Sekembalinya ce Mimi dari wc ia langsung menarikku yang sedang asyik bergoyang sendiri. Tampaknya ia ingin kembali ber-partner denganku. Aku hanya menurut saja. Kita bergoyang berhadapan. Kedua tanganku dipinggangnya, dan kedua tangan ce Mimi dikedua bahuku. Kedua mata ce Mimi tampak memandangi seperti menyelidiki sesuatu diwajahku.
"Ngapain aja lu tadi berdua sama Thya?" Ce Mimi memulai pembicaraan.
"Hehehe..yah joget lah." Jawabku cengengesan.
"Udah keluar belum?" Tanyanya lagi mengejutkan ku.
"Cece...?"
Pertanyaanku tak mendapat jawaban juga dari ce Mimi.
"Sebentar lagi mau tutup. Mau lanjut ketempat biasa gak? Gua masih kenceng kayaknya."
"O My God..!" Waktu sungguh tak terasa. Ternyata dari tadi sudah 4 jam lebih kita bergoyang. Kurasakan juga pngaruh I masih kencang ditubuhku.
"Kalau mau ayo mending kita jalan sekarang daripada nanti keluar pas jam tutup ramai orang susah keluarnya."
Aku menyetujui ajakan ce Mimi. Kita berdua segera pamit kepada kawan-kawan ce Mimi dan segera menuju diskotik "Ek****k" untuk melanjutkan acara "private" kami.
Tetapi peruntungan tidak memihak kami setibanya kami disana. Diskotik telah tutup karena ada keributan yang berujung razia yang terjadi.
"Aduh...bagaimana ini jadinya? Bete deh balik ke kost. Gua harus pindah kost kayaknya kalau mau lanjut begini terus. Kost yang kedap suara, biar gua pasang sound sendiri. Biar bisa lanjut terus." Ce Mimi mengeluh.
"Sebentar yah ce. Gua usaha dulu." Kataku mencoba menenangkan ce Mimi.
Aku ingat salah satu kawanku pernah bercerita kalau disekitar daerah itu ada hotel yang dalam kamarnya menyediakan fasilitas "House Music" bagi para pelanggan mesum yang menginginkan private party.
Aku bergegas menuju para penjaga parkir, satpam, dan orang-orang lainnya yang ada disekitar situ mencari-cari informasi. Ketika informasi yang kubutuhkan kudapat aku kembali kepada cece yang menunggu dekat mobil.
"Ada room hotel ce kalau cece mau." Aku membuka percakapan hati-hati. Tak mau terdengar seperti kalau aku ada niat macam-macam.
"Tempatnya disebelah nih dekat. Didalam room ada house music berikut sound yang cukuplah kalau untuk kita lanjut. Tapi lumayan mahal harganya."
Ce Mimi nampak berpikir sejenak.
"Memang berapa harganya?"
Aku menyebutkan sejumlah bilangan uang yang pada saat itu cukup lumayan juga.
"Aman gak?" Tanya ce Mimi lagi.
"Mudah-mudahan sih aman. Kan lumayan mahal tuh harganya. Biasanya kalau hotel yang lumayan mahal keamanannya terjamin lah. Lagian tadi didaerah sini baru selesai razia. Gak mungkin lagi kayaknya akan ada razia lagi." Jawabku mencoba meyakinkannya.
"Ayo deh kita kesana. Tapi lu jangan keterlaluan yah ntar mesumin gua nya. Lu harus jagain gua. Cece lu nih." Katanya lagi.
"Sip." Kataku pendek sambil tersenyum.
Setelah menyelesaikan segala urusan administrasi kami pun masuk kekamar kami. Kamar yang lumayan asri. Reseptionis tadi meyakinkan kami juga kalau mereka mempunyai banyak koleksi house musik terbaru dan kami bebas untuk memasang musik kencang-kencang didalam. Dijamin kamar ini kedap suara, jadi tidak akan mengganggu penghuni lainnya.
Memang masa akhir 1990an dan awal tahun 2000an tripping atau on sangat trend sekali. Dan semua pihak termasuk hotel berupaya mencari celah keuntungan dengan memberi fasilitas-fasilitas yang mendukung ritual tersebut.
4 botol mineral water ditambah 2 minuman energy dalam gelas sudah siap dimeja rias kamar. Musik kami putar sesuai dengan vokume yang kami mau. Selain lampu-lampu kecil di 4 sudut ruangan kamar, lampu lainnya ce Mimi padamkan, membuat suasana jadi remang-remang.
Tak lama kemudian tubuh kami mulai naik kembali. Ce Mimi benar-benar seperti terbebas dari kurungannya. Ia bergoyang kesana kemari memutari kamar. Sementara aku yang hanya bergoyang sambil duduk ditepi tempat tidur terus memperhatikannya sambil tertawa-tawa.
Ada sekitar 30 menitan ce Mimi berputar-putar sampai kemudian ia menarikku untuk ikut bergoyang berdiri bersama dia. Aku melayaninya. Kadang kita berhadapan, kadang ku memeluk ce Mimi dari belakang, bahkan kadang ce Mimi yang memelukku dari belakang. Sampai kemudian disuatu kesempatan ce Mimi mulai menyadari kalau dibalik celana jeansku aku tidak memakai celana dalam lagi.
"Lu gak pake cd yah Jo?"
"Ho oh." Jawabku pendek sambil tersenyum.
"Sejak kapan?"
"Sejak dari tadi di diskotik lah. Cece gak sadar yah?"
"Gila lu. Berarti tadi sampe ngapain aja ama Thya tuh? Lu tadi pasti dah keluar yah ama dia?" Tanya ce Mimi lagi menyelidik sambil memandangi mataku mencari jawaban.
"Iya ngapain lagi, seperti biasa aja cuma pegang-pegang dan gesek-gesek aja lah. Blom sempat keluar koq, rasain aja celana gua gak ada basah-basahnya sedikitpun kan." Jawabku mencoba mengelak.
Ce Mimi merenggangkan pelukannya sedikit dari tubuhku. Tiba-tiba telapak tangannya langsung meraba selangkanganku merasakan bahkan meremas penisku yang sudah sangat tegang.
"Iya yah. Kasihan donk lu dari tadi belom keluar."
"Ahh cece....geli kalo diremas begitu." Lenguhku merasakan ke enakan.
"Gak apa-apa ce. Ntar juga kalau begini terus gak lama lagi Jo bisa keluar nih..hhh."
"Kalo ce Mimi tadi ngapain aja ama ko Roby? Memang cece tadi dah keluar yah ama ko Roby?" Sambungku lagi sedikit terengah karena tangan cece tak berhenti meremas-remas penisku.
"Hhh...dia nakal Jo. Dia memang dah pengalaman kayaknya." Ce Mimi melepaskan tangannya dari penisku dan memeluk pantatku. Menempelkan seluruh badannya kebadanku. Terutama bagian selangkamgannya yang ia gesek-gesekkan kuat-kuat ke penisku. Semua dilakukannya ber-sinkronisasi seiring dengan irama musik yang menghentak.
"Cece dipegang-pegang yah?" Tanya ku lagi dekat telinganya.
