Langsung ke konten utama

Kurowo Nelongso Bab 10: Puyeng Gayeng

Chapter 10: Puyeng Gayeng


______________________________________________


Sebujur kaki melesat melayangkan tendangan ke arah perut Miyadi "ARGHHHHHH" iya mengerang kesakitan karena serangan dadakan itu. Disaat dirinya sedang menikmati rasa sakit akibat tendangan di perutnya, dari arah depan, salah seorang melompat ke arahnya dan menghempaskan sebilah bambu.


BLUUUUGGGGGHHHHHHH


Namun rupanya, justru menjadi serangan balik bagi si penyerang, Miyadi berhasil mendaratkan kakinya tepat pada kemaluan pria di depannya yang berusaha menghantamkan bambu itu.


ARGHHHHHH, ADUUUUH. Kesakitan? tentu saja bloook, orang ditendang kontolnya.


Sejurus kemudian Miyadi setelah sukses melemahkan sejenak orang di depannya, ia tak menyia-nyiakan waktu, ia pun berkilah dan berusaha menghantam pria lainnya yang ada kedua sisinya. Duaagh, satu tendangan menghantam perut, lalu SEKLAAAAK, tak hanya disitu, putaran tubuh Miyadi dengan cepat melesat ke arah lainnya, dan menghadiahkan Upper Cut pada yang lainnya, artinya dalam sekali serangan berhasil menghantam tiga orang sekaligus.


Tiga orang tak dikenal yang tiba-tiba menyerang Miyadi, masih kesakitan, namun tak diberi kesempatan, Miyadi memungut beberapa batu yang besarnya sekitar satu kepalan tangannya, lalu BUUUUGH BUUUUG BUGGGH.


Satu per satu dari ketiganya, terhantam telak oleh batu-batu yang ia lemparkan, satu di kepala, pelipis dan yang lain terkena pada dagunya.


Belum cukup, Miyadi mengambil sebilah bambu yang sebelumnya mereka bawa, dan PRAAAAK PRAAAAK DUAAAGGH, PRAAAAK.


Pukulan bambu dan tendangan, bertubi-tubi Miyadi lakukan kepada tiga penyerangnya itu, membuat mereka kewalahan, bahkan satu di antaranya tumbang, saat tumbang pun tak lantas mengurangi amarah Miyadi, dengan keji ia injak lehernya sehingga muncratlah darah dari mulut pria yang tumbang, dan masih dengan menggenggam bambu, ia hantamkan ke pria satunya dan alhasil pingsan dibuatnya.


Rupanya masih tersisa satu, yang masih mampu berdiri, dia menyadari keadaannya yang tak mungkin melanjutkannya pertarungan, pria itu lantas berusaha melarikan diri, akan tetapi Miyadi paham akan muslihat dan rencana langkah seribu (kabut) itu, diambilnya batu dan BUGHHHHHH.


Lemparannya tepat sasaran, terhantam telak di tengkuk pria yang berusaha lari itu, dan akibatnya pria tersebut tersungkur, momen itu tak disia-siakan oleh Miyadi.

Iya segera beranjak mendekatinya, melalui rambut panjang pria yang tersungkur itu, dijambaknya agar kepalanya mendongak.


"HEHHHH ASUUUU" geram Miyadi.

"Saya tak kenal siapa kalian, dan kalian tampaknya bukan warga sini, tapi kenapa tiba-tiba menyerang saya, salah saya apa HAAAA? apakah kalian punya dendam dengan saya? atas perbuatan yang tidak mengenakkan?"


"Ti tidak om ARGGGHHH ampun om"

"Ampun ampun matamu njeblug"


"ARGHHHHH" kuatnya jambakan dan disertai cekikan pada leher, membuat pria itu mengaduh kesakitan.


"PASTI ADA YANG MENYURUH KALIAN UNTUK MELAKUKAN SERANGAN INI KAN BANGSAT?"


Dengan geram penuh amarah, jambakan Miyadi kian kuat, namun pria itu tak kunjung memberikan jawaban, lalu. CEKRAAAAK, dipuntirnya tangan pria yang sudah tak berdaya itu. "AAAAAAHHHHHH" erang kesakitan keluar dari mulut pria berambut panjang itu.


