Cerita ini sumpah tidak ada hubungannya
dengan kasus Sapi yang menimpa salah
satu petinggi Partai, apalagi dengan
kenaikan harga daging sapi yang sampai
sekarang menggila harganya.
Cerita ini murni hanya khayalan dari
imaginasi liar sang penulis.
Namaku Juju. Delapan belas tahun. Hidup
di kota kecil. Ibuku Sri, seorang ibu
rumah tangga biasa. Keluarga kami
mempunyai kebun yang tak kecil – kecil
amat. Setelah lulus SMA, ayah
memaksaku membantunya mengurus
perkebunan.
Aku tak pernah berpikir aneh – aneh
terhadap ibuku. Hingga dua tahun yang
lalu, saat ayah membawaku ke kandang
sapi. Sapi kami hanya tinggal seekor sapi
jantan dan induknya. Tapi jangan salah,
sapi kami termasuk kualitas nomer
wahid. Ternyata hari itu ayah
mengawinkan sapi jantan itu dengan
induknya sendiri.
“Sekarang kita kawinkan mereka”
“Kenapa?”
“Agar kemurniannya tetap terjaga.”
“Tapi kan mereka sapi betina itu ibunya
si jantan?”
“Semua betina memang jalang. Dia
pasti senang dibuahi anaknya.”
Aku malu melihatnya, tapi kulihat sapi
jantan itu tak keberatan dan malah
kelihatannya senang – senang saja
membuahi induknya. Aku terkejut
menyadari betapa cepatnya sang induk
dibuahi.
Sejak saat itu, mulailah fantasiku akan
ibuku datang secara tiba – tiba. Lalu
setelah aku tahu warnet, aku terkejut
membaca betapa banyaknya cerita
tentang persetubuhan ibu dan anak
serta betapa banyaknya anak lain yang
juga memiliki fantasi sepertiku.
Nafsuku akan ibuku sendiri mulai
membara. Suatu sore di dapur ibu sedang
membersihkan meja, sedangkan sendok
piring dan gelas ditaruh dulu di lantai.
Lekukan pantatnya terlihat dari daster.
Untungnya ada rice cooker di lemari di
atas meja. Tiba – tiba keberanianku
muncul. Lalu aku mendekat, kutempelkan
kontolku ke pantat ibuku.
“Awas ma, aku mau ambil ricecooker di
atas”
Kugesek celanaku di dasternya sambil
mengambil ricecooker. Ibu terkejut tapi
tetap diam saat kuambil ricecooker. Lalu
ku taruh di tempat lain.
“Kenapa gak nyuruh mama aja
sayang.”
“Aku gak mau mengganggu ma”
Sejak saat itu aku pelajari beberapa trik
baru untuk menikmati ibuku saat ada
kesempatan. Kadang ibu menyuruhku
agar segera nikah. Mungkin ia menyadari
kalau aku sering mencuri kesempatan
“menikmati” tubuhnya, tapi ia tak
pernah marah dan menghentikanku.
Hingga tiba saatnya, cintaku berkhianat.
Eh, kok malah nyanyi, hehehehe….
Hingga tiba saat kulihat ayah dan bibiku
sedang bersenggama di dekat kandang
sapi. Mereka terkejut saat melihatku dan
tentu saja kelihatan tidak senang. Bibi
lantas pergi tapi ayah tetap ditempat.
"Kau takkan bilang pada mama atau
pamanmu.”
Aku terpaku beberapa saat.
“Ok. Tapi ada syaratnya.”
“Apa syaratnya?”
“Gimana rasanya kalau mama juga
seperti papa.”
“Akan kubunuh dia. Kenapa? Apakah dia
… “
“Tentu tidak. Tapi Juju punya
rencana.”
“Rencana apa?”
“Jika ayah ingin juju tutup mulut, maka
papa mesti biarkan apa yang akan juju
lakukin sama mama.”
“Emang mau ngapain”
“Sama seperti yang dilakuin papa sama
bibi”
“Maksudmu …”.
Aku mengangguk. Ayah terdiam
sebentar.
“Tapi dia mamamu!”
“Ayah juga dengan bibi. Tapi terus aja
tuh.”
“DIAM!
