Langsung ke konten utama

Cerita Seks Sedarah | Gara-Gara Sapi 4 (Tamat)

Aku sebenarnya merasa bersalah
memperlakukan ibu seperti itu. Tapi
kurasa kami saling memanfaatkan. Aku
memanfaatkan ayah agar dapat ibu. Ibu
memanfaatkanku agar suaminya
kembali. Ayah memanfaatkan kami agar
bisa kabur dengan kekasihnya.
Ibu terlihat senang siang itu saat aku
pulang untuk makan. Tanpa paksaan,
setelah kami makan, dia bilang padaku
agar tidur sebentar lalu menutup semua
pintu dan jendela. Lalu ibu ke kamarnya
dan kuikuti. Lalu kami ngentot lagi dan
tidur sebentar. Lalu aku kembali ke
ladang. Malamnya ayah pulang untuk
makan dan menghilang lagi. Sesaat ibu
terlihat sedih tapi lalu merubah
ekspresinya saat itu juga. Kudekati ibu,
kupeluk dia dan kami pun beranjak ke
kamarnya. Setengah jam kemudian, ibu
ke kamar mandi telanjang.
Malam itu juga kutunjukan semua cerita
dan film incest yang ada di internet.
Kukatakan aku mendapat inspirasi dari
sana. Awalnya ia terkejut tak percaya
pada apa yang kutunjukan lalu bilang
akan melihat – lihat lagi kalau ia sedang
santai. Sekitar jam sepuluh kami matikan
komputer saat ibu mengajakku ke
ranjang karena ibu sudah terangsang.
Mulai saat itu sampai kudengar paman
pulang, kami menjadi kekasih yang selalu
bermesraan. Targetku agar ibu berubah
menjadi pelacurku berbuah sukses. Ibu
kecewa saat ayah pulang dan setelah
kami ngentot siang hari ibu bilang bahwa
ibu akan merindukan saat – saat kemarin
saat kami selalu bermesraan. Kukatakan
agar ibu meninggalkan ayah dan aku
akan melindungi ibu. Tapi ibu bilang ibu
masih suami ayah dan akan melakukan
tugasnya sebagai istru. Aku kecewa dan
siang itu ibu tak mengijinkanku kembali
bekerja.
Bahkan, sorenya ibu kembali masak
sedangkan di memeknya masih mengalir
spermaku. Malamnya ayah pulang jam 7
lalu kami makan. Kami berbicara normal
layaknya keluarga. Sekitar jam 9 ayah
membawa ibu ke kamar mereka. Sejam
kemudian, aku ke kamar. Kubiarkan pintu
terbuka siapa tahu ibu akan datang. Ibu
tak kunjung datang. Esoknya sampai
siang aku tak dapat apa – apa. Dan aku
tak berani nanya ibu. Aku hanya berani
mencolek – colek tubuh ibu. Malamnya aku
kembali lagi ke kamarku. Tapi,
seperempat jam kemudian pintu diketuk
dan ayah masuk. Ayah bilang ibu
menanyakanku. Lalu ayah keluar kamar
dan kekamar mandi. Setelah aku masuk
kamar ibu, ibu menyuruh agar pintunya
ditutup. Kututup pintu dan kudekati ibu.
Ibu sedang berbaring telanjang. Lalu ibu
melihatku dan tersenyum
“Mungkin juju pingin ngetot ibu!
Kemarin – kemarin juju selalu ngentot
ibu! Ibu paham kalau juju frustasi!”
Seperti kucing yang melihat daging,
kulepas pakaianku. Langsung kumasukan
kontolku ke memek ibu dan mulai ngentot
ibu. Memeknya sudah basah dan keluar
sperma sisa – sisa ayah tadi tapi aku tak
keberatan. Bagiku bisa ngentot ibu saja
merupakan suatu anugrah. Kuentot ibu
layaknya pelacur. Tanpa emosi. Melihat
wajahnyalah yang mengingatkanku
bahwa yang kuentot adalah ibuku.
