Langsung ke konten utama

Di Yogya, Heboh Hari Kebebasan Organ Vital Wanita

371148_620.jpg

Aktivis menari memperingati Vagina Day, atau Hari Kebebasan Vagina yang jatuh pada 14 Februari 2015, di depan Gedung Agung Yogyakarta. TEMPO/Shinta Maharani

TEMPO.CO, Jakarta -Sebanyak 60 aktivis
menari diiringi musik untuk memperingati
Hari Kebebasan Organ Vital Wanita yang
jatuh pada 14 Februari 2015 di depan
Gedung Agung Yogyakarta. Peringatan
tersebut merupakan gerakan global
melawan kekerasan terhadap perempuan
bernama One Billion Rising. Gerakan itu
juga mengajak satu miliar perempuan
dan siapa pun untuk bersolidaritas
menolak kekerasan dan pemerkosaan.
Aktivis bergerak dari Taman Budaya
Yogyakarta hingga depan Gedung Agung
Yogyakarta. Mereka membawa spanduk
bertuliskan: don’t tell me how to dress
—bukan tubuh perempuan yang diatur
tapi nafsu. Tema gerakan global kali ini
adalah Revolusi untuk Keadilan dan
Kesetaraan.
Mereka yang terdiri atas aktivis, ibu
rumah tangga, penyandang disabilitas,
mahasiswa, dan PSK menari bebas-lepas
di bawah guyuran hujan. Dua pipi aktivis
berhiaskan dua strip garis berwarna
pink. Gerakan menari bersama itu telah
berlangsung selama tiga tahun
berturut-turut. “Menari itu
mendobrak, menyenangkan, suci,
membebaskan, menularkan, dan
menerobos aturan diskriminatif yang
mengikat,” kata relawan One Billion
Rising, Tia Setiyani.
Mereka pada hari itu mengundang
masyarakat menari di kamar, kantor,
rumah, sekolah, rumah kos, dan di mana
saja. Tia mengatakan terjadi sejumlah
serangan terhadap perempuan. Pada
November 2014, seorang mahasiswi
Yogyakarta melapor ke polisi karena
menemukan kamera CCTV di toilet
pemondokan. Kamera itu dipasang oleh
pengelola pemondokan agar dapat melihat
perempuan mandi.
Pada September 2014, pemerkosaan dan
pembunuhan dialami seorang remaja
putri oleh orang tak dikenal. Pada
Agustus tahun yang sama, siswi melapor
ke polisi karena diremas payudaranya
saat berkendara di jalan. Ada pula
seorang siswi diperkosa beramai-ramai
dan dibunuh dengan cara dibakar pada
2013.
Data PBB menyebutkan satu dari tiga
perempuan (35%) di seluruh dunia pernah
mengalami kekerasan. Di Indonesia
setiap hari ada 20 perempuan menjadi
korban kekerasan. Sebanyak 50 persen
kasus kekerasan terhadap perempuan di
Indonesia adalah pemerkosaan. “Banyak
kasus kekerasan yang belum
terungkap,” kata dia.
Komnas Perempuan mencatat pada Maret
2014 terdapat 269.760 kasus kekerasan
terhadap perempuan yang dilaporkan dan
ditangani pada 2013. Sebanyak 65 persen
kasus kekerasan dialami istri, 21 persen
kekerasan dalam pacaran, 7 persen
kekerasan dialami anak perempuan, dan 6
persen kekerasan lain.

Komentar