"Hmm.." Ce Mimi hanya mendesah sambil mengangguk kecil. Ia seperti malas untuk berbicara dan hanya ingin menggerakkan tubuhnya untuk melepaskan gairah. Gairah untuk bergoyang dan gairah untuk orgasme. Tampak jelas dari gerakannya yang selalu menekan-nekankan seluruh bagian tubuhnya yang paling sensitif ketubuhku.
Nafsuku sangat terpancing oleh gerakan-gerakan cece. Kubalik tubuh cece dan kodorong tubuhnya kedepan hingga ia sedikit tertunduk dan menungging. Kedua tangannya bertumpu pada meja rias didepannya.
"Dipegang-pegang apanya?" Tanyaku lagi.
Ia hanya diam tertunduk menggoyang-goyangkan kepalanya mengikuti irama musik membuatku yang sudah dikuasai nafsu semakin penasaran.
"Dipegang ini nya yah?" Tangan kananku langsung menujuju dada ce Mimi dan meremasnya.
"Ahhh...!" Ce Mimi tampak terkejut dengan kenekatanku. Tapi ia tidak memprotes atau melarangku sama sekali.
Kucondongkan tubuhku hingga dadaku menempel kepunggungnya sementara tanganku sekarang dua-dua nya meraba dan meremas kedua buah dadanya. Panisku kugoyang dan tekan-tekan kepantatnya yang empuk kuat-kuat.
"Dari dalam atau dari luar?" Tanyaku lagi didekat telinga nya.
Ce Mimi diam saja.
"Dari dalam atau dari luar?" Tanyaku lagi sambil meremas kedua buah dadanya dengan kuat.
"Agghhh...!" Ce Mimi mendongakkan wajahnya. Mungkin merasa kesakitan karena remasanku.
"Dari...da..a..lam..!"
Jawaban yang sudah kuduga. Kuingat tadi di diskotik kulihat tangan ko Roby masuk kebalik tank top ce Mimi.
"Seperti ini?" Tanya ku lagi sambil kumasukkan kedua tanganku secepat kilat kebalik tanktop dan bra nya sekaligus. Meremas dua buah dadanya yang bulat dan menggemaskan langsung dengan gemas.
"Ahhh...Jooo..!" Ce Mimi setengah berteriak.
"Oohh..dada ce Mimi betul-betul lembut dan kenyal sekali." Aku semakin bernafsu. Ukurannya tidak sebesar punya Thya, pas dalam setangkupan tanganku.
Ku belai dan kuremas kedua dada nya terus menerus sesukaku. Dan karena gerakan kedua tanganku tank top ce Mimi perlahan terdorong semakin keatas mengakibatkan kedua dadanya terbuka tanpa penutup apa-apa lagi.
"Ahh..cece...dada lu kenyal sekali ce." Kataku mengacau.
Kubalik tubuh ce Mimi agar menghadapku kembali. Aku mau melihat dada nya dengan jelas.
Ketika ce Mimi berbalik kutertegun sejenak. Dadanya sangat indah sekali. Bulat hampir sempurna, dengan dihiasi puting yang kecil. Dan sangat kencang.
"Cece....indah banget ce.."
Kumajukan wajahku perlahan. Kutangkap langsung puting ce Mimi yang sudah keras menegang dengan mulutku. Kuhisap dan kugigit-gigit kecil dengan gemasnya kiri dan kanan bergantian.
"Ahh...gila lu Jo..!" Ce Mimi berteriak-teriak.
"Berani lu Jo mesumin gua kayak gini...ahhh..... cece lu sendiri...hhhh...." Tubuh cece menggeliat-geliat.
Aku tak peduli. Aku peluk tubuh cece ku rapat sambil terus kulumat dan permainkan dada nya dengan mulut sampai dadanya penuh dengan air liurku.
Dalam nafsuku tanganku bergerak menurunkan retseleting celana jeansku. Penisku terbebas menekan dan menggosok selangkangan ce Mimi berusaha mencari kenikmatan.
"Ahh...gila lu Jo...aduuh...aduhh...! Ce Mimi terus saja mengerang dan mengaduh. Kepalanya tetap bergoyang kencang kekanan dan kiri. Lengannya memeluk wajahku kuat kedadanya. Sementara pantatnya pun ditekan-tekankan kepenisku. Ce Mimi seperti sedang berada dalam keadaan "Trance"
"Cece..!" Aku sedikit menggeram.
Kuangkat tubuh ce Mimi. Ce Mimi memelukku kuat dengan kedua tangan dan kakinya. Kubawa, dan kurebahkan ia ketempat tidur.
Tubuhku ikut terjatuh menindih tubuhnya. Kucium dan kulumat lagi puting dada ce Mimi. Tak puas-puas aku mengerjai kedua dada nya.
Sambil menciumi dadanya tanganku menarik tank top dan bra ce Mimi keatas. Ce Mimi tak menolak. Bahkan ia mengangkat kedua tangannya keatas kepala memudahkanku melepas pakaiannya.
Kupandangi tubuh cece ku yang sangat indah.
Perlahan wajahku mendekati wajah cece.
"Tubuh cece sexy banget." Kataku terengah-engah.
Kulihat dalam keremangan cece masih seperti berada dalam keadaan sadar tapi tak sadar. Rambutnya acak-acakan sudah. Wajahnya menengadah keatas masih terus bergoyang kekiri dan kanan sedikit basah oleh peluhnya. Matanya setengah terbuka. Erangan dan desahan yang merdu merangsang keluar dari mulutnya yang setengah terbuka.
Nafsuku sebenarnya sudah diujung tanduk menuntut untuk dikeluarkan. Dan kemungkinan bila kugesek-gesekan penisku dalam keadaan sekarang ini tidak lama juga aku akan keluar. Tapi ada niatan dalam hatiku ingin berusaha semaksimal mungkin dalam kesempatan ini. Aku ingin membuka bagian bawah tubuh cece ku.
"Terus tadi ko Roby megang-megang bagian mana lagi ce?" Aku memajukan wajahku dan berbisik ditelinganya memainkan muslihatku.
Cece awalnya terdiam saja seperti tidak mau menjawab. Mungkin masih malu. Tapi kemudian kuulangi lagi pertanyaanku berbisik sambil dengan sengaja sedikit meniup-niup menggelitik kupingnya.
"Hhh...bawahnya." Akhirnya keluar juga suara dari mulut cece ku. Pelan.
"Bawahnya apanya?" Tanyaku memancing.
"Memek gua." Katanya lagi pelan sekali.
"Kayak begini!" Tanyaku lagi sambil tanganku bergerak menggosok dan menekan selangkangannya.
"Aduhh....i..iya...hhhh....nakal lu Jo." Jawab ce Mimi terengah-engah. Kurasakan pantatnya terangkat-angkat seperti melawan rabaan telapak tanganku diselangkangannya.
Perlahan-lahan sambil menggosok dan menekan selangkangannya tanganku pun dengan kreatif membuka kancing dan seleting celana ce Mimi.
"Dari luar atau dari dalam?" Tanyaku kembali memancing.
"Hhh... Jooo...."
"Dari dalam atau dari luar?" Ku ulangi pertanyaanku.
"Dari...dari...dalam..."
"Shit..!" Jawaban yang lumayan mengejutkanku.
Ternyata ko Roby tadi juga sudah berhasil merabai vagina cece ku secara langsung. Hebat juga dia. Baru kenal sudah bisa meng-akses semua perabotan ce Mimi.
