudah bangun wahai paduka Arjuno Ireng??!!!" ujar Muidah ketika mendapati si bedes Ethiopia, Gianto manusia yang jika tidur udah seperti mayat hidup saja, bahkan dia tidak bangun sedikitpun ketika dieksekusi satu pihak oleh Muidah, yang bangun justru kemaluan kekarnya.

Seperti nyawanya pindah ke alat vital yang nggak vital-vital amat itu.


"Uuhhhh mpok, ehhh udah siang ya? maaf mpok kecapean." dengan menggeliat Gianto yang baru terjaga dari tidur panjangnya, yang sebenarnya sangat indah andai dia tahu apa yang tengah terjadi ketika dirinya setengah meninggal itu.


"Belum, belum siang ndoro, masih pagi kok, baru jam setengah satu" sindir Muidah dengan bahasa cibiran.

"Eh mpok, maaf mpok, malah jadi keterlaluan gini, udah numpang tidur, bangun kesiangan, mohon maaf sanget mpok". dengan mimik mimik menyesal, sesal sesal biadap, Gianto menunduk minta maaf.


"Looooh ndakpapa, ndoro juragan kan bebas" masih dengan mencibir.

"Yaelah mpok gitu amat mpok nyindirnya".


"Gitu amat gitu amat, SANA PULANG udah siang ini" dengan hardik, Muidah seperti mengusir.

"Mpok, jadi gini mpok".


"Gini apalagi? langsung ke intinya"

"Gini mpok, sudah dari semalam saya pikirkan, ijinkan saya kerja di mpok deh, ajarin saya mengelola pertanian yang mpok kelola, gaji seberapapun saya terima mpok yang penting saya dapat ilmu cara mengelola aset berupa sawah dan ladang yang dipunya sehingga ndak mubazdir".


"Wuidiiih guayaa lu ya, kelola aset kelola aset, sok edgy banget elu ya".

"Serius ini mpok, selain untuk sementara menghindari Sukasmin dan Miyadi, ini juga demi masa depan saya mpok, plis banget mpok" dengan muka memelas, bahkan bersimpuh di hadapan Muidah, Gianto memohon-mohon.


"Laaa emang situ punya apa? kok minta diajarin ngelola aset ngelola aset udah kayak juragan saja bahasa lu itu".

"Dih ngeledek si mpok, maaf mpok bukan mau memamerkan karena memang bukan punya saya, tapi punya bapak-ibu, tanah dan sawah mereka luas, ada kalau dua hektar tapi karena dasarnya saya guoblooog untuk perkara pengelolaannya, saya juga pemalas dan males untuk mikir, akhirnya selama bertahun-tahun tanah ladang dan sawah itu nganggur tidak ada yang mengolahnya, kan sayang banget mpok, padahal sudah dipasrahkan ke saya untuk ditanami apa gitu, karena orang tua saya sudah terlalu tua untuk mengerjakan pekerjaan di sawah dan ladang."


"Wawwww serius orang tua lu punya aset tanah seluas itu"

"Yeee serius lah mpok, ngapain ngaku-ngaku demi memperoleh simpati, kalau saya mah jujur apa adanya, dan nggak ngaku-ngaku kalau itu punya saya, tapi saya pingin belajar mengelolanya, dari mulai nanam, panen sampai gimana caranya memasarkannya, soalnya saya pikir saya butuh channel dari orang cerdas dan yang punya banyak relasi agar hal itu tercapai, dan mpok Muidah lah yang saya anggap tepat, setidaknya untuk saat ini, ini kesempatan langka bagi saya dan.……".


"Wih wih wih, bentar bentar, kok ada yang aneh ya!? hmmmm" potong Muidah.

"Aneh gimana mpok?"


"Ya aneh, kok dari bahasa lu, pemikiran lu, kok seperti bukan orang yang saya kira deh, mungkin aslinya pinter hanya salah pergaulan saja elu itu, mmmmm oke deh, kayaknya layak untuk gue pertimbangankan".

"Wah yang bener mpok?"


"Yeeee munyuk, jangan kepedean dulu kan baru sebatas layak dipertimbangkan, bukan berarti iya lho ya, hahahahaaha"

"Walah mpok malah bercanda, saya sangat serius ini, pingin ngawula dan mengabdi untuk sementara waktu sama mpok Muidah ini, janji deh saya akan berusaha sebaik mungkin."


"Iye iye, bawel, sana mandi dulu, mulutmu bauk tuh, obrolin ini nanti setelah mandi, dan itu makan siang udah siap untuk ndoro Arjuno Ireng ini ya."

"Duh gusti mpok, meskipun memang lapar tapi sindiran mpok ini lho malah bikin saya sungkan mpok."


"Sungkan-sungkan, sok sungkan lu, dah sana mandi dan makan, ndak usah bawel daripada gua usir." sontak Gianto mpun bergegas ngibrit ke kamar mandi.


• • •


Di tempat lain, yang mana empat janda aduhai sedang beberes untuk beranjak dari tempat apes itu, setelah peristiwa mengejutkan yang mereka alami, mendapatkan anugerah berupa durjana yang jatuh dari ketinggian.