"SEKALI LAGI KU TANYA, SIAPA YANG MENYURUH KALIAN UNTUK MELAKUKAN HAL INI?"

"ATAU KU PATAHKAN LEHERMU".


"Ben, - Beno Lintang".

"BENO LINTANG?"


"Iiii, iya, pak lurah, Beno Lintang".

"BAJINGAAAAN TUA ITUUUUUUU" seringai Miyadi, tampak aura penuh kemarahan terpancar dari wajahnya.


Sejurus kemudian BLAAAAAAKK, puas mendapatkan jawaban, kepala pria itu dihantamkan ke tanah apakah hal itu cukup? tidak, Miyadi mendapati ada sebilah pisau kecil yang terselip di sabuk pria yang sudah klenger dibuatnya.


"Bajingan Beno, rupanya dia menyewa preman murahan untuk menyingkirkanku" batin Miyadi penuh amarah.


Diambilnya pisau itu, lalu SREEET SREEET, dirobek-robek seluruh pakaian dari pria di depannya, dibuat telanjang, kemudian dia seret tubuh pria berambut panjang itu, tempat yang dipijak merupakan tengah hutan, namun sisi kanan ada jurang yang di bawahnya adalah aliran sungai utama yang menghubungkan beberapa desa.


Alirannya cukup deras, memahami fakta dari tempat yang tentu ia kenali. Setelah berada ditepi jurang, dilemparkannya tubuh pria itu.


Lalu pandangannya berbalik ke arah dua pria yang lainnya, yang satu bertubuh tinggi kerempeng berambut ikal yang satu pendek namun kekar berambut belah tengah, namun keduanya sudah tak berdaya bersimbah darah akibat serangan balik yang dilancarkan secara bertubi-tubi dan membabi buta dari Miyadi.


Perihal yang sama Miyadi lakukan selayaknya pria yang sudah entah bagaimana nasibnya di bawah derasnya aliran air sungai itu, dirobek-robeklah pakaian keduanya hingga hanya tersisa celana dalamnya.


Lalu dia juga menyeretnya ke tepi jurang sebelum akhirnya keduanya dilemparkan ke jurang yang di bawahnya aliran air yang cukup kuat untuk menghanyutkan tubuh orang dewasa sekalipun.


"Biarkan air yang membawa kalian, entah sekarat atau selamat, atau bahkan ditemukan warga dalam keadaan menjadi mayat, itu balasan karena tiba-tiba menyerang dan berusaha melukai, kalian orang bayaran kan?! dan ini adalah bayaran tambahan dariku, selamat menikmati pertemuan dengan sang malaikat maut atau juru selamat." dalam batin Miyadi, lalu seringai wajahnya berubah.


"Keparat Gianto itu, seharusnya menjadi prioritas untuk ku cari dan ku habisi, tapi rupanya rencana berubah, Beno, lurah ngacengan sialan itu, hmmmmm, rupanya kau tak paham berhadapan dengan siapa?! sampai mati akan ku jadikan target seumur hidup" desir amarah melalui suara hati, geram penuh dendam, terekspresikan dari raut wajah Miyadi.


"Sekarang.…." gumamnya terputus.


Sorot matanya tertuju pada pakaian-pakaian robek yang berserakan akibat ulahnya, satu per satu dia pungut, lalu inisiatif muncul, dicari saku per saku, barang kali ada uang atau semacamnya dan ya, dompet, smartphone, rokok dan korek.


Masing-masing dompet berisi uang yang lumayan juga, beberapa lembaran merah, hijau, di antara yang biru-biru.


"Waaaw, totalnya 1.7 juta, banyak juga duit manusia-manusia bayaran murahan itu"

"Lumayan"


Kemudian, dengan korek yang ia dapatkan dari salah satu saku, ia bakar semua barang bukti di TKP tanpa terkecuali bahkan hingga smartphone pun tak luput dari rencana peleburan, Miyadi kumpulkan bersama timbunan dedaunan yang berserakan, semakin memudahkan prosesi pembakaran dan penghilangan barang bukti.