Ketika kancing dan seleting celana ce Mimi sudah terbuka, kumasukkan tanganku secara perlahan. Merayap melalui bulu-bulu halus mencari lubang kenikmatan ce Mimi.
"Kayak begini?" Tanyaku lagi ketika jariku akhirnya sampai pada tujuannya. Terasa lubang itu sudah penuh dengan cairan kenikmatan yang lengket.
"Aaahhh.....Joooo...!" Ce Mimi setengah berteriak kembali. Tubuhnya seperti mengejat sesaat terkejut. Tapi tetap tak ada penolakan ataupun usaha untuk menghentikan tanganku dari dirinya.
Wajah ce Mimi masih menengadah sambil bergoyang kekanan dan kiri. Dua tangannya terpentang jauh keatas kepalanya meremas seprei. Sementara kedua kakinya malah perlahan membuka mengangkang. Seakan memberi akses untuk jariku meng-explor lebih jauh lubang kenikmatannya.
Sambil kumainkan jariku pada vagina kuciumi dan jilati lagi kedua dada ce Mimi. Perlahan-lahan mulutku turun menyusuri kelembutan kulit tubuh ce Mimi. Saat ciumanku semakin turun keperutnya kubarengi dengan aksi tanganku yang menarik turun celana ce Mimi. Perlahan-lahan celana jeans berikut celana dalam ce Mimi turun membuka. Mataku yang sudah sangat terbiasa dengan keremangan menikmati pemandangan indah yang tersaji dihadapanku. Kulit putih mulus ce Mimi disekitar paha, perut, dan pusat selangkangannya. Hutan pubik diarea kecil diatas lubang kenikmatan. Walau area yang ditumbuhi bulu sedikit, tapi bulu nya sangat lebat dan hitam. Serta aroma samar-samar vagina basah yang keluar.
"Fuck!" Semuanya membuat jantungku yang sudah berdetak sangat cepat menjadi lebih cepat lagi. Sampai tubuhku gemetar karena saking semangatnya.
Tapi ketika celana ce Mimi sudah hampir sampai kedengkulnya ce Mimi tersentak bangun.
"Jo sudah Jo....kita sudah terlalu jauh. Jangan sampai begini." Ce Mimi menahan celananya. Tampaknya ia tersadar.
"Gak apa-apa ce. Jo cuma mau lihat." Kataku berusaha membujuknya sambil terus berusaha menurunkan celananya.
Terjadi adu kekuatan antara aku yang bernafsu menurunkan dan ce Mimi yang berusaha mempertahankan celananya beberapa saat.
"Please Jo..ingat kita kakak-adik." Ce Mimi terengah-engah memelas berusaha bertahan dengan sisa-sisa kekuatannya.
Ia bahkan sudah mulai menangis.
Seperti diguyur air yang dingin dikepala aku tersadar dari nafsu ketika melihat ce Mimi menangis.
Kulepas tanganku dari celananya.
"Maaf ce...maafn gua. Jo sudah kelewatan." Kataku sambil terduduk terdiam. Nafasku masih terengah-engah.
Ce Mimi merapikan celananya kembali. Ia masih menangis sesegukan menutup mukanya.
Kuambil dan minum sebotol mineral water sampai habis.
"Gila!" Rutukku dalam hati.
Bertepatan dengan itu kurasakan pengaruh pil setan dalam tubuhku menghilang. Aku memasuki fase "nge-drop." Tubuhku terasa lemas tak bertenaga. Dan seluruh nafsu yang menguasai hilang begitu saja.
Kuberanjak bangun kekamar mandi untuk kencing dan juga membasuh wajahku. Aku sempat terdiam sejenak merenungi apa yang baru saja terjadi tadi.
Sisi baikku mempertanyakan dan mengutuk perbuatanku. Mengapa aku tega berbuat seperti itu kepada cece ku sendiri. Tapi sisi jahatku mengatakan sayang sekali. Sedikit lagi saja, mungkin aku bisa merasakan kenikmatan vagina cece ku.
Ahh...sudahlah, apapun yang sudah terjadi sekarang percuma juga. Tubuhku lemas sudah dan nafsuku yang menggebu-gebu pun hilang entah kemana.
Kumainkan dan kukocok-kocok penisku sambil membayangkan tubuh ce Mimi secara percuma. Penisku tak mau terbangun dari tidurnya, layu tak bertenaga lagi.
Masih sempat kumerenung, mungkin seperti ini rasa nya kalau menjadi impoten.
Mungkin aku terlalu lama berada didalam kamar mandi. Ketika kukembali kudapati ce Mimi sudah tertidur pulas. Ia masih bertelanjang dada.
Aku memandanginya sejenak. Pemandangan yang begitu indah. Karya cipta Tuhan yang begitu sempurna.
Kudekati perlahan dan kubelai rambut ce Mimi. Wajahnya berantakan dan masih basah karena peluh dan air mata nya.
kuturunkan kembali tanganku kebawah. Membelai leher dan dadanya.
Sungguh lembut dan halus kulit ce Mimi.
Otak iblisku sempat berpikir, ini kesempatan emas ku untuk kembali memesuminya. Tapi tubuhku sudah tak bertenaga untuk mengikuti perintah otakku.
Dan "Jo Junior" yang tertidur pulas dibawah sana tak mengindahkan lagi panggilan tuannya.
"Damn u...junior!"
Kumengambil tempat disebelah ce Mimi dan jatuh tertidur.
Singkat cerita, kami terbangun dan kembali ke kost. Aku mengambil motorku langsung pulang kerumah. Tak ada percakapan apa-apa antara kami. Ce Mimi bahkan terkesan sengaja mendiami aku. Mungkin ia masih malu dengan apa yang baru saja terjadi diantara kami.
Sampai kemudian berhari-hari, bahkan berminggu-minggu ce Mimi mendiami aku.
Aku mulai kesal dan uring-uringan. Aku terus-menerus sms dan telp ce Mimi, berusaha meminta maaf, dan mencairkan suasana. Membujuk-bujuk ce Mimi agar tidak malu kepadaku. Aku akan jaga rahasia dia, aku masih mau ikut dugem dengannya dan tidak akan kelewatan, dan lain-lain nya lagi.
Sampai 2 bulan kemudian ketika aku mulai berputus asa, ce Mimi menelpon aku.
Saat itu malam minggu. Malam dimana rasa rinduku memuncak jika mengingat semua pengalaman-pengalamanku dengan ce Mimi. Mungkin saat itu ce Mimi sedang teringat juga akan aku.
Kami ngobrol dan ce Mimi bercerita panjang lebar. Ia bilang awalnya ia sangat malu dengan apa yang sudah kita lakukan. Ia merasa bersalah sebagai kakak, dan lain sebagainya. Tapi ternyata dalam beberapa hari terakhir saat ia pergi dugem dengan kawan-kawannya ia merindukan aku. Ia berterus terang pernah mencoba mengajak pergi dugem kawan cowoknya yang sebenarnya diam-diam dalam masa pendekatan dengannya dua kali. Tapi hasilnya kurang memuaskan.
Yang satu terlalu jaim dan over-protective. Yang satu terlalu kurang ajar dan grasak-grusuk.
Aku tertawa-tawa mendengar semua cerita ce Mimi. Dan juga mengatakan kalau aku sangat kangen padanya. Kangen pada masa-masa kita berpelukan, saling sentuh, dan saling memuaskan.
