Langsung ke konten utama

Cerita Seks Sedarah | Mama Impian IV

Hari demi hari berlalu, hubunganku
dengan mama semakin menjadi jadi,
bahkan ritme hubungan seks kami
semakin meningkat, rasa sayang sebagai
seorang ibu dan anak sudah hilang
berganti rasa sayang antara sepasang
kekasih, kami tau ini adalah hal yang
tidak boleh seharusnya terjadi. Apa daya
mama yang kesepian dan aku yang dalam
masa puber, dengan rasa keingin tauan
yang besar tentang hubungan lain jenis.
Lama kelamaan ada rasa yang
mengganjal diotaku, sedikit demi sedikit
aku mulai merasakan adanya rasa takut,
aku takut andai papa tau, papa pasti
akan membunuhku. Ketakutanku semakin
bertambah dimana saat itu aku
mendengar sendiri pembicaraan mama
dan papa ditelefon jika papa akan pulang
hari minggu ini, aku tau mama dan aku
saling menjaga rahasia kami, tetapi rasa
takut tetap ada dalam pikiranku. Aku
tidak sadar jika rasa takutku ini
ternyata membuat sikapku terhadap
mama sedikit berubah. Aku memang jadi
sering melamun, dalam sehari bahkan aku
jarang mengobrol dengan mama, dan
lebih banyak diam, aku sungguh tidak
menyadari akan hal itu.
Puncaknya, pada siang itu aku mendekati
mama yang sedang duduk didepan televisi
diruang keluarga.
"Nonton apa ma?" Kusapa mama dengan
mengambil posisi duduk disampingya.
"Nonton apa aja yang bisa
ditonton!"Jawab mama jutek.
"Lah kok kayak gitu ma jawabnya, jutek
amat.. Mama marah?" Balasku, sambil
kupegang telapak tangan mama, mama
pun membalas dengan menarik tanganya
dari genggamanku. Kemudian mama
memandang wajahku dengan raut wajah
sembab, seoalah jika mama sedang sedih
dan mama berkata.
"Mama enggak marah, mama sedih,
kenapa akhir akhir ini sikap kamu jadi
aneh, apa kamu sudah enggak mikirin
mama lagi, kamu sudah enggak sayang
mama lagi sepertinya Bob!" Jawab mama
dengan mata berkaca kaca. Seketika aku
memeluk mama erat erat, dan mamapun
membalas pelukanku dengan erat.
"Ma? Lihat bobby, gak ada orang yang
bobby sayang selain mama bobby. Bobby
gak akan nyakitin dan buat sedih mama."
Jelasku ke mama.
Aku sangat merasa bersalah kala itu, tak
kusangka mama sangat menaruh hati
kepadaku, ini membuktikan bahwa mama
menganggapku lebih dari seorang anak,
bahkan mama sedih dan menangis ketika
melihat sikapku belakangan ini yang
dikiranya aneh. Padahal hal itu tidak ada
hubunganya dengan mama, ketakutan
akan ketahuanlah yang membuat diriku
seolah menjauh dari mama. Itu yang
dilihat mama terhadapku belakangan ini,
padahal aku sangat sayang padanya, aku
sangat iba dengan mama, aku sangat
tidak terima melihat mama bersedih atas
diriku kali ini. Dan sekarang aku harus
berusaha memberi pengertian pada mama
supaya pikiranya menjadi lebih tenang.
Kemudian aku berkata lagi pada mama.
"Ma? Maafin bob ya ma, akhir akhir ini
bobby memang lagi bayak pikiran, tapi
asal mama tau, sikap bobby gak pernah
berubah sama mama, terutama rasa
sayang bobby ke mama, mama jangan
sedih lagi ya, bob jadi ngerasa bersalah
kalo mama kayak gini." Kupegang kedua
pipinya yang memerah dengan kedua
telapak tanganku, kucoba memberi
pengertian ke mama, dan akirnya mama
bisa mengerti.
"Bobby sayang mama kan? Jangan bikin
mama sedih lagi ya bob? kalo memang ada
masalah kan bisa kita bicarakan
bersama." Jelas mama. Dan akhirnya
suasana mulai mencair.
"Sayang banget ma, mama adalah mama
sekaligus kekasih bobby. Aku sayang
mama." Jelasku sambil mencium kening
mama.
"Ya sudah, mama jadi sedikit lega
sekarang, trus memangnya ada masalah
apa sayang? Kok sampe segitunya sikap
kamu akir akir ini ke mama?" Tanya mama
terheran heran.
"Bobby cerita ya ma, bob kemaren denger
mama telfonan sama papa, papa mau
pulang kan ma minggu ini?." tanyaku ke