“Tapi gimana kalau mamamu gak
mau?”
“Itulah kenapa ayah mesti biarkan
juju.”
“Maksudmu kamu mau memaksa
mama?”
“Udahlah yah, pokoknya ayah tenang
aja. “
“Pikirmu mamamu mau apa?”
“Tidak, ayah tak bisa …”
“Yah, ayah kan senang – senang di sini.
Yang kumau hanya ayah biarkan juju.
Juju takkan lapor pada siapa – siapa,
asal ayah biarkan juju dan juju jamin
rahasia kita tetap aman.”
“Kau memang bajingan.”
“Gimana lagi, buah jatuh tak jauh dari
pohon.”
“Akan kubunuh kalau kau bicara.”
“Tentu saja tidak akan yah.”
Akhirnya kami tenang kembali dan
menjalani hidup normal lagi. Sorenya, aku
dan ayah bermain kartu. Cukup
menyenangkan hingga akhirnya ayah
mengajak bertaruh uang. Ibu hanya
duduk melihat sambil menyulam.
Ayah bilang kalau uangnya sudah habis.
Gimana kalau mama aja yang jadi
taruhannya, asal kamu “all in” semua
uangnya. Aku setuju. Tapi
keberuntungan tetap berpihak padaku.
Ayah kalah. Aku senang tiada terkira.
Ibu juga bercanda sambil bilang kalau
sekarang aku miliknya.
Akhirnya malam menjelang. Kami pun
tidur dan bangun di pagi hari. Ayah pergi
ke ladang dan kubilang padanya agar
membawa bibi ke ladang. Sehabis
sarapan, kututup semua pintu dan
kubilang pada ibu karena sekarang ia
miliku, maka sekarang ibu mesti duduk di
pangkuanku. Awalnya ibu terkejut dan
menolaknya, tapi setelah aku merajuk
akhirnya mau juga.
Setelah ibu duduk dipangkuanku, kuelus
susunya yang masih terbalut daster. Ibu
terkejut dan akan berdiri tapi kutahan
bahunya agar tetap duduk.
“Kamu ngapain nak? Aku ini ibumu!”
“Memang kenapa bu?”
“Tak boleh nak, aku istri ayahmu.”
“Ayah tak ada. Di sini hanya ada kita.”
“Tidak. Mengapa kau begini nak?”
“Karena aku ingin ibu.”
“Kau bakal dibakar di neraka jika kau
membuat ibumu menangis.”
“Tapi aku di surga mulai saat ini.”
“Juju, jangan nak. Biarkan ibu pergi.”
“Baiklah. Jika ibu buka seluruh pakaian
ibu dan ke kamar denganku.”
“TIDAK. Gimana bisa kau berkata
seperti itu?”
“Karena aku ingin kamu, ibu. Aku ingin
kamu terserah ibu suka atau tidak.”
“Tidak boleh bajingan. Di mataku kau
seorang pengecut.”
Aku marah mendengarnya. Kutekan
bahunya. Kubuka paksa dasternya
“Kita liat nanti siapa yang pengecut.
Ibu mulai menangis dan memohon agar
aku meninggalkannya sendiri. Ia
terbaring di lantai dan hanya terbalut bh
dan cd nya. Tapi justru malah terlihat
seksi. Aku pun berbisik pelan.
“Aku takkan melakukan apa apa bu asal
ibu berlutut.”
Ibu tak mendengarnya dan tetap
menangis.
“Lakukan bu atau ibu akan merasa
tersiksa sepanjang hidupmu.”
Ibu akhirnya berlutut dengan enggan.
Kulepas celanaku dan berdiri di
belakangnnya. Aku ikut berlutut dan
mulai kubuka cd nya. Ibu mulai menyadari
dan menahan cd nya tapi tenagaku lebih
besar. Saat cd nya mulai lepas ibu bilang
tidak dan mencoba menaikkannya
kembali.
Lalu kumasukan kontolku dari belakang.
Memeknya sangat kering dan lumayan
menyakitkan. Tapi cairan pelumasku
agak membantu. Ibu teriak dan bilang
tidak tapi tak bisa berbuat apa – apa.
Kutekan kontolku lebih dalam dan
berhenti.