"Dasar lu,...lu mah kangen ama badan gua. Bukan sama gua nya." Kata ce Mimi saat itu mengejekku.
Aku juga merengek-rengek untuk meminta dia mengajakku lagi ke diskotik. Ce Mimi berjanji akan mengajak aku lagi malam minggu depan karena hari itu sudah terlalu malam. Dan juga tidak ada siapa-siapa lagi kawannya yang mau berangkat malam itu. Tapi karena rengekanku akhirnya dia mengalah dan berjanji untuk pergi berdua saja denganku esok pagi kediskotik "kuburan."
Kebetulan ia masih mempunyai simpanan "I" 1 butir yang belum terpakai, sehingga kita tidak perlu repot cari-cari lagi sebelum ritual.
Aku tak sabar menunggu pagi malam itu sampai berharap dan berdoa kepada dewa mesum agar tiada halangan yang akan mengacaukan rencana kami esok pagi.
Jam 7 pagi aku sudah tiba dikost ce Mimi. Aku sudah siap sekali untuk ber "Mesum ria". Aku memakai kemeja tangan pendek dan celana bahan. Tentu saja tanpa celana dalam. Kupikir celana bahan yang lebih tipis dari pada jeans tentulah akan memberikan rasa lebih saat nanti aku menggesek-gesekkan penisku pada pantat ce Mimi.
Ce Mimi pun berpenampilan sangat segar dan menggoda. Kaos ketat tanpa lengan "u can see" dipadu dengan rok mini yang sebenarnya tidak terlalu pendek. Sedikit diatas dengkul, tapi tidak ketat, malah terkesan melebar dibawah. Rambutnya dikuncir kuda. Panampilannya seperti anak-anak abg di komik Hentai Jepang.
Ketika dimobil aku meminta ce Mimi untuk segera membelah dan menelan pil "vitamin" kami dengan sedikit menakut-nakuti kalau berbahaya membawa barang semacam itu dimobil. Takut kena razia.
Padahal dalam otakku biar rencana kita tidak ada kata batal, walau misalnya ternyata diskotik yang kita tuju tutup seperti saat sebelumnya, ce Mimi yang sudah on akan terpaksa mencari tempat alternatif lain. Seperti hotel kemarin.
Ce Mimi sempat menggoda ketika ia melihat aku memakai celana bahan tidak seperti penampilanku sehari-hari biasanya. Dan ia pun menebak kalau aku tidak memakai celana dalam, karena memang sudah tampak tonjolan dipangkal celanaku.
Aku tertawa-tawa saja balas menggoda nya. Aku bahkan menantang dia untuk tidak memakai bra. Aku bilang cobain saja, sensasinya pasti lebih berbeda. Dag dig dug serem-serem takut ketauan orang tapi menantang.
Ia hanya tersenyum-senyum saja.
Sesampainya di TKP keberuntungan memihak kami. Keadaan diskotik tidak terlalu ramai dan kami mendapat tempat sangat dipojok yang gelap agak jauh dari orang-orang terdekat. Yang terdekat dengan kami hanya tampak para perempuan-perempuan malam yang sedang menari bersenang-senang bersama.
Mungkin mereka baru mendapatkan hasil yang lumayan semalam.
Aku dan ce Mimi memulai ritual kami dengan bebas gembira. Mungkin karena sudah lama tak bertemu, jadi kami seperti melepaskan rindu yang tertahan. Seakan diskotik ini hanya milik kami berdua.
Entah mengapa, apa karena tubuhku yang sudah mulai tebiasa dengan kegelapan diskotik atau mungkin karena saat itu badanku memang fit dan aku begitu bersemangat. Mataku seperti bisa melihat sangat jelas gerak tubuh dan ekspresi wajah ce Mimi pagi itu. Dan aku begitu sangat menikmatinya.
1 jam pertama sudah lewat, aku semakin berani. Tanganku sudah meremas-remas kedua buah dada ce Mimi bergantian. Awalnya memang ce Mimi menghindar-menghindar. Tapi karena "ke-kekeuhan" aku yang terus menerus mencoba, lama-lama ia biarkan juga.
Memasuki 2 jam keadaan kami semakin hot. Tanganku sudah masuk kebalik baju dan rok ce Mimi. Mempermainkan puting buah dada ce Mimi. Tapi belum berjaya menyentuh vagina nya langsung. Ia masih saja menghindar-menghindar terus.
Suatu saat aku sedang berjoget berhadapan dengan ce Mimi kuturunkan seleting celanaku dan kukeluarkan penisku yang sudah sangat keras.
Kemudian kutarik dan kubimbing tangan kiri ce Mimi untuk memegangnya.
"Gila lu Jo!" Ia terkejut. Tapi tak melepaskan tangannya yang menggenggam penisku.
"Ngapain lu keluarin? Nekat yah."
Secara perlahan ce Mimi merabai dan meremas-remas penisku. Sepertinya ia penasaran. Mungkin ini penis pertama yang baru pernah ia sentuh secara langsung.
Kupeluk ce Mimi dan kudekatkan wajahku kesamping wajahnya.
"Ahh...enak ce. Terus remes nya turun naik gitu." Kataku dekat telinganya.
"Bener-bener mesum lu." Kata ce Mimi. Tapi tangannya terus mengikuti arahanku.
Beberapa saat kita bergoyang dengan tangan ce Mimi terus mengurut dan meremas penisku.
"Coba aja ce, berani gak buka juga. Sensasi nya mantap deh." Kataku terengah-engah mencoba memancing gairahnya.
Ce Mimi tersenyum menggoda. Perlahan ia bergoyang sedikit menjauhi tubuhku. Dan dengan gerakan-gerakan yang sensual ia merabai tubuhnya sendiri seperti seorang penari striptis yang menggoda pelanggannya.
Entah bagaimana cara nya, tau-tau bra ce Mimi sudah dimukaku.
Ia tertawa-tawa melihat wajahku yang sedikit menganga karena keheranan.
"Yah...kalo sekarang cuma atasnya doank sih basi lah." Kataku mengejeknya berusaha menutupi kebingunganku.
Ce Mimi malah kembali mengejekku. Ia memeletkan lidahnya kedepan wajahku kemudian melengos membelakangi. Memasukkan bra nya kedalam tas tangan dimeja sambil menggoyang pantatnya yang menungging.
Saat itu aku melakukan sesuatu yang membuat akupun terkejut akan diriku sendiri.
Saat ce Mimi menungging-nunggingkan pantatnya mengejekku tanganku bergerak dengan cepat, menelusup kebalik rok nya dan menarik celana dalam ce Mimi kebawah. Sampai jatuh kelantai walau masih tertahan dimata kakinya.
Ce Mimi yang terkejut dengan perbuatanku reflek bukan menarik dan merapikan celana dalamnya, tapi malah melepas seluruhnya dan langsung memasukkannya juga kedalam tas tangannya.
"Sedeng lu ade mesum. Kalo ketauan orang bagaimana?" Gerutunya.
Aku hanya tertawa-tawa saja kesenangan. Sampai berjingkrak-jingkrak melompat-lompat dengan kedua tangan keatas. Puas sekali rasanya bisa membalas godaan ce Mimi.
Ce Mimi yang melihat tingkah laku ku yang kegirangan seperti anak kecil tersenyum kemudian memelukku.
