Langsung ke konten utama

Kurowo Nelongso Bab 9: Kurowo Kesekso

Chapter 9: Kurowo Kesekso


_________________________________________________


PLAAAAK, BUUGGGGH, PLAAAAK PLAAK


Tabuh perkusi yang menghasilkan suara, bukan perkusi dari piranti musikalisasi akan tetapi dari tubuh manusia yang tidak berguna, Sukasmin. Menjadi ajang pelampiasan emosi yang berapi-api, tamparan tendangan bahkan diludahi dan dimaki-maki oleh para janda, khususnya Sumini dan Sofiatun yang paling antusias dalam rangka menganiaya Sukasmin, si manusia tak berlabel daya guna.


"Pancen bajingan asu edan".

"Nyoooh nyoooh" masih dengan jemari yang seusai mendulit-dulit silit lalu dioleskan ke mulut Sukasmin.


Colek lagi oleskan lagi

Colek lagi oleskan lagi


Begitu niatnya merogoh silit, Sumini janda yang sejatinya juga cantik eksentrik tapi kemproh bin jorok naudzubile.


Saat akan berontak, tangan dan kakinya ditahan, Sofiatun bahkan masih menduduki perut lelaki malang yang super guoblok itu.


Pun Karsini dan Pujinah yang juga ikut andil, memegang erat kedua kaki Sukasmin, namun sembari tetap fokus berdiskusi soal ukuran kontol yang mereka sandingkan dengan milik pak RT yang dilihat oleh Pujinah sebelumnya.


Tindak aniaya tak sampai disitu, Sumini berdiri, iya turunkan celana dalam di balik dasternya yang membuat tiga rekannya terkejut.


"MAU APA MBAKYU?" seru ketiganya spontan bebarengan karena kaget dengan aksi tiba-tiba Sumini.


"Dah diam dan lihat saja" tukas Sumini dan kemudian, waduuuuuooooh.

Betapa ini lebih tak manusiawi lagi, wanita itu mengarahkan lubang anusnya tepat di hidung Sukasmin, yang menyadari gelagat kian memprihatinkan itu, ia berusaha berontak namun tak sanggup, meskipun wanita, namun para janda yang menahannya adalah orang-orang yang terbiasa dengan aktivitas berat, khas wanita desa.


Jadi tidak mengherankan kalau cengkraman mereka sangat kuat, sehingga membuat Sukasmin tak berkutik, di tengah itu Sumini mengoles-oleskan lubang anusnya ke mulut dan hidung lelaki apes itu. "Nyoooh pangano, nyoooh untalen silitku, jilat dan rasakan sensasi dan aroma terapinya, HUAHAHAHAHA MANTAB KAN?" seloroh Sumini dengan intimidasi menghina, merasa puas bisa membully lelaki durjana.


Tak cukup disitu, ekspresi Sumini tampak mengejan, lalu. "BRUOOOOOTTTT"


"WUAHAHAHAHAHAHAHA" suara kentut yang sangat keras yang disambut tawa dari ketiga temannya, kentut itu tepat menghantam telak di hidung Sukasmin, yang mau tak mau bau busuk luar biadap, harus ia hirup, transfer nafas buatan tapi ini nafas jiancooooook.


Karena kentut yang bernada falsetto itu memicu tawa membuat cengkraman mereka lengah, hal itu dimanfaatkan oleh Sukasmin untuk berkilah, sekuat tenaga ia berusaha melepaskan diri, menghempaskan tubuh Sofiatun yang duduk di atas perut Sukasmin sembari menggenggam pergelangan tangannya.


Menjejakkan kaki yang dipegangi Pujinah dan Karsini.

Lalu mengguling kesamping, sukses dari itu dia lekas berdiri dan menaikkan celana kolor lusuhnya yang menjadi penghalang satu-satunya bagi alat vitalnya yang tidak vital sama sekali itu.