“Oh yes bu! Jangan pedulikan
kesucianmu bu. Lihatlah sekarang. Siapa
yang membuka cd mu dan memasukan
kontolnya ke memekmu? Ibu tak suci lagi.
Dan aku, anakmu mengambil kesucianmu.
Kau bukan lagi ibuku sekarang!”
Kucabut kontolku dan kutusukan lagi.
Lalu kucium ibuku dari belakang.
“Tubuhmu sempurna bu. Tubuh seorang
dewi cinta. Jangan disia – siakan dengan
ayah saja.”
Kubuka bh nya dan kuremas susunya
dengan tangan kananku.
“Aku suka milikmu bu. Dan aku akan
menikmatinya kapanpun aku mau.”
Kuremas lagi susunya.
“Aku takkan berhenti. Bahkan jika ayah
datang, aku entot terus di depannya. Ia
akan mencoba melerai kita! Atau ia akan
membiarakan saja dan melihat istrinya
dientot. Tak perlu lagi khawatir akan
kesucianmu di matanya. Menurutmu ia
hanya ngentot kamu?
“Tinggalkan saja ia bu. Ia tak cocok
ngentot memekmu. Mulai sekarang juju
yang akan merawat ibu. Tinggalkan dia
dan tidurlah denganku. Kan kuurus ibu
tak seperti anak lainnya. Jika ibu mau,
ibu masih tetap jadi istrinya.”
Kumasukan lagi kontolku. Kuentot lagi.
Ibu menangis dan marah.
“Dasar kau tak punya malu. Kau
perkosa ibumu dan kau mau
melacurkanku?”
“Ibu takkan dilacurkan. Justru tubuh
ibu sangat berharga bagi juju. Juju
takkan menjual ibu. Ibu milik juju. Ibu
akan jadi ibu yang seksi. Ibu yang akan
mengurus kebutuhan sekskual
anaknya!”
“Tidak dalam hidupmu bajingan. Mungkin
kau memperkosaku sekarang tapi aku
takkan pernah menyerah padamu. Kau
tak layak untuk tubuhku.”
Aku tetap mengentotnya.
“OO… tapi ibu berikan tubuhmu pada
orang seperti ayah.”
“Ia orang baik. Ia tak memperkosa istri
orang lain.”
“Itu hanya pikiranmu bu.”
“Apa maksudmu?” ia tergugah,
mencoba menghentikanku dan melihatku.
“Jangan berhenti bu. Aku belum selesai
ngentot.” Aku tetap ngentot.
“Tapi.” Ia teriak saat kuremas
susunya keras keras agar perhatiannya
teralihkan.
“Ibu tahu ibu terlihat seksi saat sedang
kesakitan. Ini momenku bu. Jadi diam
saja biar aku menyelesaikannya!”
Ibu terdiam meski memeknya kuentot.
Yang terdengar hanyalah suara daging
beradu. Lalu kuturunkan tanganku dan
kuelus itilnya. Ibu mengerang saat
jariku menyentuh itilnya. Aku terkejut
lalu tetap memainkan itilnya. Lalu
kurasakan spermaku akan keluar.
Kutekan lebih dalam kontolku dalam
memek ibu.
Crot… crot… crot… akhrinya spermaku
keluar di dalam memeknya. Sesaat
kurasakan sesal telah kuentot ibuku lalu
aku ingat kata – kata ayah semua betina
memang jalang. Memikirkan ibu sendiri
membuatku menjadikannya betinaku.
Kucabut kontolku dan pergi ke kamar
mandi.
Saat keluar, kulihat ibu sudah kembali
memakai dasternya. Ia juga
membereskan semua barang. Aku
berpaling agar tak melihat wajahnya dan
pergi ke kamarku. Perasaanku campur
aduk. Aku merasah senang keinginanku
ngentot ibu terkabul. Tapi aku juga
merasa kasihan pada ibu. Aku tahu akan
lebih mudah seandainya ibu mau dientot.
Tapi tak mungkin bagi seorang ibu
memberikan tubuhnya pada anaknya.
Mereka harus dipaksa dan itulah yang
kulakukan. Aku keluar kamar beberapa
jam kemudian dan ibu sedang di dapur.
Kami berdua saling melihat dalam diam.