"Dasar adek gila!" Wajahnya yang merajuk disembunyikan kedadaku.
Aku merasa saat itu kami mesra sekali. Seperti orang pacaran saja.
"Ngapain aja lu tadi berdua sama Thya?" Ce Mimi memulai pembicaraan.
"Hehehe..yah joget lah." Jawabku cengengesan.
"Udah keluar belum?" Tanyanya lagi mengejutkan ku.
"Cece...?"
Pertanyaanku tak mendapat jawaban juga dari ce Mimi.
"Sebentar lagi mau tutup. Mau lanjut ketempat biasa gak? Gua masih kenceng kayaknya."
"O My God..!" Waktu sungguh tak terasa. Ternyata dari tadi sudah 4 jam lebih kita bergoyang. Kurasakan juga pngaruh I masih kencang ditubuhku.
"Kalau mau ayo mending kita jalan sekarang daripada nanti keluar pas jam tutup ramai orang susah keluarnya."
Aku menyetujui ajakan ce Mimi. Kita berdua segera pamit kepada kawan-kawan ce Mimi dan segera menuju diskotik "Ek****k" untuk melanjutkan acara "private" kami.
Tetapi peruntungan tidak memihak kami setibanya kami disana. Diskotik telah tutup karena ada keributan yang berujung razia yang terjadi.
"Aduh...bagaimana ini jadinya? Bete deh balik ke kost. Gua harus pindah kost kayaknya kalau mau lanjut begini terus. Kost yang kedap suara, biar gua pasang sound sendiri. Biar bisa lanjut terus." Ce Mimi mengeluh.
"Sebentar yah ce. Gua usaha dulu." Kataku mencoba menenangkan ce Mimi.
Aku ingat salah satu kawanku pernah bercerita kalau disekitar daerah itu ada hotel yang dalam kamarnya menyediakan fasilitas "House Music" bagi para pelanggan mesum yang menginginkan private party.
Aku bergegas menuju para penjaga parkir, satpam, dan orang-orang lainnya yang ada disekitar situ mencari-cari informasi. Ketika informasi yang kubutuhkan kudapat aku kembali kepada cece yang menunggu dekat mobil.
"Ada room hotel ce kalau cece mau." Aku membuka percakapan hati-hati. Tak mau terdengar seperti kalau aku ada niat macam-macam.
"Tempatnya disebelah nih dekat. Didalam room ada house music berikut sound yang cukuplah kalau untuk kita lanjut. Tapi lumayan mahal harganya."
Ce Mimi nampak berpikir sejenak.
"Memang berapa harganya?"
Aku menyebutkan sejumlah bilangan uang yang pada saat itu cukup lumayan juga.
"Aman gak?" Tanya ce Mimi lagi.
"Mudah-mudahan sih aman. Kan lumayan mahal tuh harganya. Biasanya kalau hotel yang lumayan mahal keamanannya terjamin lah. Lagian tadi didaerah sini baru selesai razia. Gak mungkin lagi kayaknya akan ada razia lagi." Jawabku mencoba meyakinkannya.
"Ayo deh kita kesana. Tapi lu jangan keterlaluan yah ntar mesumin gua nya. Lu harus jagain gua. Cece lu nih." Katanya lagi.
"Sip." Kataku pendek sambil tersenyum.
Setelah menyelesaikan segala urusan administrasi kami pun masuk kekamar kami. Kamar yang lumayan asri. Reseptionis tadi meyakinkan kami juga kalau mereka mempunyai banyak koleksi house musik terbaru dan kami bebas untuk memasang musik kencang-kencang didalam. Dijamin kamar ini kedap suara, jadi tidak akan mengganggu penghuni lainnya.
Memang masa akhir 1990an dan awal tahun 2000an tripping atau on sangat trend sekali. Dan semua pihak termasuk hotel berupaya mencari celah keuntungan dengan memberi fasilitas-fasilitas yang mendukung ritual tersebut.
4 botol mineral water ditambah 2 minuman energy dalam gelas sudah siap dimeja rias kamar. Musik kami putar sesuai dengan vokume yang kami mau. Selain lampu-lampu kecil di 4 sudut ruangan kamar, lampu lainnya ce Mimi padamkan, membuat suasana jadi remang-remang.
Tak lama kemudian tubuh kami mulai naik kembali. Ce Mimi benar-benar seperti terbebas dari kurungannya. Ia bergoyang kesana kemari memutari kamar. Sementara aku yang hanya bergoyang sambil duduk ditepi tempat tidur terus memperhatikannya sambil tertawa-tawa.
Ada sekitar 30 menitan ce Mimi berputar-putar sampai kemudian ia menarikku untuk ikut bergoyang berdiri bersama dia. Aku melayaninya. Kadang kita berhadapan, kadang ku memeluk ce Mimi dari belakang, bahkan kadang ce Mimi yang memelukku dari belakang. Sampai kemudian disuatu kesempatan ce Mimi mulai menyadari kalau dibalik celana jeansku aku tidak memakai celana dalam lagi.
"Lu gak pake cd yah Jo?"
"Ho oh." Jawabku pendek sambil tersenyum.
"Sejak kapan?"
"Sejak dari tadi di diskotik lah. Cece gak sadar yah?"
"Gila lu. Berarti tadi sampe ngapain aja ama Thya tuh? Lu tadi pasti dah keluar yah ama dia?" Tanya ce Mimi lagi menyelidik sambil memandangi mataku mencari jawaban.
"Iya ngapain lagi, seperti biasa aja cuma pegang-pegang dan gesek-gesek aja lah. Blom sempat keluar koq, rasain aja celana gua gak ada basah-basahnya sedikitpun kan." Jawabku mencoba mengelak.
Ce Mimi merenggangkan pelukannya sedikit dari tubuhku. Tiba-tiba telapak tangannya langsung meraba selangkanganku merasakan bahkan meremas penisku yang sudah sangat tegang.
"Iya yah. Kasihan donk lu dari tadi belom keluar."
"Ahh cece....geli kalo diremas begitu." Lenguhku merasakan ke enakan.
"Gak apa-apa ce. Ntar juga kalau begini terus gak lama lagi Jo bisa keluar nih..hhh."
"Kalo ce Mimi tadi ngapain aja ama ko Roby? Memang cece tadi dah keluar yah ama ko Roby?" Sambungku lagi sedikit terengah karena tangan cece tak berhenti meremas-remas penisku.
"Hhh...dia nakal Jo. Dia memang dah pengalaman kayaknya." Ce Mimi melepaskan tangannya dari penisku dan memeluk pantatku. Menempelkan seluruh badannya kebadanku. Terutama bagian selangkamgannya yang ia gesek-gesekkan kuat-kuat ke penisku. Semua dilakukannya ber-sinkronisasi seiring dengan irama musik yang menghentak.
"Cece dipegang-pegang yah?" Tanya ku lagi dekat telinganya.
"Hmm.." Ce Mimi hanya mendesah sambil mengangguk kecil. Ia seperti malas untuk berbicara dan hanya ingin menggerakkan tubuhnya untuk melepaskan gairah. Gairah untuk bergoyang dan gairah untuk orgasme. Tampak jelas dari gerakannya yang selalu menekan-nekankan seluruh bagian tubuhnya yang paling sensitif ketubuhku.