"Eh Yu, mandi yoook! badanku pliket dan gatal semua nih." ajak Sumini kepada ketiga rekannya.

"Halah padunya, yang gatel wawukmu kan? akibat ngesot-ngesotin anus ke mulut Sukasmin, jadi horny kan hayooo ngakuo mbakyu!!" seloroh Pujinah dengan nada menghina.


"HAHAHAHAHAHA." lalu disusul gelak tawa bersama.

"Asu cangkemmu iku owk yu, malah nuduh-nuduh yang gak bener." ujar Sumini yang tak mau dianggap sedang birahi.


"Heleeeeh, ngaku aja, daripada kita perkosa nih, tempikmu kita obok-obok rame-rame disini lho, diobok-obok sampai itilmu yang kecil jadi maboook." giliran Sofiatun ikutan meledek sembari mbanyol menirukan Joshua.


"Ya elah Yu Sofiatun, congornya itu lho." sahut Pujinah yang kemudian bersambut tawa bersama "HAHAHAHAHAHA"


"Eh tapi ojo ngasi deh merkosa memek sama silitnya Sumini yang bekas bau congornya Sukasmin, pasti bau jigongnya menempel erat kayak lem korea, dan harus dicuci tujuh kali baru hilang buahahahah" lagi-lagi Sofiatun belum puas membully.


"Tun Tun, dapuranmu juga pasti pasrah kalau di-jilit sama Sukasmin." tukas Sumini dengan nada cibiran.

"Eeehhhh apaan tuh di-jilit? dikira kliping kali ya pakai di-jilit." ujar Karsini bingung.


"DI-JILAT SILITTTT YUUU" seru tiga lainnya dengan mantab.


"WOALAAAAH ada-ada saja"

"HAHAHAHAHA" kemudian gelak tawa mewarnai acara rasan-rasan yang nggak berfaedah itu.


"Sudah lah, yook mandi kita, atau nunggu dimandiin warga???" seloroh Sumini di tengah keseruan tertawa serempak terbahak-bahak.

"Dimandiin warga dimandiin warga, lambemu aboh Yu...!!! mandi dimana enaknya, sendang Waru atau kali Blorong?" tanya Karsini menimpali.


"Gimana kalau di kali Blorong aja, mandi sekalian ekshibisionis kita, HAHAHAHA." dengan entengnya Pujinah memberi usulan yang tentu saja memancing penolakan ketiga lainnya "WUUUU WONG EDAN, ya enak laki ngacengan yang ngeliat lah."


"Atau ke sendang Ringin barangkali ada pak RT kontol gede lagi, muahahahahaha."


"PUJINAAAAH" seru ketiganya sembari melotot ke arahnya.

"Utekmu ki pancen guebleeeg pooool" geram Sofiatun.


"Heleeeeh, tapi kalau beneran ngalami kayak aku, pasti sampean juga sange dan nggak bisa move on kebayang-bayang teyuuusss hixixixi" ledek Pujinah.


"Sudah sudah, bahas kontolnya jadi mandi ndak nih? atau mending kita adakan acara ekspedisi kontol?" potong Karsini.


"CUUUUKKK"


"Wis lah yook ke sendang Waru, nyocot soal kontolnya lanjut nanti, mudah-mudahan ndak ada orang disana, soalnya.…" ucap Sumini yang sengaja tidak diteruskan.


"Soalnya apa mbakyu?" tanya Karsini.

"Dih kepo yaaaa? muehehe"


Ke empat wanita janda tuna asmara itu pun melangkah menuju sendang Waru, yang memiliki sumber mata air yang jernih dan bersih, sendang yang terawat dan nyaman, menjadi salah satu alternatif kamar mandi umum bagi warga Cenggur Asri, selain sendang-sendang yang lain, sendang Waru ini kurang begitu ramai dibandingkan lainnya karena tempatnya yang berada di ujung desa dan jauh dari hiruk pikuk aktivitas warga.


Namun karena sunyi inilah yang memberikan kenyamanan tersendiri terutama bagi kaum hawa, sehingga bisa rileks untuk bebas mandi, bebas telanjang tanpa khawatir harus bersinggungan dengan lawan jenis yang tentu bikin risih karena sendang ini tidak memiliki sekat pembatas antara pria dan wanita.


Tiba di lokasi, mereka pun siap-siap mandi, karena sudah merupakan rutinitas jika pergi ke ladang atau ke sawah, yang tidak hanya berbekal urusan perut tapi juga perlengkapan mandi seperti sabun, dan lainnya.


Keempat-empatnya mantab bertelanjang ria, karena sudah check situasi, sepi.

Sementara sendang ini dikelilingi oleh tebing yang curam dan air terjun sehingga mustahil ada yang mengintip dari atas, kecuali dari arah pintu masuk.


Meskipun cuawawakan, saru dan rusak cangkemnya tapi tetep ndak bisa legowo kalau diintip atau dilecehkan secara paksa, lonte saja demikian kan? apalagi kok yang memang tidak diperjualbelikan.


Di tengah acara bebersih diri, busa sabun dan shampoo menghiasi, membalur manja tubuh-tubuh sekal para janda, yang masih sangat-sangat mulus, terawat.