BLUUUUUUK.

Tak butuh waktu lama untuk membuat kobaran api, dari perpaduan dedaunan kering, pakaian, dompet serta isinya kecuali duit yang tentu sudah diamankan oleh Miyadi, yang menjadi satu-satunya yang tidak diikutsertakan dalam pemusnahan.


Ya segoblok-gobloknya orang, tentu tetap fasih dan pintar kalau soal uang.


Fiuuuuuhhh.


Tarik nafasnya seperti merasa lega "Tapi ndasku ngelu dancooook" erangnya yang kemudian tersadar akan rasa pusing di kepalanya akibat di hantam bambu oleh orang-orang suruhan yang ternyata dari Lurah desa tempat ia tinggal, desa Cenggur Sari. Mereka berjumlah tiga orang yang kini ketiganya entah bagaimana nasibnya setelah dihanyutkan ke dalam derasnya aliran hulu sungai.


Bagaimana ketiga preman suruhan itu bisa kalah?


Perlu diketahui, Miyadi, Sukasmin dan Gianto dulunya adalah anggota paguyuban seni bela diri. Sejak dini mereka telah berlatih, bahkan kerap mewakili saat ada ajang kompetisi, dari tingkat kecamatan hingga kota.


Dulu saat mereka masih muda, namanya begitu tersohor namun saat usia mereka telah menginjak kepala empat, langkah yang mereka tapaki adalah jalan sesat, sehingga nelangsa dan tidak jelas arah tujuannya.


Di tengah mentari mulai meninggi, dan udara panas menyelimuti, di pematang hutan sunyi Miyadi harus menghadapi nasib sial, mungkin ini adalah bentuk instan karma.


Ketika sebelumnya dia berbuat iseng yang berlebihan terhadap rekan sejembutnya, dia mendapatkan balasannya seketika.

Secepat itu mendapatkan respon dari karma, gak kayak respon gebetan yang di chat sekarang, balesnya tahun depan.


Apalagi kalau yang memulai chat itu dari kalangan manusia tidak good looking, waahahaha alamat disepelekan. Ini dalam rangka mewakili curhat kalian para pembaca budiman.


Ketika kepala Miyadi puyeng, sedang di lain tempat ada kemaluan dari manusia memalukan yang sedang gayeng, karena digoyang.


Muidah, janda cantik nan eksentrik sedang berkutat dengan penetrasi satu pihak, sebab pihak lawannya hanya tergeletak setengah tak bernyawa, terbuai mimpi atau memang gladi bersih mati, lha wong kalau tidur kayak mayit. Kaku, pun kontolnya juga, tapi itu yang justru membuat Muidah terhipnotis dan lupa diri.


"Asshhhhh, sialan lu kampret anggora, bikin makin becek memek gua aja nyet monyet" meski mendesah dan menikmati, tapi rasa gengsinya menggiring untuk juga menghina. Ya wajar, orang secantik dia kok bisa tunduk dan takluk hanya demi melihat kontol besar si durjana.


"AHHHHHH"

"UUUHHHH"

"SHHHH ESHHHHH ESSHHH" lirih namun tegas, menjelaskan bahwa dia sedang terbuai nikmat, tapi tak lantas mengendurkan fokusnya, ia tetap waspada, jaga-jaga jika kunyuk anggora di depannya itu tiba-tiba MAKJEGAGIK bangun.


Wasallam sudah urusan.


Pelan tapi pasti, pasti tapi tetap hati-hati akan tetapi tak disadari oleh Muidah, bahwa shift pagi akan berganti siang, ketika dirinya masih tengah dimabuk kepayang, ia masih tetap menggoyang pelan maju mundur, maju mundur, gesek tipis tipis hingga semakin banjir cairan yang keluar dari lubang pipis.


Dan SERRRRRRR SERRRRRRR


"UGHHHHHHHHH" tiba-tiba tubuhnya mengejan hebat, getaran-getaran pencapaian klimaks terasa menguat, hal itu tergambar dari ekspresinya dan diperjelas oleh cairan kewanitaannya yang meluber keluar, meski bukan kategori squirt namun hal itu seakan memberi tahu bentuk hasrat yang lama terpendam dan akhirnya terlampiaskan.