Nafsuku sangat terpancing oleh gerakan-gerakan cece. Kubalik tubuh cece dan kodorong tubuhnya kedepan hingga ia sedikit tertunduk dan menungging. Kedua tangannya bertumpu pada meja rias didepannya.
"Dipegang-pegang apanya?" Tanyaku lagi.
Ia hanya diam tertunduk menggoyang-goyangkan kepalanya mengikuti irama musik membuatku yang sudah dikuasai nafsu semakin penasaran.
"Dipegang ini nya yah?" Tangan kananku langsung menujuju dada ce Mimi dan meremasnya.
"Ahhh...!" Ce Mimi tampak terkejut dengan kenekatanku. Tapi ia tidak memprotes atau melarangku sama sekali.
Kucondongkan tubuhku hingga dadaku menempel kepunggungnya sementara tanganku sekarang dua-dua nya meraba dan meremas kedua buah dadanya. Panisku kugoyang dan tekan-tekan kepantatnya yang empuk kuat-kuat.
"Dari dalam atau dari luar?" Tanyaku lagi didekat telinga nya.
Ce Mimi diam saja.
"Dari dalam atau dari luar?" Tanyaku lagi sambil meremas kedua buah dadanya dengan kuat.
"Agghhh...!" Ce Mimi mendongakkan wajahnya. Mungkin merasa kesakitan karena remasanku.
"Dari...da..a..lam..!"
Jawaban yang sudah kuduga. Kuingat tadi di diskotik kulihat tangan ko Roby masuk kebalik tank top ce Mimi.
"Seperti ini?" Tanya ku lagi sambil kumasukkan kedua tanganku secepat kilat kebalik tanktop dan bra nya sekaligus. Meremas dua buah dadanya yang bulat dan menggemaskan langsung dengan gemas.
"Ahhh...Jooo..!" Ce Mimi setengah berteriak.
"Oohh..dada ce Mimi betul-betul lembut dan kenyal sekali." Aku semakin bernafsu. Ukurannya tidak sebesar punya Thya, pas dalam setangkupan tanganku.
Ku belai dan kuremas kedua dada nya terus menerus sesukaku. Dan karena gerakan kedua tanganku tank top ce Mimi perlahan terdorong semakin keatas mengakibatkan kedua dadanya terbuka tanpa penutup apa-apa lagi.
"Ahh..cece...dada lu kenyal sekali ce." Kataku mengacau.
Kubalik tubuh ce Mimi agar menghadapku kembali. Aku mau melihat dada nya dengan jelas.
Ketika ce Mimi berbalik kutertegun sejenak. Dadanya sangat indah sekali. Bulat hampir sempurna, dengan dihiasi puting yang kecil. Dan sangat kencang.
"Cece....indah banget ce.."
Kumajukan wajahku perlahan. Kutangkap langsung puting ce Mimi yang sudah keras menegang dengan mulutku. Kuhisap dan kugigit-gigit kecil dengan gemasnya kiri dan kanan bergantian.
"Ahh...gila lu Jo..!" Ce Mimi berteriak-teriak.
"Berani lu Jo mesumin gua kayak gini...ahhh..... cece lu sendiri...hhhh...." Tubuh cece menggeliat-geliat.
Aku tak peduli. Aku peluk tubuh cece ku rapat sambil terus kulumat dan permainkan dada nya dengan mulut sampai dadanya penuh dengan air liurku.
Dalam nafsuku tanganku bergerak menurunkan retseleting celana jeansku. Penisku terbebas menekan dan menggosok selangkangan ce Mimi berusaha mencari kenikmatan.
"Ahh...gila lu Jo...aduuh...aduhh...! Ce Mimi terus saja mengerang dan mengaduh. Kepalanya tetap bergoyang kencang kekanan dan kiri. Lengannya memeluk wajahku kuat kedadanya. Sementara pantatnya pun ditekan-tekankan kepenisku. Ce Mimi seperti sedang berada dalam keadaan "Trance"
"Cece..!" Aku sedikit menggeram.
Kuangkat tubuh ce Mimi. Ce Mimi memelukku kuat dengan kedua tangan dan kakinya. Kubawa, dan kurebahkan ia ketempat tidur.
Tubuhku ikut terjatuh menindih tubuhnya. Kucium dan kulumat lagi puting dada ce Mimi. Tak puas-puas aku mengerjai kedua dada nya.
Sambil menciumi dadanya tanganku menarik tank top dan bra ce Mimi keatas. Ce Mimi tak menolak. Bahkan ia mengangkat kedua tangannya keatas kepala memudahkanku melepas pakaiannya.
Kupandangi tubuh cece ku yang sangat indah.
Perlahan wajahku mendekati wajah cece.
"Tubuh cece sexy banget." Kataku terengah-engah.
Kulihat dalam keremangan cece masih seperti berada dalam keadaan sadar tapi tak sadar. Rambutnya acak-acakan sudah. Wajahnya menengadah keatas masih terus bergoyang kekiri dan kanan sedikit basah oleh peluhnya. Matanya setengah terbuka. Erangan dan desahan yang merdu merangsang keluar dari mulutnya yang setengah terbuka.
Nafsuku sebenarnya sudah diujung tanduk menuntut untuk dikeluarkan. Dan kemungkinan bila kugesek-gesekan penisku dalam keadaan sekarang ini tidak lama juga aku akan keluar. Tapi ada niatan dalam hatiku ingin berusaha semaksimal mungkin dalam kesempatan ini. Aku ingin membuka bagian bawah tubuh cece ku.
"Terus tadi ko Roby megang-megang bagian mana lagi ce?" Aku memajukan wajahku dan berbisik ditelinganya memainkan muslihatku.
Cece awalnya terdiam saja seperti tidak mau menjawab. Mungkin masih malu. Tapi kemudian kuulangi lagi pertanyaanku berbisik sambil dengan sengaja sedikit meniup-niup menggelitik kupingnya.
"Hhh...bawahnya." Akhirnya keluar juga suara dari mulut cece ku. Pelan.
"Bawahnya apanya?" Tanyaku memancing.
"Memek gua." Katanya lagi pelan sekali.
"Kayak begini!" Tanyaku lagi sambil tanganku bergerak menggosok dan menekan selangkangannya.
"Aduhh....i..iya...hhhh....nakal lu Jo." Jawab ce Mimi terengah-engah. Kurasakan pantatnya terangkat-angkat seperti melawan rabaan telapak tanganku diselangkangannya.
Perlahan-lahan sambil menggosok dan menekan selangkangannya tanganku pun dengan kreatif membuka kancing dan seleting celana ce Mimi.
"Dari luar atau dari dalam?" Tanyaku kembali memancing.
"Hhh... Jooo...."
"Dari dalam atau dari luar?" Ku ulangi pertanyaanku.
"Dari...dari...dalam..."
"Shit..!" Jawaban yang lumayan mengejutkanku.
Ternyata ko Roby tadi juga sudah berhasil merabai vagina cece ku secara langsung. Hebat juga dia. Baru kenal sudah bisa meng-akses semua perabotan ce Mimi.
Ketika kancing dan seleting celana ce Mimi sudah terbuka, kumasukkan tanganku secara perlahan. Merayap melalui bulu-bulu halus mencari lubang kenikmatan ce Mimi.