Kemilau kecantikan terpancar dari tubuh molek ke empat wanita yang sudah tidak lagi remaja itu.


"Eh jeng jeng, tuh lihat, susunya Sofiatun, gilaaaak gedenyaaaa jeng" seloroh Pujinah ketika pupil matanya terarah untuk memperhatikan payudara Sofiatun, yang memang paling besar di antara yang lainnya.

Padahal badannya juga nggak gemuk, hanya gemoy agak bablas dikit, dia juga paling tinggi.


"Eh cangkemnya Pujinah iii lho, punyamu juga tobrut lho ya" balas Sofiatun, namun sejurus kemudian, ada dua tangan yang mendarat ke payudara Sofiatun.


Dua tangan dari arah belakang yang ternyata itu tangan Karsini. "Wuuih iyaaa ik, guwedeene tho mbakyu, sampai tanganku ndak muat lho ini untuk mencaplok nenen super jumbo ini, ukurannya berapa mbakyu?"


"Heh heh heh, tanganmu ii lho cluthak, singkirkan ndak?" hardik manja Sofiatun terhadap Karsini yang main remes remes tanpa aba-aba itu.


"Hehehe guwedeene poool mbakyu, punya ku sudah cukup besar saja masih kalah, itu kalaupun kontol sebesar punya Sukasmin, dijepit pakai susumu juga bakal tenggelam gelagapan ndak bisa nafas itu hahahaha". seloroh Karsini didasari takjub oleh ukuran payudara salah satu CS kentelnya itu.


Ketika yang lain sedang fokus mengamati dan meneliti jumbonya payudara Sofiatun. Tidak dengan Sumini, iya dia malah sedang asyik sendiri, duduk ngangkang, bersandar pada dinding tepian sendang, dan justru apa yang dia perbuat membuat fokus beralih yang tadinya ke susu sekarang ke kelakuan Sumini.


"MBAK SUMINIIIIIIIIII" teriak ketiga wanita temannya, yang kaget mendapati Sumini yang malah mojok sambil.…


"Hush berisiikkk diam aja kali ah, kayak kalian ndak pernah aja" tegur Sumini yang malah dengan pedenya makin asyik, iya asyik ngobel memeknya pakai jari.


"Sssshhhh aaaahhhhh enak Yu, sini kalian join colmek bareng yuuukkk". Malah dengan geblegnya mengajak yang lain untuk ikut serta dalam aktivitas maha ngguateli wal nggapleki itu.


"Edaaaan sampean iku mbak Sumini, bisa-bisanya kepikiran colmek, oooo jadi bener kan kata Pujinah tadi, kalau sampean jadi sange gara-gara ulah sendiri, ngoles-olesin lubang pantat ke muka durjana itu tadi?" ucap heran Sofiatun.


"Iyaaa ik guoblooogmu mbak mbak malah colmek" byuuuurrr, tandas Pujinah sembari menyiramkan air dari gayung ke arah Sumini yang malah kian tegas "AHHHHHHHHHH ENAAAAKKK YUU" mendesah.


Sumini malah tetep asyik merem melek sembari menggesek gesekkan jarinya ke area labia mayora. "Mbak Sof, sini dong bantuin, aku dah nggak tahan nih".


"JIANGKREEEEK" seru geram Sofiatun yang malah diminta untuk bantuin.

"HAHAHAHAHAHAHA memang koclok sih besti kita satu ini" sementara Karsini dan Pujinah tertawa.


Sumini merupakan wanita paling muda di antara yang lainnya, dia juga paling cantik, tapi paling cuwawakan dan suka asal njeplak, di lain hal dia cekatan urusan bantu membantu, terhadap siapa saja yang membutuhkan, plus minus sikap yang berimbang seperti inilah yang membuat orang lain tetap respek terhadapnya.


CLOKKKK CLOOOOK, kini ritme masturbasi yang dilakukan Sumini semakin intens dan cepat, bahkan dua jari, tiga jari ia masukkan ke vaginannya, tetep dengan bersandar pada dinding dan tatapan sayu ia tunjukan sembari melihat teman-temannya yang sedang melihatnya melakukan masturbasi ria, ekshibisionis ceritanya.


Lalu Pujinah yang tanpa dikomando dan diminta malah mendekat ke arah Sumini dan ia kangkang kan lebih lebar kaki Sumini, lalu dengan inisiatif ia singkirkan jari Sumini dan gantian jarinya yang eksekusi dalam upaya membantu rekannya yang dilanda birahi berat itu, saking beratnya tentu saja, hingga tidak bisa menahan diri untuk tidak segera masturbasi di tengah acara mandi bersama di tempat umum yang cukup terbuka seperti ini. Perkara ini menambah daftar kelakuan minus Sumini, selain mulutnya yang ngawur, urat malunya juga kabur.


"Uluh uluh, kasian ini memek cantik, kamu sange berat ya? gara-gara lihat kontol biayak ngacengan tadi kan? gatel pingin digaruk pakai kontol besarnya kan?" sembari mengobok-obok meki rekannya, Pujinah dengan ndagel berinteraksi dengan vagina Sumini yang dilanda badai birahi.