Beberapa menit kemudian, kukeluarkan
spermaku di memeknya, bercampur
dengan cairan orangtuaku. Lalu aku
ambruk.
Ibu bangkit dan ke kamar mandi. Lalu aku
pun bangkit, kupakai pakaianku lalu
keluar. Ayah sedang nonton tv. Aku
merasa bersalah sekaligus bangga
melihatnya. Menyedihkan dan pura – pura
tak peduli saat kuentot istrinya di
ranjangnya. Siapalagi yang butuh
apalagi?
Sejak saat itu, tanpa keterlibatanku,
semuanya mulai berjalan baik. Dua hari
kemudian, setelah dientot ayah, ibu
datang ke kamarku dan tidur denganku.
Tentunya setelah kami ngentot! Ibu
resminya tidur denganku. Pelan – pelan
ibu mulai melanjuktan sesi makan siang
kami! Kami mulai ngentot saat ayah pergi
tapi lama – lama kami mulai berani dan
meninggalkan ayah sendirian sementara
kuajak ibu ke kamarku.
Awalnya ayah bersaing denganku untuk
mendapakan ibu tapi segera
melupakannya karena ibu ingin lebih
sering ngentot dan ayah tak bisa
memberikannya. Tapi tentu saja ayah
masih ngentot ibu dan bibi.
Tapi semua berubah beberapa minggu
kemudian saat ibu menyadari ia hamil
anakku! Aku dan ibu mengharapkannya;
tapi ibu tak berharap secepat itu! Dulu
ayah butuh waktu 3 bulan agar ibu
mengandungku dan ibu juga menyangka
aku akan menghamilinya paling cepat 3
bulan.
Ibu terlihat tidak senang dan takut
orang sekampung mengetahuinya. Ayah
marah saat diberitahu. Ayah mengancam
akan memberitahu orang sekampung
betapa ibu seorang pelacur. Ayah juga
bilang bahwa karena ibu pelacur maka
ayah selingkuh. Ibu menangis dan
memohon agar ayah tutup mulut.
Tapi aku tak merasa terganggu!
Pertama karena orang sekampung
sangat tergantung secara financial
kepada perkebunan kami. Lalu aku mulai
menyukai ibuku disebut pelacur dan
melayani anaknya sendiri. Tapi aku tak
suka gagasan ayah menyalahkan
hubungan haram kami demi
keuntungannya. Jadi aku cepat
bertindak. Kusebarkan gossip bahwa
ayah dan bibi telah berhubungan hingga
akhirnya ibu mengentotku. Saat paman
tahu, ia pergi meninggalkan ayah dan
bibi. Semua orang mengabaikan fakta
bahwa ibu kuperkosa dan berpikir ibu
kesepian dan menemukan hiburan di
ranjangku.
Seiring berjalannya waktu, dua rumah
terpisah menjadi tiga. Paman mengusir
bibi dan ayah meninggalkan rumah! Ayah
dan bibi menghuni salahsatu rumah lain di
perkebunan. Setiap aku pulang, ibu selalu
sendirian di rumah. Aku merasa sedih tapi
juga senang. Sekarang seluruh kampung
tahu ibu ngentot aku. Itulah yang
merubah karakter ibu tapi setidaknya ibu
terlihat lebih seperti korban keadaan.
Semua orang tahu wanita seperti ibu
bukanlah tipe pelacur.
Saat aku masuk rumah, ibu mulai masak.
Lalu aku mandi dan hanya memakai
sarung tanpa baju dan siap makan. Ibu
bilang tak lapar jadi kupaksa ibu makan
dengan menyuapinya.
“Ibu tak perlu khawatir tentang semua
ini!”
“Kenapa? Suamiku pindah dan tinggal
dengan adikku dan seluruh kampung tahu
aku didoktrin anakku!”
Saat aku mau bicara, ibu memotong.
“Tunggu sampai mereka tahu aku hamil
anakmu!”