-- Bersambung --
dengan kasus Sapi yang menimpa salah
satu petinggi Partai, apalagi dengan
kenaikan harga daging sapi yang sampai
sekarang menggila harganya.
Cerita ini murni hanya khayalan dari
imaginasi liar sang penulis.
Namaku Juju. Delapan belas tahun. Hidup
di kota kecil. Ibuku Sri, seorang ibu
rumah tangga biasa. Keluarga kami
mempunyai kebun yang tak kecil – kecil
amat. Setelah lulus SMA, ayah
memaksaku membantunya mengurus
perkebunan.
Aku tak pernah berpikir aneh – aneh
terhadap ibuku. Hingga dua tahun yang
lalu, saat ayah membawaku ke kandang
sapi. Sapi kami hanya tinggal seekor sapi
jantan dan induknya. Tapi jangan salah,
sapi kami termasuk kualitas nomer
wahid. Ternyata hari itu ayah
mengawinkan sapi jantan itu dengan
induknya sendiri.
“Sekarang kita kawinkan mereka”
“Kenapa?”
“Agar kemurniannya tetap terjaga.”
“Tapi kan mereka sapi betina itu ibunya
si jantan?”
“Semua betina memang jalang. Dia
pasti senang dibuahi anaknya.”
Aku malu melihatnya, tapi kulihat sapi
jantan itu tak keberatan dan malah
kelihatannya senang – senang saja
membuahi induknya. Aku terkejut
menyadari betapa cepatnya sang induk
dibuahi.
Sejak saat itu, mulailah fantasiku akan
ibuku datang secara tiba – tiba. Lalu
setelah aku tahu warnet, aku terkejut
membaca betapa banyaknya cerita
tentang persetubuhan ibu dan anak
serta betapa banyaknya anak lain yang
juga memiliki fantasi sepertiku.
Nafsuku akan ibuku sendiri mulai
membara. Suatu sore di dapur ibu sedang
membersihkan meja, sedangkan sendok
piring dan gelas ditaruh dulu di lantai.
Lekukan pantatnya terlihat dari daster.
Untungnya ada rice cooker di lemari di
atas meja. Tiba – tiba keberanianku
muncul. Lalu aku mendekat, kutempelkan
kontolku ke pantat ibuku.
“Awas ma, aku mau ambil ricecooker di
atas”
Kugesek celanaku di dasternya sambil
mengambil ricecooker. Ibu terkejut tapi
tetap diam saat kuambil ricecooker. Lalu
ku taruh di tempat lain.
“Kenapa gak nyuruh mama aja
sayang.”
“Aku gak mau mengganggu ma”
Sejak saat itu aku pelajari beberapa trik
baru untuk menikmati ibuku saat ada
kesempatan. Kadang ibu menyuruhku
agar segera nikah. Mungkin ia menyadari
kalau aku sering mencuri kesempatan
“menikmati” tubuhnya, tapi ia tak
pernah marah dan menghentikanku.
Hingga tiba saatnya, cintaku berkhianat.
Eh, kok malah nyanyi, hehehehe….
Hingga tiba saat kulihat ayah dan bibiku
sedang bersenggama di dekat kandang
sapi. Mereka terkejut saat melihatku dan
tentu saja kelihatan tidak senang. Bibi
lantas pergi tapi ayah tetap ditempat.
"Kau takkan bilang pada mama atau
pamanmu.”
Aku terpaku beberapa saat.
“Ok. Tapi ada syaratnya.”
“Apa syaratnya?”
“Gimana rasanya kalau mama juga
seperti papa.”
“Akan kubunuh dia. Kenapa? Apakah dia
… “
“Tentu tidak. Tapi Juju punya
rencana.”
“Rencana apa?”
“Jika ayah ingin juju tutup mulut, maka
papa mesti biarkan apa yang akan juju
lakukin sama mama.”
“Emang mau ngapain”
“Sama seperti yang dilakuin papa sama
bibi”
“Maksudmu …”.
Aku mengangguk. Ayah terdiam
sebentar.
“Tapi dia mamamu!”
“Ayah juga dengan bibi. Tapi terus aja
tuh.”
“DIAM!
“Tapi gimana kalau mamamu gak
mau?”