"Duh Gusti, konco-konco kuoclooook kabeh Gusti" keluh Karsini yang melihat adegan di luar nalar ini. "HAHAHAHAHAHA" yang disambut gelak tawa bersama.


"Uuuh enak mbakyu Puji, aaahhhh AHHHHHH lebih cepet lagi mbak". Sumini semakin mendesah dan kelojotan mendapati akselerasi jari jemari Pujinah di memeknya.


Mentari sudah berada di titik tertinggi, namun sendang Waru yang dikepung tebing tinggi serta di kelilingi pepohonan yang besar menjulang, sehingga yang nampak hanya rintik-rintik kecil cahaya matahari yang menembus sela-sela dedaunan, suasana siang seterik itu tak terasa panas sama sekali yang ada sejuk.

Namun sumber panas justru datang dari gejolak birahi, yang dimulai dari Sumini.


Janda gendheng, yang dengan tanpa malu mengobel kemaluannya diperlihatkan kepada teman-temannya.


Dua orang yang asyik sendiri, mulai memicu hasrat yang lainnya, Sofiatun dengan inisiatif tiba-tiba ia dorong badan Pujinah yang sedang mengocok ria vagina Sumini.

"Nungging mbakyu" perintah Sofiatun kepada Pujinah.


"Ehhh mau diapain mbakyu? colmekin juga?" tanya Pujinah yang sok-sokan memasang mimik kaget, padahal dalam hatinya pun girang dan berharap akan diperlakukan enak juga. "Rasah kakean cocooot cepet nungging" hardik Sofiatun dan semakin mendorong paksa tubuh Pujinah untuk nungging, yang tentu saja pasrah toh dia juga mau dibantu masturbasi.


Tapi apa yang Pujinah pikirkan, hasil yang ia terima jauh berbeda ketika "SLURUUPPPPP"


"EHHHHHH" kaget Pujinah dan Karsini yang sedang di sampingnya, mlongo memperhatikan ulah ketiga temannya yang saling gotong royong dalam hal kedancukan wal kebajinganan.


Dikokopnya memek Pujinah oleh Sofiatun "Mbakkkk aahhhggghh kok mau ngokop tempikku?" kagetnya sembari mendesah.


"Penasaran, memekmu eksotis, bersih gini jadi nafsu aku padahal kulitmu kuning agak coklat muda, tapi memekmu merah membara." ujar Sofiatun disela acara ngokop tempik bestinya.

SLURUUPPP SRUPPPPP SRUUUPPP, dengan antusias bibir Sofiatun mengoral vagina Pujinah, lidahnya menari nari menjilati mili demi mili dari lubang pipis Pujinah.


"AHHHH MBAKYU ENAAAAKKKE POOOOL, udah lama aku ndak ngerasain di jilmek seperti ini" erang Pujinah hingga fokus jemarinya agak goyah dan kurang konsentrasi saat mengobel memek Sumini yang juga benar-benar sudah dibuai birahi.


Lalu, SLURUUPPPPP SRUP Cuuuhhh.

Tak hanya vagina, tapi lubang anus Pujinah juga tak luput dari sapuan lidah wanita secantik Sofiatun yang ternyata nggak jijik untuk ngokop lubang tempik dan silit wanita lain.


"Mbak Sof, apa ndak jijik silitku kok kokop juga?"

"Silitmu yu, bersih dan eksotis juga, masih perawan kan silitmu? hahaha" lalu sruuppp sruupp lanjut ia sapu bersih lubang pantat Pujinah. "Jangan kentut lho mbak ayu" sruupp sruupppphhhh aaahhh cuuuh.


Sofiatun dari menjilat lalu meludahi lalu dijilat lagi, tentu saja Pujinah kelojotan dibuatnya.

"Memek dan bo'ol sebagus ini tuh jangan nekad lagi untuk dipakai nggodain pak RT yang uangnya pas-pasan, kalau mau diobral sama sugar daddy yang tajir, birahi terpuaskan finansial juga tercukupi" di antara acara diancuuuk ini, sempat-sempatnya Sofiatun memberi nasehat yang sama sekali kurang sehat itu, kepada Pujinah yang tengah mengerang keenakan.


Semakin kuat mulut Sofiatun menghisap lubang pantat Pujinah ia hisap kuat-kuat selayaknya vacum cleaner, tanpa rasa jijik sedikitpun. SLOROOOPPPHHH UAAAAHH.

Fokus Sofiatun lebih ke lubang pantat Pujinah, benar-benar seperti bernafsu sekali dia dengan lubang pembuangan tai itu.


"Ahhh mbak Sof, seumur-umur baru kali ini lho diginiin" tutur Pujinah yang juga sedang berusaha membagi konsentrasi antara ngogel memek Sumini juga menikmati siksaan di lubang memek dan anusnya sendiri.


Karsini hanya bisa melongo ndak bisa berkata-kata mendapati kelakuan ketiga sobatnya yang sedang unjuk birahi.