Ibu mulai menangis.
“Orang – orang takkan berani bilang
apapun! Mereka tergantung pada kita!”
“Tapi mereka tetaplah orang. Mungkin
mereka takkan berani bilang didepanmu
tapi …”
“Kita jadi bahan gunjingan! Kita harus
terima semua ini! Sekarang ayah dan bibi
sudah pindah!”
Ibu tetap sedih dan menangis. Kuhibur
ibu tapi tak berguna. Setelah kami selesai
makan, aku cuci tangan dan ibu beres –
beres. Lalu aku duduk di sofa. Setelah ibu
beres – beres, ibu duduk di kursi yang
jauh dari sofa.
Kutepukan tangan kiriku pada pahaku.
“Jangan duduk di sana. Sini duduk di
sini!”
Ibu terkejut tapi aku tetap kukuh.
Dengan pelan ibu pun datang dan duduk di
pangkuanku.
“Nah begitu dong bu!”
Kupegang pinggangnya dan kubalikan ibu
hingga kami berhadapan. Kubuka
dasternya.
“Ibu tak perlu memakai ini kalau ada
juju! Sekarang semua orang tahu
hubungan kita. Kita bisa ngentot tanpa
pintu tertutup. Bahkan bila ada tamu
datang mereka takkan merasa
terganggu.”
“Juju mesti hati – hati. Ibu lagi
hamil!”
“Gak perlu khawatir. Kan bisa gaya
anjing!”
Lalu kubuka kutangnya dan mulai
menyusui. Ibu tetap diam hingga
beberapa saat kemudian kami tutup pintu
dan menuju ke kamar ibu.
Kupikir orang – orang akan
menggosipkan hubungan kami. Tapi
ternyata hanya sedikit yang berani
bergosip. Mereka hanya melihat dari
sudut pandang seksual. Mereka pikir aku
beruntung ada di tempat yang tepat dan
saat yang tepat saat ibu terangsang
dan ingin kontol. Beberapa orang bilang
aku menarik keuntungan dari
perselingkuhan ayah dan bibi hingga bisa
ngentot ibu. Tapi yang terbaik adalah
aku akhrinya belajar cara memakai
memek yang bisa dipakai di rumah. Yaitu
memek ibu! Aku dikenalkan dengan
hubungan terlarang ibu dan anak. Lalu
kusadari sepertinya setiap anak di
kampung ingin memek ibu mereka. Bahkan
yang telah menikah sekalipun.
Para pemuda stress karena tak bisa
ngentot seorang wanita pun. Jadi
mereka mengincar apa yang ada! Ibu
mereka! Mereka merayunya, memaksanya
atau bahkan memperkosanya. Tapi
akhirnya para ibu menikmati nafsu
anaknya. Aman karena ibu takkan
melaporkan benih anaknya ke orang –
orang saat dia tak sengaja hamil, orang
– orang akan berpikir bahwa itu anak
suaminya.
Pria beristri juga masih ngentot ibunya!
Biasanya mereka ngentot ibunya saat
istrinya tak ada di rumah atau bahkan
saat istrinya mens. Biasanya ibu mereka
sudah menopaus hingga takkan hamil.
Kukira hanya akulah yang begini sampai
kudengar dari orang lain. Kupikir akulah
yang hanya ngentot ibu tapi ternyata
pria lain di kampung pun melakukan hal
yang sama! Kusadari bahkan bila kuentot
ibu di hadapan orang lain, mereka takkan
bilang apa – apa! Tapi aku punya rencana
buat ibu. Saat kehamilan ibu menjelang
tiga bulan, kukatakan pada orang
sekampung bahwa ibu hamil anakku! Lalu
kami merayakannya. Lalu kutahu dari ibu
betapa banyak ibu lain yang mengaku
mereka juga hamil anaknya! Bahkan ada
yang sudah dihamili anaknya lebih dari
sekali.