Meski belum seutuhnya melalui adegan penetrasi bersetubuh, namun sukses membuat gejolak birahinya runtuh.


"HAAAAH HAAAAHHH, mppphhhhh" terengah dan lepas kendali, agak kencang Muidah mendesah sebelum akhirnya sadar lalu ditutuplah mulutnya, pandangan matanya juga tertuju ke arah wajah Gianto, berharap bahwa lelaki durjana itu tak bangun.


Diantara kewaspadaan sembari menikmati fase orgasme dahsyat yang ia alami. Hanya dengan menggesek meki ke ujung kontol guwediiii milik Gianto, manusia paling beruntung di muka bumi meski tanpa dia sadari, coba sadar, waaah bagaimana membayangkan betapa bahagia dan sumringah muka bangsatnya.


Meski kondisi diluar menjelang siang dan matahari kian menjulang, namun di ruangan tempat Muidah dan Gianto itu berada masih tampak gelap, karena gordennya belum dibuka. Ini merupakan ruang tengah tempat biasa Muidah bersantai sembari nonton tivi atau semacamnya.


Kini mendadak menjadi ruang birahi, akibat terhasut hasrat, menyeretnya pada tindakan nista, tapi mau bagaimana lagi, lha wong sudah terlanjur njegur, basah basah sekalian. Begitulah iblis, jika menjerumuskan tidak tanggung-tanggung, ibarat sudah jatuh terperosok pun masih dilempari batu besar, sampai modar juga tak ada ampun.


"Huuufff" terengah-engah setelah menikmati orgasme yang cukup kuat itu, baginya masturbasi memang nikmat tapi jika ada media dari lawan jenis seperti ini, tentu tak munafik jika dia mengakui lebih nikmat daripada saat swalayan memakai jemarinya. Pun dia tak punya sex tools seperti dildo, vibrator atau lainnya karena baginya itu tabu dan nggak perlu.


Muidah lalu beranjak sejenak, saat dia sadari ternyata Gianto masih tampak halus mendengkur, ia langkahkan kakinya menuju dapur untuk mengambil air minum sembari menarik nafas. Ada timbul rasa penyesalan, timbul rasa ingin mengutuk diri, tapi rupanya gejolak manusiawinya menahan rasa sesal itu. Toh kamu menikmati, lihat itu vaginamu banjir, nggak kayak biasanya saat melakukannya sendirian kan? jujur kamu kangen dikontoli kan?.


Ditengah perdebatan batinnya, Muidah sudah melangkah, kembali ke tempat dimana tergeletak pria yang baru saja memberikannya kenikmatan itu.

Dan saat fokus matanya tertuju pada kontol besar itu. "Jiaaaampuuut ini manusia, kok bisa tetep ngaceng kokoh gitu sih?" seru lirihnya tegas dibalut rasa kagum.


Lalu matanya tertuju pada jam dinding yang ada di ruangan itu. "Buseeeet sudah setengah sepuluh, artinya gue nggesekin meki tadi 1 jam lebih, aaah masak sih? apa karena saking nikmatnya sampai lupa waktu?! masak gini doang sampe bikin lupa diri." timbul tanda tanya serta rasa tak habis pikir dari batinnya.


Saat mata kembali teralihkan ke arah kontol menjulang itu. "Sialan lu Gi" umpat Muidah namun tubuhnya secara otomatis malah mendekati, dan HAP.


Kembali lagi, tangannya secara halus namun pasti, menggenggam kontol besar itu.

"Anjiiir, cairan memek gua masih menyelimuti". Akibat dari itu justru memudahkannya untuk melakukan aksi mengocok-ngocok pelan kontol yang baru saja memberikan kenikmatan yang luar biasa.


"Raimu su asu, kok ya nggak bangun bangun padahal kontolmu udah bangun dari tadi" terdengar pelan, seloroh umpatan yang keluar dari mulut Muidah tapi disertai sunggingan senyum, senyum simpul dan perasaan kagum. Sejurus kemudian.


HAPPPHHHHHH


BERCROTBUNG

Komentar