Langsung ke konten utama

KASIH SAYANG SEORANG PREMAN 3 (oleh Arba'in)

braaaaakkkk uhuuuk krepakkk suwoooor. Suara bantingan yang cukup keras, meremukkan tulang sekaligus membuat si Pemalak terbatuk dan muntah darah, seketika itu pula si pemalak menghembuskan nafas terakhir.

*) Inna lillahi wa inNASIONAL semoga amal buruknya diterima dan arwahnya dikirimkan langsung tanpa pending ke neraka-NYA aaamiin.

Setelah melenyapkan nyawa si Pemalak, kemudian ia melanjutkan perjalanan pulang yang tinggal 500 Meter lagi sampai.
Meski begitu terik mentari yang panas, jalan yang kumuh ditambah jarangnya pepohonan membuat langkah kaki untuk pulang kian berat dan seakan terasa amat jauh.

Dan tibalah ia di depan rumahnya, dengan peluh keringat berkucur, rasa penat, lapar, lelah, lesu berbaur menjadi satu seakan membentuk aliansi untuk meremukkan stamina si Preman.
Di daun pintu berdiri sebujur jasad putih, mulus dan tinggi sedang bersandar di tepian pintu dengan seuntai senyum santai dan agak sinis yang mengisyaratkan 'menagih sesuatu' lalu tanpa sepatah kata sosok tersebut menyodorkan tangan.

Seolah mampu membaca pikiran dan apa yang dikehendaki sosok tersebut, si Preman memasukkan tangan kesaku celana mengambil sesuatu yang berdiam manja di dalamnya yang ternyata sebuah amplop coklat yang bagian depan tertempel SLIP yang menunjukkan rincian dan nominal.

Yach itu adalah gaji untuk bulan ini atas jerih payah si Preman dalam bekerja. Juga proses panjang yang hampir merenggut keselamatan bahkan nyawanya karena mempertahankan dari pemalakan dan perampasan. Dengan gagah berani halangan rintangan ia hadapi, segala halauan akan dia tepis, semua bentuk ancaman mampu ia tangkis hingga pada akhirnya mengalir dan berpindah ke muara lain tanpa hambatan, perlawananan sengit ataupun elakan yaitu ketika bidadari yang sudah pasti menjadi 'MENTERI KEUANGAN' di rumah tangga si Preman itu menyodorkan tangan.

Sosok yang berdiri di depan pintu menanti datangnya si Preman tak lain adalah istrinya, dia adalah wanita cantik jelita dan merupakan primadona di kampung halamannya yang membuat pria manapun terpesona tak terkecuali si Preman dan sudah banyak pria mapan dari berbagai kalangan mulai dari pejabat tinggi, wirausahawan hingga saudagar yang ingin mempersuntingnya akan tetapi ia selalu menolak dan mengatakan "aku belum siap", hingga pada akhirnya kejadian na'as menimpanya yang membuatnya terpaksa bersedia menikah lantaran di perkosa oleh si Preman berkali-kali hingga mengandung.

Tanpa pikir panjang, tiada rasa curiga, tak sedikitpun terlukis dari wajahnya rasa amarah dan dengan rendah hati ia berkata.

"Untukmu yang cantik jelita, ini gajiku hari ini, mudah-mudahan cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam 1 bulan ke depan" jelasnya dengan sopan dan nada pelan seakan takut serta penuh hormat.

Ketika proses 'serah terima' usai, si preman mengecup pipi istrinya dengan lembut meski sejatinya si istri tetap merasakan gesekan kasar dari kumis dan bibirnya yang pecah-pecah seperti 'kapalan' masih di tambah bau mulutnya yang sebusuk bangkai serta keringatnya yang bacin bak bau trasi yang membuat si Istri menahan nafas. Bau badan suaminya itu juga terkadang membuatnya berpikir.

"Pantesan aja Trasi di dapur sering habis ternyata dibikin deodoran untuk parfum badannya"
*) haha ngaco....

Lantas ia masuk ke dalam rumah dengan agak sempoyangan sembari bertanya pada istrinya:

"Sinok (panggilan di Jawa untuk anak perempuan) mana? Udah makan siang belum? Udah tidur siang kaan?". dengan nada peduli dan perhatian penuh.

Sungguh mengharukan, bukan soal makanan atau rokok dan kopi hitam favoritnya yang ia tanyakan, serta tentang air hangat untuknya mandi akan tetapi di tengah lelah dan laparnya diri, dia justru terfokus memikirkan anaknya.

"dia sedang di kamarnya tuh, katanya capek abis kejar-kejaran ama temennya" jawab istrinya santai.

Komentar