Lalu "Mbak Karsini, sini bantu toh, sampean jilatin memeknya dari bawah, aku yang bo'olnya deh, biar lonte sange ini cepat orgasme, ndak usah jijik nanti gantian aku jilatin punyamu" oleh Sofiatun diajaklah Karsini yang sedang bengong dan tak bisa berkata-kata itu.


Karena tidak ada tanggapan, lalu diseret lah tangan Karsini, "Sini cepetan" dengan agak memaksa Sofiatun menarik Karsini agar rebahan di bawah posisi vagina Pujinah.


"AHHHHH MBAKYUUUUUHHH AKU KELUAR" di lain hal, Sumini sedang menikmati fase puncak orgasme. SERRERR SEERRRRRR, dan ternyata Sumini meraih titik dambaan para wanita, squirting.


Memeknya nyembur, nyemprot muka Pujinah yang sedang posisi nungging menghadap persis di vagina Sumini.

"Duh mbakyu aku malah mok adusi uyoh iki lho" sedikit kesal Pujinah kena muncratan cairan orgasme Sumini.


"Maaf mbakyu, ndak bisa ngontrol dan gak tau kalau bakal nyembur gini, HAH HAH HAH" sahut Sumini dengan terengah-engah.

"Sampean sih sange berat" gerutu Pujinah.


Sementara sebagai gantinya Pujinah justru di service di dua area vitalnya oleh dua orang wanita, Karsini yang tadinya bengong saja karena bingung melihat polah tingkah sahabat-sahabatnya yang belum pernah sekalipun kejadian selama mereka bersama.

Pun akhirnya joint in the game setelah diajak dengan agak memaksa oleh Sofiatun.


Ternyata Karsini pun tak jijik, dengan berbaring di lantai sendang yang merupakan plesteran semi halus, dia jilati vagina Pujinah dengan antusias, SLOROOOPPPHHH, srupppuuutthhh.


"AHHHHH MBAKYU SOFI, MBAK KAR.…." Pujinah menahan tubuhnya agar tidak limbung dalam posisi nunggingnya.


Sementara Sofiatun masih dengan semangat perjuangan, menjembreng lebar liang anal Pujinah, ia kokop sekuat mungkin silit sahabatnya itu, tidak ragu dan tidak jijik, dan tidak khawatir jika hasil dari kokopannya yang kuat itu bisa bikin tai yang di dalam ikut kesedot. Eh ndak mungkin kan ya? kecuali yang punya bo'ol memang kebelet ngising.


SROPPPPHHH SLURUUPPPPP, CIUUUUH UHFFFF, SLOK SLOK SLOK, dengan intens Sofiatun menstimulasi bagian liang pembuangan limbah Pujinah.


Sementara itu, Sumini setelah sejenak istirahat, mengambil nafas dalam-dalam untuk menetralisir getaran hebat paska orgasme, lalu ia pun merangkak menuju belakang Sofiatun yang sedang nungging dan menikmati rimjob (jilat lubang anus).

Sedang Karsini berbaring di bawahnya sedang fokus menjilati vagina Pujinah, sungguh diistimewakan sekali ini Pujinah mendapatkan stimulasi dari dua sisi yang paling sensitif.


Posisi Sofiatun dan Karsini bertumpuk, hal itu mempermudah akses Sumini untuk bermain dengan kedua titik vital dua soulmatenya itu.

"Mbakyu Sofiatun kok jiaaan ngragas meni toh, sama lobang pantat, emang enak ya?" usia mempertanyakan hal itu. SRUPHHHUUUT, Sumini langsung eksekusi terhadap bool Sofiatun, "Jajal aah mbak, silitmu enak enggak, ada sensasi tai-tainya ndak" seloroh Sumini yang kemudian lanjut ia tempelkan dalam-dalam hidungnya ke lubang pantat Sofiatun yang lubangnya ternyata melebar, jika dibandingkan milik Karsini atau Pujinah.


"Uhhhhhh, mambu sitik mbak, tapi sedepppp banget sensasi mencium bau silit wanita cantik". jelas Sumini setelah menghirup dalam-dalam aroma anus Sofiatun.

Tak ada respon jawaban dari Sofiatun yang juga sedang fokus pada satu titik, titik itu, satu titik, titik lobang anus Pujinah.


Sedang Pujinah hanya bisa mendesah-desah ndak karuan, teriakan desahannya lebih kuat jika dibandingkan Sumini yang bahkan saat orgasme yang diraih, jelas saja Pujinah dieksekusi dua orang, tentu kenikmatannya berkali-kali lebih dahsyat.


"AAHHHHHHHHH AHHHHHHH" Pujinah kelojotan dibuatnya, namun kedua tangannya berusaha konsentrasi untuk menopang tubuh nunggingnya agar tidak limbung, dia tidak ingin kehilangan momentum paling nikmat yang belum ia rasakan sebelumnya.


Sumini, selain menjilat dan menghirup dalam-dalam lubang pantat Sofiatun, di lain hal jemari tangan kanannya tidak ingin diam tanpa ikut andil dalam acara rangsang merangsang, ia jamah dan kobok kobok vagina Karsini yang berbaring dengan posisi kaki ngangkang lebar, ia kobel kobel. "Yu tempikmu kok masih sempit gini yu? dua jari aja kesulitan, hahahaha dulu pun jarang dipakai ya?" malah sempat-sempatnya meledek.