Sederhananya dia tidak memakai sempak, gimana mau pakai sempak, untuk pakai otak yang gratis aja dia nggak mampu, perihal itu tertuang jelas dari perbuatan-perbuatannya yang di luar logika. Ra masooook.


Namun siaga lain menundukkan niatnya yang ingin melakukan gertakan yang disadari oleh Sumini, sehingga wanita itu pun mengambil sabit yang memang sebelumnya dipakai untuk mencari pakan kambing, lalu ditodongkannya ke arah Sukasmin.


Keempatnya memang sedang bersama-sama ke kebun dalam berbagai keperluan. "Hayooo mau apa sampean? mau ngamuk HAAAA? tak babat ndasmu kalau macam-macam".


Melihat raut Sumini yang tampak penuh amarah, matanya melotot tajam seperti ingin mengoyak tubuh Sukasmin menggunakan sabit yang ia genggam.

Sumini memang yang paling gregetan, karena wajar saja dia yang terhantam tubuh durjana saat nggelinding dari bukit di atasnya.


Nyali Sukasmin ciut dibuatnya, lalu seperti sedang merapal sebuah jurus dan ……


Ngibrit, lari tunggang langgang, Sumini sempat seolah mengejarnya sembari mengayun-ayunkan sabitnya, makin kenceng itu rotasi otot-otot kakinya sehingga membuatnya semakin ngacir, dalam kondisinya yang serba awut-awutan Sukasmin akhirnya sukses kabur dari zona penyiksaan.


Sumini yang memang hanya pura-pura mengejar pun berbalik badan menuju ke arah ketiga rekannya. Lalu: HAHAHAAHAHAHAHAH entah bagaimana bisa, ketiganya kompak tertawa lepas, ya bisa jadi karena baru saja menganiaya dan membully manusia durjana.


"Tapi gegerku lorrrooooo" seru Sumini kemudian, sambil iya urut punggungnya yang tertumbuk oleh tubuh Sukasmin.


"Tapi kan sudah lega, sudah kamu plekoto sedemikian rupa bahkan diluar batas, sampai kamu cokolin silit segala HAHAHAHA" timpal Karsini, diakhiri dengan tawa yang juga disambut gelak tawa yang lainnya.


Sementara di lain tempat -----


Miyadi, berjalan sambil cekikikan menyaksikan apa yang tersaji dilayar hapenya, mulai dari saat merekam adegan rekan sejembutnya coli sembari mengintip para janda yang sedang ngerumpi. Lalu iya lanjutkan merekam scene setelah temannya nggelundung akibat ulah isengnya, masih sempat iya mendapatkan momen hingga Sumini mengoles-oleskan silitnya ke mulut Sukasmin.


Tumbuhan ilalang yang tinggi, cukup menyamarkan dirinya untuk bersembunyi, sementara iya bisa dengan leluasa mengabadikan momen yang sama sekali tidak layak konsumsi itu.


Dari tayangan ulang hasil rekamannya itu, Miyadi tak bisa berhenti tertawa, sudah semacam orang gila saja, ya memang kalau dinalar sih perilakunya mendekati orang gila, sama sekali diluar perikemanusiaan dan perikehewanan.


Dikala sibuk menatap layar smartphone-nya, Miyadi tak menyadari jika di belakangnya ada beberapa orang yang mengendap-endap menguntitnya, sejurus kemudian, salah satu dari mereka.


SWIIIINGGG CEPRAAAAAK.


Dari arah belakang, tengkuk Miyadi dihantam sangat kencang menggunakan bambu, namun hal itu tak lantas membuatnya pingsan seketika, iya hanya terhuyung sembelum kemudian dari arah samping, BUAAAGGHHHH.


Sebujur kaki melesat melayangkan tendangan ke arah perutnya, "ARGHHHHHH" iya mengerang kesakitan karena serangan dadakan itu. Disaat dirinya sedang menikmati rasa sakit akibat tendangan diperutnya, dari arah depan, salah seorang melompat ke arahnya dan menghempaskan sebilah bambu.


BLUUUUGGGGGHHHHHHH



Bersambung

Komentar