Langsung ke konten utama

Kisah Cinta Bung Karno dan Geisha Kelab Malam Jepang

Sabtu, 8 Agustus 2015, 06:52 WIB
VIVA.co.id - Ia lahir tahun 1940,
anak perempuan ketiga seorang
pekerja bangunan di Tokyo. Ia lahir
dari keluarga sederhana, sehingga
Naoko harus bekerja sebagai
pramuniaga di perusahaan asuransi
jiwa Chiyoda, sampai ia lulus sekolah
lanjutan pertama pada tahun 1955.
Wanita berdarah Jepang ini adalah
seorang geisha. Dalam bahasa
Jepang, geisha berarti "orang seni"
atau orang yang terampil dalam seni
tradisional Jepang seperti musik,
tari, menyanyi, dan upacara minum
teh.
Kebanyakan orang mengira geisha
adalah pelacur. Geisha sejati jarang
terlibat hubungan seksual dengan
pelanggannya. Peran utama geisha
adalah sebagai penghibur.
Para geisha biasanya dipanggil ke
pesta di mana mereka bertugas
menghidupkan suasana dengan
menari, menyanyi, atau cara lain.
Dalam buku Total Soekarno karya
Roso Daras diceritakan bahwa Naoko
menekuni profesi geisha di Akasaka’s
Copacabana di Tokyo, salah satu
kelab malam favorit yang sering
dikunjungi para tamu asing.
Selanjutnya... Soekarno dan Naoko di
kelab malam...

Ke kelab inilah Sukarno datang pada
16 Juni 1959. Ia bertemu Naoko.
Kecantikan Naoko membuat Bung
Karno jatuh cinta.
Dengan dicomblangi Masao Kubo,
Bung Karno berkesempatan berjumpa
kembali dengan Naoko di hotel
tempat Bung Karno menginap.
Setahun kemudian, ia mengundurkan
diri dari profesi geisha. Tak lama,
Bung Karno segera melayangkan
undangan kepada Naoko untuk
berkunjung ke Indonesia. Soekarno
bahkan menemaninya dalam salah satu
perjalanan wisata ke Pulau Dewata.
Tiga tahun kemudian, tepatnya 3
Maret 1962, Naoko menerima
pinangan Bung Karno, dan mengganti
namanya dengan nama pemberian
Soekarno. Naoko Nemoto menjadi
Ratna Sari Dewi. Orang-orang
kemudian menyebutnya Dewi
Soekarno.
Bung Karno menikah dengan Dewi dan
dikaruniai satu putri, Kartika Sari
Dewi Soekarno atau Kartika
Soekarno, dan akrab dipanggil
Kartika Sari Dewi.
Pada akhirnya Ratna Sari Dewi dan
Hartini yang begitu terlibat secara
emosional dengan Bung Karno di hari-
hari terakhir kehidupan Bung Karno
sebelum mangkat.
Hartini yang setia mendampingi di
saat ajal menjemput. Hartini tahu,
dalam keadaan setengah sadar di
akhir-akhir hidupnya, Bung Karno
membisikkan nama Ratna Sari Dewi.
Hal itu diketahui pula oleh
Rachmawati.
Rachmawati, putri Bung Karno yang
paling sering mendampingi bapaknya
di akhir hayat, luluh hatinya. Tak ada
lagi rasa "tak suka" kepada Hartini
maupun Ratna Sari Dewi.
Rachma sadar, ayahnya begitu
mencintai Hartini dan Dewi, sama
seperti besarnya cinta Bung Karno
kepada Fatmawati, ibunya. (one)

Komentar

Axaraku mengatakan…
hmmmm