"Bacooothhhh ahhhh" tukas Karsini namun juga mendesah akibat ulah jari-jari Sumini.

"Malahan lebih lebar silitnya mbak Sofi, sering dianal kan dulu? lebar gini, tiga jari gemoy-ku masuk lho ini" ucap Sumini sembari memperagakan dengan tiga jari tangan kirinya dimasukkan ke lobang anal Sofiatun.


Diobok-obok lah bo'ol Sofiatun, lalu setelah itu dia keluarkan jari-jarinya dan kemudian, srupppuuutthhh. Ia jilati jemari yang baru dipakai untuk ngobok-obok anus Sofiatun. "Uffffhhhh enaknya Yu, bo'olmu, rasanya sedappppphh" dan kembali dilanjut dengan membenamkan dalam-dalam hidungnya ke anus Sofiatun yang sudah menganga itu.


Sedang Karsini klogat-kloget kelonjotan hanya oleh kocokan jari ke vaginanya.

Berbeda dari Sofiatun yang tampak tenang menikmati penetrasi mulut dan lidah Sumini di anusnya.


"ARGHHHHHHH MBAKYUUUUH mau keluar, aghhhhhhh" terpekik suara erangan dari Pujinah, yang akan mencapai puncak orgasmenya.


Sruuuut surrrrtrtttt, SEERRRRRR, masih dengan semangat baik Sofiatun maupun Karsini memberikan pelayanan terbaiknya.

Hingga muncrat muncrat lah vagina Pujinah, jauh lebih dahsyat dari yang dialami Sumini, orgasme tapi seperti kencing yang lama ditahan, banjir bandang yang akibatnya Karsinilah yang paling terkena imbasnya, sekujur mukanya dimandikan oleh cairan vagina Pujinah.


Lalu ambruk lah Pujinah, tubuhnya mengguling ke samping demi tidak menimpa Karsini yang tengah berbaring bermandikan cairan orgasme yang bercampur air seni itu. "Maaf mbak Karsini, maaf, ndak kuat aku nahan, enaaaaakkkk banget, hah haah haaaahhhh" jelas Pujinah dengan terengah-engah tak berdaya, ia pun berbaring dengan nafas tersengal-sengal.

"Hahhh gilaaaak seumur-umur squirt, ini paling mantaaaab gilaaaakkk permainan mulut mbak Sofiatun dan mbak Karsini, kalian luar biasa".


Usia sejenak istirahat, Pujinah bangkit dan menuju ke arah vagina Karsini yang masih berbaring menikmati ketrampilan jari Sumini, ia singkirkan jari Sumini, dan kemudian srupppuuutthhh, Pujinah menghisap kuat-kuat labia mayora Karsini, hisap jilat hisap jilat, hingga timbul mencuat klitoris Karsini, dan dari itulah ia pilin-pilin dengan bibir dan lidahnya, Pujinah bermain-main dengan itil Karsini yang nyembul keluar saking terangsangnya.


Tak butuh waktu lama, "AHHHHHHHHH MBAKKK AKU JEB.… JEBBHHOLLLL" menggelinjang nggak karu-karuan, pinggulnya terangkat tinggi-tinggi mendapati klimaksnya, Karsini ternyata lebih mudah mencapai orgasme dibandingkan Sumini dan Pujinah yang bahkan diobrak-abrik dua orang sekaligus di dua titik sensitifnya.


"Weleeeh kok cepet banget mbakyu? enak banget mantan suamimu itu dong nggak perlu main lama tapi kok malah kandas juga, HUAHAHAHA" ledek Pujinah setelah sukses melumpuhkan pertahanan Karsini, dengan kelihaiannya dalam mencari titik sensitif lalu mempermainkannya dengan efektif.

Hingga tak butuh waktu lama untuk melumpuhkan si empunya.


"HEHEHE YOOOK KITA SERANG MBAK SOFIATUN BARENG-BARENG" kekeh sadis Pujinah.

"Iya nih, kayaknya dia yang bakalan paling lama, dari ekspresinya saja seperti sudah terbiasa mendapatkan serangan berat baru bisa dilumpuhkan". lanjut Sumini yang menerka-nerka gelagat Sofiatun yang seperti merasa kurang greget servis yang Sumini berikan.


Padahal sudah disedot sekuat itu lubang anusnya, pun jemarinya ikut andil mengobok-obok memeknya.


"Mbak Sof telentang saja sini, aku akan eksekusi nenenmu, mbak Sumini jilati tuh anusnya, dan mbak Pujinah yang sepertinya mahir urusan bikin klenger memek, siksa tuh tempik dan itilnya." usul Karsini setelah orgasmenya mereda.


"Naikkan kakimu agar ku tahan dari tengah selakang mbak" pinta Sumini, lalu sembari dibaringkan, kakinya diangkat dan ditekuk sejajar ke arah payudaranya, dan dijembreng kakinya sehingga lubang anus dan memeknya tampak merekah, menunggu untuk distimulasi.