Rupanya hidup di kampung ini merupakan
surganya incest. Kukira ibu bakal
dipermalukan tapi ternnyata malah
dianggap normal oleh orang sekampung.
Jadi aku melangkah lebih jauh menyuruh
ayah menceraikan ibu! Ayah dengan
senang hati melakukannya. Ibu, selama
seminggu hidup seperti janda. Seminggu
kemudian kuungkapkan pada tetua di
kampung aku ingin menikahi ibu! Para
tetua terkejut dan mencoba membuatku
berpikir kembali. Lalu para tetua
menanyakan ibu apakah ibu setuju tapi
ibu tak setuju. Mereka juga tak setuju.
Aku terkejut ibu tak setuju. Lalu
kubilang pada para tetua ibu tak punya
hak menolak karena ibu janda, telah tidur
denganku dan hamil anakku.
Para tetua setuju ibu tak berhak
menolak. Mereka bilang pernikahan tak
hanya merubah hubungan ibu dan anak,
tapi juga merubah hubungan silsilah.
Akhirnya semua terserah padaku.
Alasanku ingin menikahi ibu bukan karena
ingin merubah hubungan tapi ingin
melihat bagaimana ibu merubah diri
sendiri menjadi istriku! Aku ingin melihat
wanita yang mengandungku,
mengeluarkanku dari memeknya, dan
memberiku asi dari susunya bakal
melepas pakaiannya dan melebarkan
pahanya sebagai ibu. Tapi yang utama
adalah aku ingin membuatnya menyadari
akulah yang menguasainya.
Lalu pada hari jumat, akhirnya kami
menikah di hadapan orang - orang dan di
hadapa ayah, mantan suami ibu. Ayah
terlihat senang melihat ibu dipermalukan.
Sedang orang kampung terlihat tanpa
ekspresi. Saat pernikahan, ibu menangis.
Lalu kuberbisik pada ibu bahwa saat
tuhan menyatukan kita, orang kampung
pun tak bisa apa – apa. Aku bersanding di
sampingnya, merasa hebat bisa menjadi
suami ibuku sendiri.
Malamnya ibu duduk layaknya pengantin
di ranjangnya. Ia tak pernah melihatku
meski kudekati dia. Ibu terlihat cantik
dengan dandanannya. Rambutnya dihiasi
bunga. Kupegang pipinya dengan tangan
kanan. Lalu kugeserkan tanganku ke
dagunya dan ku angkat kepalanya hingga
menatapku. Lalu kudekati bibir bawahnya
dan kumasukan ke mulutku dan kucium.
Lalu kuusapkan tangan kananku ke
pertunya dan kupeluk ibu dengan tangan
kiriku.
Ibu tetap diam saat ku mulai melepas
pakaiannya hingga telanjang. Lalu
kubaringkan perlahan ke ranjang sambil
tanganku memengang susunya.
Beberapa menit kemudian kurasakan
surga saat tubuh kami menyatu di
ranjang dan kontolku masih di memeknya.
Saat aku berbaring dan menatapnya,
kukatakan aku sangat bahagia.
Malam itu ibu menyadari bahwa ia
ditakdirkan meninggalkan ranjang ayah
untuk menghiasi ranjang anaknya. Saat
dia di ranjang ayah dia melakukan yang
ayah katakan. Dan sekarang saat ibu di
ranjangku, dia melakukan apa kataku.
Aku sengaja menyuruhnya telanjang
sepanjang malam. Ia sudah sepuluh
minggu hamil. Tapi memberiku kepuasan
seperti perawan malam itu.
Sejak saat itu, orang – orang
memperlakukan kami sebagai suami istri.
Akhirnya ibu melahirkan bayi perempuan!
Orang – orang menjenguk, termasuk
ayah dan bibi. Ibu terlihat sangat
bahagia. Ibu bahkan lupa bahwa ibu
melahirkan cucunya. Ayah berakting
seolah – olah mendapatkan cucu.
-- TAMAT --

Komentar