"Kayak begini?" Tanyaku lagi ketika jariku akhirnya sampai pada tujuannya. Terasa lubang itu sudah penuh dengan cairan kenikmatan yang lengket.
"Aaahhh.....Joooo...!" Ce Mimi setengah berteriak kembali. Tubuhnya seperti mengejat sesaat terkejut. Tapi tetap tak ada penolakan ataupun usaha untuk menghentikan tanganku dari dirinya.
Wajah ce Mimi masih menengadah sambil bergoyang kekanan dan kiri. Dua tangannya terpentang jauh keatas kepalanya meremas seprei. Sementara kedua kakinya malah perlahan membuka mengangkang. Seakan memberi akses untuk jariku meng-explor lebih jauh lubang kenikmatannya.
Sambil kumainkan jariku pada vagina kuciumi dan jilati lagi kedua dada ce Mimi. Perlahan-lahan mulutku turun menyusuri kelembutan kulit tubuh ce Mimi. Saat ciumanku semakin turun keperutnya kubarengi dengan aksi tanganku yang menarik turun celana ce Mimi. Perlahan-lahan celana jeans berikut celana dalam ce Mimi turun membuka. Mataku yang sudah sangat terbiasa dengan keremangan menikmati pemandangan indah yang tersaji dihadapanku. Kulit putih mulus ce Mimi disekitar paha, perut, dan pusat selangkangannya. Hutan pubik diarea kecil diatas lubang kenikmatan. Walau area yang ditumbuhi bulu sedikit, tapi bulu nya sangat lebat dan hitam. Serta aroma samar-samar vagina basah yang keluar.
"Fuck!" Semuanya membuat jantungku yang sudah berdetak sangat cepat menjadi lebih cepat lagi. Sampai tubuhku gemetar karena saking semangatnya.
Tapi ketika celana ce Mimi sudah hampir sampai kedengkulnya ce Mimi tersentak bangun.
"Jo sudah Jo....kita sudah terlalu jauh. Jangan sampai begini." Ce Mimi menahan celananya. Tampaknya ia tersadar.
"Gak apa-apa ce. Jo cuma mau lihat." Kataku berusaha membujuknya sambil terus berusaha menurunkan celananya.
Terjadi adu kekuatan antara aku yang bernafsu menurunkan dan ce Mimi yang berusaha mempertahankan celananya beberapa saat.
"Please Jo..ingat kita kakak-adik." Ce Mimi terengah-engah memelas berusaha bertahan dengan sisa-sisa kekuatannya.
Ia bahkan sudah mulai menangis.
Seperti diguyur air yang dingin dikepala aku tersadar dari nafsu ketika melihat ce Mimi menangis.
Kulepas tanganku dari celananya.
"Maaf ce...maafn gua. Jo sudah kelewatan." Kataku sambil terduduk terdiam. Nafasku masih terengah-engah.
Ce Mimi merapikan celananya kembali. Ia masih menangis sesegukan menutup mukanya.
Kuambil dan minum sebotol mineral water sampai habis.
"Gila!" Rutukku dalam hati.
Bertepatan dengan itu kurasakan pengaruh pil setan dalam tubuhku menghilang. Aku memasuki fase "nge-drop." Tubuhku terasa lemas tak bertenaga. Dan seluruh nafsu yang menguasai hilang begitu saja.
Kuberanjak bangun kekamar mandi untuk kencing dan juga membasuh wajahku. Aku sempat terdiam sejenak merenungi apa yang baru saja terjadi tadi.
Sisi baikku mempertanyakan dan mengutuk perbuatanku. Mengapa aku tega berbuat seperti itu kepada cece ku sendiri. Tapi sisi jahatku mengatakan sayang sekali. Sedikit lagi saja, mungkin aku bisa merasakan kenikmatan vagina cece ku.
Ahh...sudahlah, apapun yang sudah terjadi sekarang percuma juga. Tubuhku lemas sudah dan nafsuku yang menggebu-gebu pun hilang entah kemana.
Kumainkan dan kukocok-kocok penisku sambil membayangkan tubuh ce Mimi secara percuma. Penisku tak mau terbangun dari tidurnya, layu tak bertenaga lagi.
Masih sempat kumerenung, mungkin seperti ini rasa nya kalau menjadi impoten.
Mungkin aku terlalu lama berada didalam kamar mandi. Ketika kukembali kudapati ce Mimi sudah tertidur pulas. Ia masih bertelanjang dada.
Aku memandanginya sejenak. Pemandangan yang begitu indah. Karya cipta Tuhan yang begitu sempurna.
Kudekati perlahan dan kubelai rambut ce Mimi. Wajahnya berantakan dan masih basah karena peluh dan air mata nya.
kuturunkan kembali tanganku kebawah. Membelai leher dan dadanya.
Sungguh lembut dan halus kulit ce Mimi.
Otak iblisku sempat berpikir, ini kesempatan emas ku untuk kembali memesuminya. Tapi tubuhku sudah tak bertenaga untuk mengikuti perintah otakku.
Dan "Jo Junior" yang tertidur pulas dibawah sana tak mengindahkan lagi panggilan tuannya.
"Damn u...junior!"
Kumengambil tempat disebelah ce Mimi dan jatuh tertidur.
Singkat cerita, kami terbangun dan kembali ke kost. Aku mengambil motorku langsung pulang kerumah. Tak ada percakapan apa-apa antara kami. Ce Mimi bahkan terkesan sengaja mendiami aku. Mungkin ia masih malu dengan apa yang baru saja terjadi diantara kami.
Sampai kemudian berhari-hari, bahkan berminggu-minggu ce Mimi mendiami aku.
Aku mulai kesal dan uring-uringan. Aku terus-menerus sms dan telp ce Mimi, berusaha meminta maaf, dan mencairkan suasana. Membujuk-bujuk ce Mimi agar tidak malu kepadaku. Aku akan jaga rahasia dia, aku masih mau ikut dugem dengannya dan tidak akan kelewatan, dan lain-lain nya lagi.
Sampai 2 bulan kemudian ketika aku mulai berputus asa, ce Mimi menelpon aku.
Saat itu malam minggu. Malam dimana rasa rinduku memuncak jika mengingat semua pengalaman-pengalamanku dengan ce Mimi. Mungkin saat itu ce Mimi sedang teringat juga akan aku.
Kami ngobrol dan ce Mimi bercerita panjang lebar. Ia bilang awalnya ia sangat malu dengan apa yang sudah kita lakukan. Ia merasa bersalah sebagai kakak, dan lain sebagainya. Tapi ternyata dalam beberapa hari terakhir saat ia pergi dugem dengan kawan-kawannya ia merindukan aku. Ia berterus terang pernah mencoba mengajak pergi dugem kawan cowoknya yang sebenarnya diam-diam dalam masa pendekatan dengannya dua kali. Tapi hasilnya kurang memuaskan.
Yang satu terlalu jaim dan over-protective. Yang satu terlalu kurang ajar dan grasak-grusuk.
Aku tertawa-tawa mendengar semua cerita ce Mimi. Dan juga mengatakan kalau aku sangat kangen padanya. Kangen pada masa-masa kita berpelukan, saling sentuh, dan saling memuaskan.
"Dasar lu,...lu mah kangen ama badan gua. Bukan sama gua nya." Kata ce Mimi saat itu mengejekku.