Lalu ketiga orang janda yang sudah lebih dulu K.O. itupun gantian menyerang bersamaan terhadap Sofiatun.


Lubang silitnya, vagina dan itilnya, sementara bagian atas, payudara hingga seluruh leher, muka tak luput dari sapuan lidah Karsini, ketika sampai di bibir Sofiatun, dicipok kuat-kuat oleh Karsini, lalu dipiting paksa mulutnya agar mangap dan "CUUUHH CUUUH" diludahi lah mulut Sofiatun.


"Telen mbakyu" pinta Karsini.

Karsini yang semula paling jaim dan malu malu komodo, ternyata binal juga, sisi liarnya tak lagi malu ia tunjukkan setelah mendapatkan servis nikmat.


"Gleeeekk" setelah ditelan disusul lagi cairan liur Karsini, berulangkali dan Sofiatun justru pasrah dan nurut-nurut saja, mungkin baginya seperti diberi asupan air mineral agar tidak haus.

Konsentrasi tubuh Sofiatun tertuju ke vagina dan lubang bokongnya yang tengah diserang habis-habisan oleh Pujinah dan Sumini.


"Mbakyu mbok kentut gitu loh, penasaran aku bau kentutnya wong ayu dan super montok seperti ini." ditengah-tengah permainan panas, sempat-sempatnya Sumini mengeluarkan kalimat super jorok, meminta dikentuti ketika dia sedang menjilati lubang untuk keluarnya tai.


"Ndak iso mbakyu, lagi ndak pingin kentut atau pup, seandainya kepising apa mbakyu mau makan taiku? ahahahaahah" Sofiatun menimpali dengan pernyataan yang tak kalah menjijikkan.


"BUAHAHAHAHA" disusul tawa Pujinah dan Karsini.

"Asu owk, lagi serius-seriusnya merangsang orang, malah bahas tai, jaaaan kemproh kalian" ujar Pujinah yang berhenti sejenak dari aktivitas mengobel-obel meki Sofiatun.


"Ya ndak sampai ngising juga mbakyu" tandas Sumini yang dilanjutkan kembali mengenyot, menyedot dan mengendus lubang anus Sofiatun yang sudah tampak semakin melebar itu, hingga bagian rongga dalamnya pun terlihat, tapi tak ada tanda-tanda ada kotoran disana, Sumini yang sedari awal tidak ada rasa jijik-jijiknya itu kian semangat, melumuri lubang pantat Sofiatun dengan liurnya, lalu dihisap lagi, dilumuri lagi.


Sedang Pujinah yang berusaha mencari klitoris Sofiatun yang nyempil tidak nongol seperti milik Karsini, pun tak menyulitkannya, lidahnya yang mahir dengan mudah menerobos dan menggelitik itil Sofiatun, dan klogat-kloget, ndak karuan dibuatnya.


"UHHHH ENAK TERUSSSS YUUUU, TERUSSS JILAT SAMPAI HABIS AGHHHHH".


Meskipun menjadi kloter yang terakhir, justru Sofiatun yang mendapatkan pelayanan spesial, semua titik sensitifnya mendapatkan rangsangan dari orang yang berbeda, masing-masing melakukan tugasnya sendiri.


Dari perpaduan serangan itulah, Sofiatun yang awalnya tampak akan kesulitan orgasme seperti serasa akan mencapai diujung tanduk.


"Ahggggg yuuu aghhhh enak, mbak Sum, makan silitku mbak Sum" pintanya kepada Sumini yang dituruti, dengan mulut mangap selebar-lebarnya, Sumini berupaya mencaplok seluruh area anus Sofiatun.


"UFHHHHHH ndak muat mbakyu, pantatmu gede hahahakkk" seloroh Sumini di tengah-tengah dia sedang mangap serasa ingin menelan lubang pantat besar Sofiatun.


Sementara Karsini sedang asyik mengenyoti kedua pentil Sofiatun bergantian kiri kanan disapu habis, udelnya pun juga dijilati lalu naik ke muka ia ludahi muka Sofiatun yang hanya pasrah diperlukan seperti itu, andai konteksnya bukan urusan birahi tentu ditapuki itu cangkem Karsini.


Tapi ini kan beda sesi, Sofiatun pasrah diludahi lalu dijilat-jilat seluruh mukanya, hingga ke telinga, leher dan tengkuknya berbalur jilatan dan ludah Karsini.


Tiga serangan beruntun itu membuahkan hasil "ARGHHHH AKUHHH AKKKUHH SAMPAI YUUUHHH"


"AAAAAAAAHAHHHHH" melengking teriakannya, teriakan kebahagiaan, ketika fase puncaknya telah tiba.


SERRRRRRR SERRRRRR diapun juga squirting, muncratannya melambung tinggi mengingat posisinya telentang dengan posisi kaki diangkat, menyuguhkan posisi memek dan anus yang menantang langit.


Pujinah dengan antusias mengokop cairan orgasme Sofiatun.

"GLOOOOK GLOOOOKKK GLEEK, tak ombe uyohmu yu" terang Pujinah sembari menelan cairan vagina yang bak air mancur itu.


