Langsung ke konten utama

Hanya Perbaiki Warung, kok, Dituduh Masuk Sarung

BANG MAMAN, 37, ini memang serba bisa. Bawa becak motor bisa, nukang juga mahir. Tapi sial, gara-gara perbaiki warung Ny. Resti, 40, tetangga sendiri, malah dituduh suaminya “ada main”. Tak sekedar tuduhan, tangan pun beraksi. Tahu-tahu Maman disiram air keras oleh orang suruhan Togap, 45. Tentu saja badan melepuh!

Bini tetangga yang cantik memang sering mengundang masalah, lebih-lebih bila suaminya pencemburu. Ada makhluk lawan jenis nampak akrab dengan istrinya, sudah dituduhnya mau berbuat selingkuh. Padahal sejatinya keakraban itu sekedar tata cara bergaul antar tetangga, tanpa ada maksud untuk menggauli. Biar bagus bentuk tubuhnya, tak ada niat untuk menyetubuhi. Pokoknya tak ada niat yang hil-hil mustahal.

Di Jalan Sisingamangaraja, Desa Sitamiang, Kecamatan Padang Sidempuan, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, Ny. Resti bini Togap terkenal paling cantik di antara ibu-ibu yang lain. Dalam usia baru 40 tahun, penampilannya sungguh menjanjikan. Orang bilang, STNK alias setengah tuwa ning kepenak. Padahal yang tahu kepenak dan tidaknya, tentu hanyalah Togap seorang, selaku suaminya.

Karena kecantikannya pula, para tetangga menganggapnya sebagai “ikan hias” saja. Maksudnya: Resti hanya enak untuk dilihat-lihat, tak bisa untuk digoreng. Sebab otoritas “penggorengan” mutlak pada Togap selaku suaminya. Oleh karena itu, para lelaki yang membayangkan bisa menggoreng “ikan hias” Resti, suka tidak suka harus kembali pada “ikan asin” masing-masing di rumah.

Adalah bang Maman, warga setempat yang pekerjaannya jadi pengemudi becak motor (betor). Tapi bila pas tidak narik, jadi tukang kayu dan batu juga lumayan mahir. Berkat keahlian ganda tersebut, penghasilannya lumayan, karena banyak juga tetangga yang menyuruhnya bikin rumah atau bikin meja kursi.

Sekali waktu istri Togap menyuruh Maman untuk membetuli atap warungnya yang bocor. Namanya tetangga dekat yang minta tolong, tentu saja langsung diprioritaskan. Apa lagi Ny. Resti ini sangat baik pada keluarganya. Bawa apa saja dari kampung, keluarga Maman pasti ikut menikmati oleh-olehnya. Ada singkong, ada pisang, semua kebagian.

Begitulah, Maman mengerjakan atap rumah Togap dengan seksama, sambil disambi bercanda ria dengan Ny. Resti. Ini sekedar obrolan biasa antar tetangga, tapi teryata Togap menilainya lain. “Kok kamu akrab sekali dengan Maman, sudah diapain saja kamu?” kata Togap bernada cemburu.

Tentu saja Resti membantah tuduhan suaminya. Kalau dia akrab bergaul dengan Maman, itu karena tetanggaan saja, tak ada niat untuk menggauli. Tapi rupanya Togap tak bergeser dari tuduhannya. Bahkan mimpi buruk itu selalu membayangi. Togap selalu membayangkan, ketika dia tak di rumah Maman selalu menggauli bininya yang cantik itu. “Jadi aku ini hanya dapat sisaan atau restan saja. Bedebah….” begitu makinya.

Diam-diam dia menyuruh dua orang kenalannya untuk “mengerjai” Maman. Pas dia pulang narik betor, tahu-tahu ada orang menyiramkan air cuka ke tubuhnya. Tentu saja mbanyaki. Sementara Maman dilarikan warga ke RS, para pelakunya berhasil ditangkap dan ternyata otaknya memang Togap. “Saya berharap mereka dihukum setimpal,” kata Maman sambil terkapar di rumah sakit.

Tuduhan perselingkuhan memang lebih kejam dari pembunuhan. (Gunarso TS)

Komentar