Aku juga merengek-rengek untuk meminta dia mengajakku lagi ke diskotik. Ce Mimi berjanji akan mengajak aku lagi malam minggu depan karena hari itu sudah terlalu malam. Dan juga tidak ada siapa-siapa lagi kawannya yang mau berangkat malam itu. Tapi karena rengekanku akhirnya dia mengalah dan berjanji untuk pergi berdua saja denganku esok pagi kediskotik "kuburan."
Kebetulan ia masih mempunyai simpanan "I" 1 butir yang belum terpakai, sehingga kita tidak perlu repot cari-cari lagi sebelum ritual.
Aku tak sabar menunggu pagi malam itu sampai berharap dan berdoa kepada dewa mesum agar tiada halangan yang akan mengacaukan rencana kami esok pagi.
Jam 7 pagi aku sudah tiba dikost ce Mimi. Aku sudah siap sekali untuk ber "Mesum ria". Aku memakai kemeja tangan pendek dan celana bahan. Tentu saja tanpa celana dalam. Kupikir celana bahan yang lebih tipis dari pada jeans tentulah akan memberikan rasa lebih saat nanti aku menggesek-gesekkan penisku pada pantat ce Mimi.
Ce Mimi pun berpenampilan sangat segar dan menggoda. Kaos ketat tanpa lengan "u can see" dipadu dengan rok mini yang sebenarnya tidak terlalu pendek. Sedikit diatas dengkul, tapi tidak ketat, malah terkesan melebar dibawah. Rambutnya dikuncir kuda. Panampilannya seperti anak-anak abg di komik Hentai Jepang.
Ketika dimobil aku meminta ce Mimi untuk segera membelah dan menelan pil "vitamin" kami dengan sedikit menakut-nakuti kalau berbahaya membawa barang semacam itu dimobil. Takut kena razia.
Padahal dalam otakku biar rencana kita tidak ada kata batal, walau misalnya ternyata diskotik yang kita tuju tutup seperti saat sebelumnya, ce Mimi yang sudah on akan terpaksa mencari tempat alternatif lain. Seperti hotel kemarin.
Ce Mimi sempat menggoda ketika ia melihat aku memakai celana bahan tidak seperti penampilanku sehari-hari biasanya. Dan ia pun menebak kalau aku tidak memakai celana dalam, karena memang sudah tampak tonjolan dipangkal celanaku.
Aku tertawa-tawa saja balas menggoda nya. Aku bahkan menantang dia untuk tidak memakai bra. Aku bilang cobain saja, sensasinya pasti lebih berbeda. Dag dig dug serem-serem takut ketauan orang tapi menantang.
Ia hanya tersenyum-senyum saja.
Sesampainya di TKP keberuntungan memihak kami. Keadaan diskotik tidak terlalu ramai dan kami mendapat tempat sangat dipojok yang gelap agak jauh dari orang-orang terdekat. Yang terdekat dengan kami hanya tampak para perempuan-perempuan malam yang sedang menari bersenang-senang bersama.
Mungkin mereka baru mendapatkan hasil yang lumayan semalam.
Aku dan ce Mimi memulai ritual kami dengan bebas gembira. Mungkin karena sudah lama tak bertemu, jadi kami seperti melepaskan rindu yang tertahan. Seakan diskotik ini hanya milik kami berdua.
Entah mengapa, apa karena tubuhku yang sudah mulai tebiasa dengan kegelapan diskotik atau mungkin karena saat itu badanku memang fit dan aku begitu bersemangat. Mataku seperti bisa melihat sangat jelas gerak tubuh dan ekspresi wajah ce Mimi pagi itu. Dan aku begitu sangat menikmatinya.
1 jam pertama sudah lewat, aku semakin berani. Tanganku sudah meremas-remas kedua buah dada ce Mimi bergantian. Awalnya memang ce Mimi menghindar-menghindar. Tapi karena "ke-kekeuhan" aku yang terus menerus mencoba, lama-lama ia biarkan juga.
Memasuki 2 jam keadaan kami semakin hot. Tanganku sudah masuk kebalik baju dan rok ce Mimi. Mempermainkan puting buah dada ce Mimi. Tapi belum berjaya menyentuh vagina nya langsung. Ia masih saja menghindar-menghindar terus.
Suatu saat aku sedang berjoget berhadapan dengan ce Mimi kuturunkan seleting celanaku dan kukeluarkan penisku yang sudah sangat keras.
Kemudian kutarik dan kubimbing tangan kiri ce Mimi untuk memegangnya.
"Gila lu Jo!" Ia terkejut. Tapi tak melepaskan tangannya yang menggenggam penisku.
"Ngapain lu keluarin? Nekat yah."
Secara perlahan ce Mimi merabai dan meremas-remas penisku. Sepertinya ia penasaran. Mungkin ini penis pertama yang baru pernah ia sentuh secara langsung.
Kupeluk ce Mimi dan kudekatkan wajahku kesamping wajahnya.
"Ahh...enak ce. Terus remes nya turun naik gitu." Kataku dekat telinganya.
"Bener-bener mesum lu." Kata ce Mimi. Tapi tangannya terus mengikuti arahanku.
Beberapa saat kita bergoyang dengan tangan ce Mimi terus mengurut dan meremas penisku.
"Coba aja ce, berani gak buka juga. Sensasi nya mantap deh." Kataku terengah-engah mencoba memancing gairahnya.
Ce Mimi tersenyum menggoda. Perlahan ia bergoyang sedikit menjauhi tubuhku. Dan dengan gerakan-gerakan yang sensual ia merabai tubuhnya sendiri seperti seorang penari striptis yang menggoda pelanggannya.
Entah bagaimana cara nya, tau-tau bra ce Mimi sudah dimukaku.
Ia tertawa-tawa melihat wajahku yang sedikit menganga karena keheranan.
"Yah...kalo sekarang cuma atasnya doank sih basi lah." Kataku mengejeknya berusaha menutupi kebingunganku.
Ce Mimi malah kembali mengejekku. Ia memeletkan lidahnya kedepan wajahku kemudian melengos membelakangi. Memasukkan bra nya kedalam tas tangan dimeja sambil menggoyang pantatnya yang menungging.
Saat itu aku melakukan sesuatu yang membuat akupun terkejut akan diriku sendiri.
Saat ce Mimi menungging-nunggingkan pantatnya mengejekku tanganku bergerak dengan cepat, menelusup kebalik rok nya dan menarik celana dalam ce Mimi kebawah. Sampai jatuh kelantai walau masih tertahan dimata kakinya.
Ce Mimi yang terkejut dengan perbuatanku reflek bukan menarik dan merapikan celana dalamnya, tapi malah melepas seluruhnya dan langsung memasukkannya juga kedalam tas tangannya.
"Sedeng lu ade mesum. Kalo ketauan orang bagaimana?" Gerutunya.
Aku hanya tertawa-tawa saja kesenangan. Sampai berjingkrak-jingkrak melompat-lompat dengan kedua tangan keatas. Puas sekali rasanya bisa membalas godaan ce Mimi.
Ce Mimi yang melihat tingkah laku ku yang kegirangan seperti anak kecil tersenyum kemudian memelukku.
"Dasar adek gila!" Wajahnya yang merajuk disembunyikan kedadaku.
Aku merasa saat itu kami mesra sekali. Seperti orang pacaran saja.
Komentar