“Itulah kenapa ayah mesti biarkan
juju.”
“Maksudmu kamu mau memaksa
mama?”
“Udahlah yah, pokoknya ayah tenang
aja. “
“Pikirmu mamamu mau apa?”
“Tidak, ayah tak bisa …”
“Yah, ayah kan senang – senang di sini.
Yang kumau hanya ayah biarkan juju.
Juju takkan lapor pada siapa – siapa,
asal ayah biarkan juju dan juju jamin
rahasia kita tetap aman.”
“Kau memang bajingan.”
“Gimana lagi, buah jatuh tak jauh dari
pohon.”
“Akan kubunuh kalau kau bicara.”
“Tentu saja tidak akan yah.”
Akhirnya kami tenang kembali dan
menjalani hidup normal lagi. Sorenya, aku
dan ayah bermain kartu. Cukup
menyenangkan hingga akhirnya ayah
mengajak bertaruh uang. Ibu hanya
duduk melihat sambil menyulam.
Ayah bilang kalau uangnya sudah habis.
Gimana kalau mama aja yang jadi
taruhannya, asal kamu “all in” semua
uangnya. Aku setuju. Tapi
keberuntungan tetap berpihak padaku.
Ayah kalah. Aku senang tiada terkira.
Ibu juga bercanda sambil bilang kalau
sekarang aku miliknya.
Akhirnya malam menjelang. Kami pun
tidur dan bangun di pagi hari. Ayah pergi
ke ladang dan kubilang padanya agar
membawa bibi ke ladang. Sehabis
sarapan, kututup semua pintu dan
kubilang pada ibu karena sekarang ia
miliku, maka sekarang ibu mesti duduk di
pangkuanku. Awalnya ibu terkejut dan
menolaknya, tapi setelah aku merajuk
akhirnya mau juga.
Setelah ibu duduk dipangkuanku, kuelus
susunya yang masih terbalut daster. Ibu
terkejut dan akan berdiri tapi kutahan
bahunya agar tetap duduk.
“Kamu ngapain nak? Aku ini ibumu!”
“Memang kenapa bu?”
“Tak boleh nak, aku istri ayahmu.”
“Ayah tak ada. Di sini hanya ada kita.”
“Tidak. Mengapa kau begini nak?”
“Karena aku ingin ibu.”
“Kau bakal dibakar di neraka jika kau
membuat ibumu menangis.”
“Tapi aku di surga mulai saat ini.”
“Juju, jangan nak. Biarkan ibu pergi.”
“Baiklah. Jika ibu buka seluruh pakaian
ibu dan ke kamar denganku.”
“TIDAK. Gimana bisa kau berkata
seperti itu?”
“Karena aku ingin kamu, ibu. Aku ingin
kamu terserah ibu suka atau tidak.”
“Tidak boleh bajingan. Di mataku kau
seorang pengecut.”
Aku marah mendengarnya. Kutekan
bahunya. Kubuka paksa dasternya
“Kita liat nanti siapa yang pengecut.
Ibu mulai menangis dan memohon agar
aku meninggalkannya sendiri. Ia
terbaring di lantai dan hanya terbalut bh
dan cd nya. Tapi justru malah terlihat
seksi. Aku pun berbisik pelan.
“Aku takkan melakukan apa apa bu asal
ibu berlutut.”
Ibu tak mendengarnya dan tetap
menangis.
“Lakukan bu atau ibu akan merasa
tersiksa sepanjang hidupmu.”
Ibu akhirnya berlutut dengan enggan.
Kulepas celanaku dan berdiri di
belakangnnya. Aku ikut berlutut dan
mulai kubuka cd nya. Ibu mulai menyadari
dan menahan cd nya tapi tenagaku lebih
besar. Saat cd nya mulai lepas ibu bilang
tidak dan mencoba menaikkannya
kembali.
Lalu kumasukan kontolku dari belakang.
Memeknya sangat kering dan lumayan
menyakitkan. Tapi cairan pelumasku
agak membantu. Ibu teriak dan bilang
tidak tapi tak bisa berbuat apa – apa.
Kutekan kontolku lebih dalam dan
berhenti.
