Langsung ke konten utama

KASIH SAYANG SEORANG PREMAN 4 (oleh Arba'in)

Kemudian ia menengok dari balik pintu kamar buah hatinya yang sedikit terbuka, melihat anaknya tampak baik-baik saja ia lantas pergi ke kamar mandi untuk menyiram tubuhnya agar hanyut dalam kesegaran, meluruhkan keringat dan bau badan serta meleburkan segala lelah, penat dan gundah setelah bekerja.

Usai mandi dia langsung berganti pakaian dan bergegas ke kamar buah hatinya.

greek suara pintu di dorong dan....

"halooo aayyaaaah klabruuuk sambutan anaknya dengan teriak riang dan langsung memeluk ayahnya.

"yaah ayaah tadi tho adek kaan main kejal-kejalan ama temen-temen, teluus kalena calah catu temen adek ada yang gak ati-ati jadi jatuh dueeh lalu nangis kenceng banget, teyuus...teyuuus ayahnya dateng, abis ntu kejal-kejaalanya celecai deh" ceritanya dengan nyerocos pada ayahnya.

"tapi adek gak apa-apa kaan?" sembari mencium gemas pipi anaknya.

"enggak dong kaan anak ayah celalu ati-ati, cepelti kata ayah 'anak yang baik kaan celalu ati-ati dan gak nakal'." tegasnya dengan bangga.

"pinter anakku, ayah di sun dulu tho!" semakin erat peluk kasih sayangnya.

Secara bertubi-tubi si Anak mencium ayahnya dengan gemas dan manja.
Seketika itu pula si Preman tanpa sadar menitikkan air mata dan dalam hatinya ia merajut seuntai harapan...

"Duhai anakku, tak banyak perihal yang bisa ayah berikan untuk melukiskan jatidirimu, ayahmu adalah seorang berandalan, tidak satupun sifat terpuji yang dapat ayah contohkan terhadapmu, ayah juga merasa sangsi jika ingin menasehatimu, ayah merasa tidak pantas menjadi sosok kepala rumah tangga yang berkewajiban membimbing istri dan buah hati, hanya do'a dan harapan ayah untukmu naak 'MUDAH-MUDAHAN KELAK ENGKAU SENANTIASA MELANGKAH DI JALAN YANG BENAR DAN JANGAN SAMPAI TERSESAT SEPERTI AYAHMU INI'."

Tangisnya pecah tak terbendung tatkala dalam hati ia memanjatkan seuntai asa terhadap putri semata wayangnya.

Ketika menyadari sang ayah menangis si anak bertanya dengan polos dan heran.

"Kenapa ayah menangis?" sambil mata berkaca-kaca.

Tak ada jawaban dari si Preman hanya pelukan lembut yang penuh kasih sayang dan hal itu membuat si kecil yang tidak tau apa-apa seakan ikut merasakan betapa rasa haru yang saat itu menyelimuti ruang lingkup mereka hingga membuatnya ikut menangis.

Tak hanya mereka berdua yang hanyut dalam tangis mengharu biru, akan tetapi juga si istri yang sebenarnya sedari tadi berdiri di depan pintu kamar anaknya dengan membawa nampan berisi makanan dan minuman untuk sang Suami terpaksa terpaku berdiri dan dalam sanubari ia ikut terharu menyaksikan betapa kasih sayang Suaminya yang notabene penjahat itu mampu menembus kalbu buah hatinya dan tak terasa ia pun berlinang air mata, kemudian ia meletakkan makanan di lantai begitu saja dan bergegas memeluk Suami dan Putrinya, dalam hati ia pun berkata...

"Andaikan dari dulu aku menyadari betapa mulia dan tulus kasih sayangmu, sungguh aku tak akan menolak untuk engkau nikahi, namun semua telah terjadi dan kini kita telah resmi sebagai Pasutri meski bermula dari jalan kelam dan kefatalan. Aku bersyukur pada Ilahi Robbi karena telah mengirimkan suami yang tulus dalam menyayangi dan mengasihi keluarga, engkau bekerja keras tak kenal lelah untuk menghidupi kami, kau tanggalkan harga diri di luar sana namun kau sucikan jati dirimu dalam keluarga, sungguh engkau sosok kepala keluarga yang luar biasa bagiku dan anak kita".

Tak ada sepatah katapun yang keluar dari bibir mereka bertiga hanya tangis si kecil yang menggema dan pada akhirnya....

hix hix hix, huuwaaaa :'( :'( :'(
Suara tangis syahdu, menggebu, mengharu biru dari mereka serempak memecah keheningan.

· · ·
.

Ditulis oleh : Muhammad Arba'in Setiawan
.
.

*) Semoga dapat mengambil hikmah. Aamiin.

Komentar

rizal mengatakan…
Lanjut ... :D maklum aku gak bisa komentar panjang ,karna aku gak bisa nulis panjang ,brcnda mbah preman
laso tonggo mengatakan…
Wah sudah beralih ke cerita religi nih...hehehe...