mama.
"Iya sayang bener. Eh bentar dulu, ohh
jadi kamu gak seneng gitu kalo papa
pulang ya? Atau mungkin kamu takut
kalo papa dirumah trus kita gak bisa
ngapa ngapain gt." Balas mama.
"Bukan ma bukan, bob cuma takut kalo
papa tau hubungan kita ini, mama pasti
ngerti kan maksud bobby?" Timpalku ke
mama.
"Udah udah, kamu tu mikirnya kejauhan
ya sayang, papamu gak akan tau sayang,
memang tau darimana, orang kita kan
sudah janji saling merahasiakanya kan?"
Kata mama.
"Iya ma, tapi ini kata hatiku ma, bob
bener bener gak tenang, siapa tau aja
papa nyuruh bi yanti atau siapa gt buat
ngawasin dirumah. Ya kan?" Balasku.
"Ehh iya juga ya bob, duhh kamu jangan
bikin mama takut juga dong bob,"
seketika mama menepuk nepuk dadaku.
"Tu kan, mama aja takut apalagi bob.
Jadi gimana sekarang ma? Apa kita
introgasi aja si bibi?" Tanyaku ke mama.
"Husss jangan, kita kan cuma mengira
ngira aja, belum tentu kan bibi itu tau
hubungan kita, belum tentu juga papamu
itu melakukan hal yang kamu bilang tadi."
Jawab mama.
"Bener juga ya ma, trus trus ma gimana
tingkah papa akhir akhir ini, ada yang
beda gak? Kayak dari cara berbicaranya
mungkin ma?" Jelasku ke mama.
"Tenang aja menurut mama papa gak
tau apa apa dan gak ada rasa curiga
sama sekali kok sayang. Percaya deh ya
sama mama. Tidak ada yang aneh dari
papamu itu sayang. Kamu tu malahan
yang aneh dari kemaren!" Sengit mama
sambil memonyongkan mulutnya
kearahku.
"Iya iya ma, bobby kan udah minta maaf
tadi kan! Namanya juga kawatir ma.
Wajar" balasku ke mama.
"Ya sudah, kita lupakan ya sayang, yang
penting saling jaga rahasia dan saling
terbuka ya, muachh.." Bilang mama
sambil mencium bibirku. Belum sempat
aku membalas kata kata mama, mulutku
sudah dihajarnya bertubi tubi, kesedihan
nampak sudah hilang dari muka mama,
nafsu mama sudah mulai merasukinya,
aku coba sedikit untuk mengimbanginya,
aku kulum perlahan bibir bawahnya dan
sesekali aku gigit gigit kecil.
Perlahan aku lepas kancing baju bagian
atas mama dan mama menghentikan
gerakan tanganku tersebut. Sepertinya
mama melarang aku membuka baju
mama, mungkin karena posisi kami
sedang diruang keluarga dan ada bibi
didapur.
"Kenapa ma?" Tanyaku sambil tetap
mengulumi bibirnya.
"Ummhh.. Tahan dulu sayang,ummhhh..
ada bibi dibelakang
uumm..ummhh..."Jawab mama sambil
mendesah menikmati ciumanku.
"Nanggung ni mam, bob udah naik."
Balasku.
"Hemmhhh.. Aahhh.. Kamu kira kamu aja
bob, mama juga udah kepingin kamu
entotin, udah berapa hari memek mama
kamu anggurin, ahh.. Emm... Trus
sayang."
Timpal mama. Karena mendengar kata
kata mama, birahiku semakin memanas.
Dengan kasar aku robek baju kemeja
mama dan terlepaslah semua kancing
bajunya kemana mana, payudaranya
yang besar terayun terombang ambing
kekanan dan kekiri, dengan cepat aku
tangkap buah dada besar itu dan
kuremas keduanya, kutarik bra mama
hingga putus dan kusambar dengan
secepat kilat puting mancung
menantang itu. Kukulum, kuhisap dalam
dalam, tentunya membuat mama
mengerang keenakan.
"Diam ma, pelanin suaranya. Ada bibi."
Dengan sibuk mulutku diarea dada mama,
tanganku berusaha mencari mulut mama
dan mendekapnya.
"Sori sayang, mama gak tahan soalnya.
Enak baget susu mama kamu hisap hisap
tadi. Pindah aja yuk ke kamar kamu."
Pinta mama.
Kemudian kami pindah kekamarku.
Kukunci pintu rapat rapat dan mulai
ketelanjangi tubuh mamaku yang sintal
itu. Perlahan lahan mulai dari kemeja
yang sudah kurobek tadi, kemudian bra
nya. Alhasil mama sekarang sudah
telanjang dada, kubaringkan mama
keranjangku, kutindih tubuhnya dan
mulai kunikmati buah dadanya yang
sangat ranum itu.
Sorri bersambung, tahan dulu gan...

Komentar

Unknown mengatakan…
Upload yang lain lagi dong