Langsung ke konten utama

Istri Tidak Kunjung Sehat Anak Angkat pun Disikat

PEKERJAAN Diding, 47, memang serabutan, sedapatnya. Sampai-sampai soal seks pun juga serabutan. Bagaimana tidak? Istri sakit tak kunjung sehat, kepalanya jadi pusing. Anak angkat yang dipeliharanya dari kecil, diam-diam dipaksa “melayani” sampai 10 kali. Akhirnya Munah, 17, mengadu pada orangtua kandungnya, dan Diding pun ditangkap.

Orang mengambil anak angkat biasanya karena tak punya anak sendiri. Kepada anak angkat tersebut dia bisa menumpahkan kasih sayangnya , sebagaimana galibnya setiap orangtua. Syukur-syukur nanti bisa mengurus kedua orangtuanya ketika sudah udzur, tidak bisa ke mana-mana. Paling tidak, harta miliknya kelak bisa diwariskan pada si anak angkat, bukan hanya dijadikan bancakan keluarganya yang lain.

Diding warga Sukaratu, Pandeglang, sebetulnya bukan orang mampu. Pekerjaannya pun di “PT Tempo” tempo-tempo kerja, tempo-tempo tidak. Tapi karena ingin sejarah hidupnya tak putus, dia mencoba mengambil anak angkat. Sejak ada Munah di rumahnya semenjak bayi, kehidupan keluarga Diding jadi semarak.

Manusia itu hanya berencana sedangkan Allah Swt yang menentukan. Ketika Munah sudah berangkat remaja, istri Diding terkena penyakit yang tak kunjung sembuh. Maklum, obat-obatan di puskesmas tak mampu menanggulanginya. Sedangkan keluarga Diding juga tidak ikut BPJS. Ke rumahsakit besar, Diding tak mampu karena kebanyakan rumahsakit kini berpihak pada orang kaya. Rumahsakit sudah kehilangan fungsi sosialnya, semua cari untung.

Sebagai orang miskin, kini Diding pusing multi dimensi. Pusing memikirkan biaya penyembuhan istri, juga pusing karena sudah setahun lebih tak diberi nafkah batin oleh istri. Padahal dalam usia belum kepala lima, Diding sedang kuat-kutnya, rosa-rosa kayak Mbah Maridjan.

Setan pun kemudian datang dan mengompori. Katanya, tak usah galau, kan masih ada anak angkat yang cantik. Ketimbang Munah nganggur, kenapa tak dimanfaatkan saja. Hidup itu harus praktis, mana yang ada dulu. “Karena istri tak bisa melayanimu, anak angkat boleh juga didaya-gunakan seoptimal mungkin, Bleh…..” kata setan meyakinkan.

Hati nuraninya mengingatkan, jangan, nanti bisa repot kalau jadi urusan polisi. Tapi setan membantah, apanya yang repot? Memangnya Diding itu anggota DPR, jika ada masalah hukum harus seizin presiden? Diding kan warga masyarakat biasa, jika mau dipanggil polisi paling-paling izin Pak RT. Itu pun kalau polisinya mau.

Karena diback up setan, Diding jadi makin pede saja. Pada sebuah kesempatan Munah benar-benar dirayu-rayu agar mau melayani hasratnya. Karena diancam, akhirnya anak angkat itu pasrah. Sampai 10 kali dia menodai anak angkatnya. Setiap habis kencan Munah diberi uang Rp 50.000,- tanpa PPN 10 %.

Enak bagi Diding, sangat tersiksa bagi Munah. Maka diam-diam dia melapor pada orangtua kandungnya. Tentu saja mereka marah, sehingga bapak angkat celamitan itu dilaporkan ke Polres Pandeglang. Tanpa perlawanan Diding digelandang ke kantor polisi. Dalam pemeriksaan dia mengakui terus terang, terpaksa menggauli anak angkatnya, karena setahun lebih tak dilayani istri. “Bayangkan Pak, apa saya nggak pusing?” kata Diding seakan cari pembenaran. (JPNN/Gunarso TS)

Komentar