“Oh yes bu! Jangan pedulikan
kesucianmu bu. Lihatlah sekarang. Siapa
yang membuka cd mu dan memasukan
kontolnya ke memekmu? Ibu tak suci lagi.
Dan aku, anakmu mengambil kesucianmu.
Kau bukan lagi ibuku sekarang!”
Kucabut kontolku dan kutusukan lagi.
Lalu kucium ibuku dari belakang.
“Tubuhmu sempurna bu. Tubuh seorang
dewi cinta. Jangan disia – siakan dengan
ayah saja.”
Kubuka bh nya dan kuremas susunya
dengan tangan kananku.
“Aku suka milikmu bu. Dan aku akan
menikmatinya kapanpun aku mau.”
Kuremas lagi susunya.
“Aku takkan berhenti. Bahkan jika ayah
datang, aku entot terus di depannya. Ia
akan mencoba melerai kita! Atau ia akan
membiarakan saja dan melihat istrinya
dientot. Tak perlu lagi khawatir akan
kesucianmu di matanya. Menurutmu ia
hanya ngentot kamu?
“Tinggalkan saja ia bu. Ia tak cocok
ngentot memekmu. Mulai sekarang juju
yang akan merawat ibu. Tinggalkan dia
dan tidurlah denganku. Kan kuurus ibu
tak seperti anak lainnya. Jika ibu mau,
ibu masih tetap jadi istrinya.”
Kumasukan lagi kontolku. Kuentot lagi.
Ibu menangis dan marah.
“Dasar kau tak punya malu. Kau
perkosa ibumu dan kau mau
melacurkanku?”
“Ibu takkan dilacurkan. Justru tubuh
ibu sangat berharga bagi juju. Juju
takkan menjual ibu. Ibu milik juju. Ibu
akan jadi ibu yang seksi. Ibu yang akan
mengurus kebutuhan sekskual
anaknya!”
“Tidak dalam hidupmu bajingan. Mungkin
kau memperkosaku sekarang tapi aku
takkan pernah menyerah padamu. Kau
tak layak untuk tubuhku.”
Aku tetap mengentotnya.
“OO… tapi ibu berikan tubuhmu pada
orang seperti ayah.”
“Ia orang baik. Ia tak memperkosa istri
orang lain.”
“Itu hanya pikiranmu bu.”
“Apa maksudmu?” ia tergugah,
mencoba menghentikanku dan melihatku.
“Jangan berhenti bu. Aku belum selesai
ngentot.” Aku tetap ngentot.
“Tapi.” Ia teriak saat kuremas
susunya keras keras agar perhatiannya
teralihkan.
“Ibu tahu ibu terlihat seksi saat sedang
kesakitan. Ini momenku bu. Jadi diam
saja biar aku menyelesaikannya!”
Ibu terdiam meski memeknya kuentot.
Yang terdengar hanyalah suara daging
beradu. Lalu kuturunkan tanganku dan
kuelus itilnya. Ibu mengerang saat
jariku menyentuh itilnya. Aku terkejut
lalu tetap memainkan itilnya. Lalu
kurasakan spermaku akan keluar.
Kutekan lebih dalam kontolku dalam
memek ibu.
Crot… crot… crot… akhrinya spermaku
keluar di dalam memeknya. Sesaat
kurasakan sesal telah kuentot ibuku lalu
aku ingat kata – kata ayah semua betina
memang jalang. Memikirkan ibu sendiri
membuatku menjadikannya betinaku.
Kucabut kontolku dan pergi ke kamar
mandi.
Saat keluar, kulihat ibu sudah kembali
memakai dasternya. Ia juga
membereskan semua barang. Aku
berpaling agar tak melihat wajahnya dan
pergi ke kamarku. Perasaanku campur
aduk. Aku merasah senang keinginanku
ngentot ibu terkabul. Tapi aku juga
merasa kasihan pada ibu. Aku tahu akan
lebih mudah seandainya ibu mau dientot.
Tapi tak mungkin bagi seorang ibu
memberikan tubuhnya pada anaknya.
Mereka harus dipaksa dan itulah yang
kulakukan. Aku keluar kamar beberapa
jam kemudian dan ibu sedang di dapur.
Kami berdua saling melihat dalam diam.
-- Bersambung --
Komentar