Sumini juga tak mau kalah, ia menyapu sisa-sisa cairan orgasme yang jatuh perut dan kaki Sofiatun itu sendiri.


"HAHAHHH HAH HHAH AGHHH GILAAAAAK INI MAH UEWENAAAAKK POOOL" teriak Sofiatun di ujung ejakulasinya.


Lalu dibiarkan lah Sofiatun menikmati sisa-sisa klimaksnya, sembari tidur telentang, nafasnya tampak berat saking luar biasa nikmatnya.


Namun Pujinah masih belum puas untuk mengerjai Sofiatun, di tengah masih menikmati orgasme. "Aku penasaran lihat lobang pantatmu lagi, tadi belum sempat mengerjainya hehe" sembari ia angkat pinggul Sofiatun agak meninggi. "Euiiihh betul kata mbak Sumini, kok agak lower gini? sering di anal ya mbak?"


"Brisik aaahhh" jawab Sofiatun dengan nada aras-arasen karena masih lemas. CUPPPPHHH dengan di angkat lagi kaki Sofiatun agar posisi anus dan memeknya terangkat ke atas, Pujinah menciumi anus Sofiatun.


"Lah mbak, ngapain?" pekik Sofiatun yang bingung dengan ulah Pujinah.

"Yaa balas budi mbak, hahahaha ndak ding penasaran rasanya ngenyotin bo'ol yang udah menganga gini, hahaha" jawab Pujinah.


"Nanti kalau moncrot sekalian ampasnya baru tau rasa sampean" tandas Sumini.

"HAHAHAHAHAHAHAHA" yang bersambut tawa bersamaan.


"Dah yoook, gak selesai-selesai nanti" ajak Sofiatun sembari bangkit dan tangannya meraih gayung.


Tuntas dan impas sudah.


Empat wanita itu telah mencapai titik dambaan, yang sebagian besar wanita bahkan yang sudah menikah, jarang bisa merasakannya, orgasme.

Sederhana sekali hal itu, tapi faktanya banyak istri-istri yang tidak menikmati hal itu dengan seutuhnya, kebanyakan mendapati pasangan yang egois, yang mementingkan diri sendiri, jika udah ngecrot dan lemes tidak lantas memikirkan solusi agar istrinya dapat enak juga, tapi malah bablas tidur.


Di luar itu, diperparah lagi ketika ekonomi tak terpenuhi, kebutuhan ranjang pun tak terpuaskan, kombinasi maut cikal bakal rusaknya rumah tangga.


Itulah alasan di balik tingginya angka perceraian, serta di lain hal juga memicu semakin malasnya kaum hawa menjalin hubungan dengan pria, bahkan jangankan terpikir untuk menikah. Terutama yang sudah janda, jadi enggan untuk menikah lagi.


Pun untuk apa menikah jika kepuasan justru bisa diraih sendiri, kepuasan batin dan lahir, apalagi jaman sekarang yang mana wanita pun bisa mencukupi kebutuhan ekonominya sendiri dengan baik tanpa menggantungkan diri pada sesosok pria.


Baca ini wahai bedes-bedes egois, melalui tulisan ini, ada upaya memperjuangkan hak-hak wanita juga. Belajarlah untuk tidak egois dan pikirkan juga kebutuhan hasrat wanitamu agar ia merasa dihargai dan diistimewakan.


Usia dari aktivitas seksual, berganti-gantian saling memuaskan, kembali mereka terpaksa harus mandi ulang. Membalur tubuh dengan busa-busa sabun, pun masih sempat-sempatnya saling grepe-grepe, remas sana remas sini, bahkan cipokan bertukar ludah. Pujinah yang paling antusias sembari Sofiatun menyiram tubuhnya, ia diminta sambil nungging karena Pujinah masih ingin ngenyoti lubang pantat Sofiatun.


"Mbak udah mbak ahhhhh, nanti malam ke rumahku kalau mau ngokopi silitku, kokop sak puas-puasmu dehhh" pekik Sofiatun antara keenakan dan kelelahan.


"Iyo ik Pujinah ki jaaan nggragas, perkoro ngelamuti silit kok jaaan antusias banget gitu lho." cibir Sumini heran melihat polah kawannya yang masih belum bisa move on dari lubang pembuangan tinja milik Sofiatun.


"Halah situ bilang gitu karena udah puas ngokop silitnya mbak Sofi tadi ahhh." tukas Pujinah merajuk.

"Wis wis perkoro silit kan ya punya sendiri-sendiri toh ahhh, kokya ribut rebutan silit, udah kayak rebutan warisan saja kalian itu." sela Karsini di tengah perdebatan soal persilitan duniawi.


"HAHAHAHAHAHAHA" dan kemudian serempak mereka pun tertawa, menertawakan hal-hal yang memang sangat tidak mutu.


Sadar untuk tidak berlarut-larut, bisa tidak selesai jika menuruti nafsu. Mereka pun menyelesaikan acara bersih-bersih badan yang sempat tertunda, kemudian berjalan pulang menuju rumah masing-masing.


BERKECINAMBUNG

Komentar